Vania tidak bisa memejamkan matanya sedikit pun, Ia masih mencemaskan keadaan suaminya. Dan akhirnya tepat pukul tiga pagi, Bastian pulang ke rumah, Ia terlihat berantakan, matanya merah seolah dirinya kurang tidur, kemudian wajahnya terlihat lelah. Pria langsung masuk ke dalam kamarnya dimana Vania sedang menunggu kedatangannya.
"Mas! Kamu sudah pulang!" Vania segera menghampiri sang suami yang sedang berjalan menuju ke tempat tidurnya.
"Haaa ... minggir! Aku mau tidur, capek!" ucapnya sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Ya ampun, Mas! Kamu dari mana saja? Jam segini baru pulang?" tanya Vania sambil melepaskan sepatu suaminya. Namun, rupanya Bastian tidak memperdulikan ucapan istrinya, Ia lebih memilih untuk tidur ketimbang mendengar ucapan dari Vania.
Setelah melepas sepatu Bastian, Vania kemudian mengambil jas jaket Bastian yang diletakkan sembarangan olehnya sebelum pria itu menjatuhkan dirinya di atas kasur.
"Mas, Mas! Mas Bastian!" setelah Vania memanggil-manggil sang suami, rupanya Bastian sudah tertidur karena kelelahan dan membiarkan suaminya istirahat, mungkin saja Bastian masih capek, sehingga Vania memutuskan untuk tidak bertanya aneh-aneh kepada nya, kemudian Vania membawa jaket itu untuk dicuci. Tiba-tiba ada sesuatu yang membuat nya sangat terkejut, secara tidak sengaja Vania menemukan alat kontrassepsi di dalam saku jas milik suaminya.
"Astaga! Apa ini? Untuk apa suamiku menyimpan alat ini?" batin Vania sembari memperhatikan alat pengaman dengan rasa buah-buahan itu.
Vania langsung membuang alat itu di dalam bak sampah, kemudian Ia pun pergi untuk mencuci jaket Bastian.
Setelah beberapa saat, Vania kembali masuk ke dalam kamarnya, Ia memperhatikan Bastian yang sedang tertidur, sejenak Vania duduk di sampingnya, Ia berpikir mungkin suaminya masih marah kepadanya.
"Maafkan aku, Mas! Aku tahu kamu tidak suka jika Aku dekat-dekat dengan Calvin, Aku janji tidak akan mendekati Calvin lagi. Setidaknya Aku ingin menjadi istri yang baik untukmu, meskipun Aku tidak bisa mencintaimu, tapi Aku akan berusaha ikhlas menerimamu sebagai Suamiku." batin Vania sembari menatap wajah sang suami. Seketika Vania sangat terkejut saat melihat kecupan bibir di leher suaminya.
"Tidak! Apa yang sudah kamu lakukan semalam, Mas?" Vania menggelengkan kepalanya, Ia tak percaya dengan tanda itu. Apa mungkin Bastian membalasnya.
Vania lebih memilih diam, Ia tahu mungkin suaminya kecewa dengan apa yang sudah Ia lihat pada dirinya, pria mana yang tidak marah melihat istrinya penuh tanda kissmark sementara sang Suami tidak pernah menyentuhnya.
"Apa mungkin kamu sengaja membalasku, Mas? Aku tahu kamu pasti kecewa, tapi semua itu bukan atas kemauan ku, itu semua diluar kendali ku, ya Tuhan! Aku sangat berdosa kepada suamiku."
*
*
*
Di pagi hari, Maria dan Andre sudah bersiap untuk berangkat ke luar kota, mereka berdua berangkat ke Bandara di antar oleh Calvin, sementara itu Maria dan Andre berpamitan kepada menantunya.
"Vania! Kami berangkat dulu, jaga dirimu baik-baik, Nak! Kami tidak akan lama, mungkin sekitar satu Minggu paling lama dua Minggu kami akan pulang. Tergantung kondisi kesehatan Oma, jika keadaan Oma sudah membaik kami akan segera pulang. Mama berharap kamu dan Bastian bisa segera memberikan kejutan untuk kami berdua, setidaknya kami akan sangat bahagia jika mendengar berita tentang kehamilan mu, benar kan, Pa!" seru Maria.
"Mamamu benar, kami sangat berharap segera mendapatkan momongan dari Kalian, kami sudah tidak sabar ingin segera menggendong cucu, dan tentu saja kami sangat mengharapkan generasi keluarga besar kami lahir dari wanita sebaik kamu." sambung sang Ayah mertua.
Vania hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepala.
"Iya Ma, Pa! Vania akan berusaha memenuhi permintaan kalian." jawabnya sembari menatap wajah Calvin yang berdiri di belakang kedua orang tuanya.
Calvin terlihat tersenyum melihat wajah Vania, seolah-olah pria itu tak bosan-bosannya melihat wajah sang kakak ipar yang selalu membuat nya tergila-gila.
"Entahlah Ma! Apakah Aku bisa memenuhi permintaan kalian berdua, sedangkan Aku belum siap untuk menjalankan kewajiban ku sebagai seorang istri, Aku tidak bisa, sungguh Aku tidak bisa."
Di saat Maria dan Andre berpamitan kepada Vania, tiba-tiba saja Bastian turun dari kamarnya dan menghampiri kedua orang tuanya yang akan pergi ke luar kota. Pria itu terlihat mendekati istrinya dan merangkul pundak Vania.
"Bastian! Kamu jaga istrimu baik-baik! Mama dan Papa berharap sepulang nya kami dari rumah Oma kalian, kami akan mendapatkan berita tentang kehamilan menantu kami, setidaknya pergunakan waktu ini untuk berbulan madu," ucap Maria kepada pasangan pengantin baru itu.
"Tentu saja, Ma! Mama tidak usah khawatir, setelah Mama dan Papa pulang, Aku pastikan istriku akan mengandung anak kami, dan Mama dan Papa akan segera mendengar berita itu secepatnya. Bukan begitu, Sayang?" Bastian berkata sembari menatap wajah istrinya yang terlihat gugup.
"Emmm ... i-iya, Mas!"
Bastian melihat ke arah wajah sang Adik yang terlihat kesal. Bastian sengaja terus membuat kesal Calvin dengan memanas-manasi nya bersama Vania.
"Baiklah! Ayo kita berangkat Pa, Ma!" ajak Calvin sembari beranjak pergi menuju ke luar rumah, Maria dan Andre pun segera keluar rumah diikuti oleh Bastian dan Vania.
Hingga akhirnya mobil mewah itu keluar dari halaman rumah mereka, Vania terlihat melambaikan tangan kepada kedua mertuanya yang baik itu. Setelah mobil itu tak terlihat lagi. Bastian tampak mencengkram erat tangan Vania, sehingga membuat gadis itu kesakitan.
"Enak ya! Semalam Aku tinggal di rumah. Apa yang sudah kamu lakukan dengan Calvin? Pasti kalian sedang bermesraan saat Aku tidak ada di rumah, iya kan?" seru Bastian dengan tatapan matanya yang sinis.
"Apa maksudmu, Mas! Aku tidak melakukan apa-apa, jangan memfitnah ku!" elak Vania sambil menarik tangannya.
"Halah! Nggak usah munafik kamu, Aku tahu kamu dan Calvin masih saling mencintai, pasti kamu kesenangan kan bisa berduaan dengan adikku. Ck ... perempuan murahan!" umpat Bastian dengan kesalnya.
"Nggak usah kamu bilang Aku murahan, lalu bagaimana dengan mu, Mas? Kemana saja kamu semalaman? Aku menemukan sebuah benda dalam Jaket yang kamu pakai semalam, Aku menemukan alat kontrassepsi di sana, untuk apa kamu menyimpan alat itu? Untuk apa, Mas? Atau jangan-jangan kamu sudah membohongi ku?" ungkap Vania memberanikan diri untuk mengatakan apa yang Ia lihat.
"Kamu yang membohongi ku, katakan padaku? Siapa laki-laki itu?" bentak Bastian dengan wajah yang memerah.
"Laki-laki mana maksud mu, Mas?"
"Laki-laki yang sudah mengambil hak ku sebagai seorang suami, laki-laki yang sudah melakukan hubungan untuk pertama kali dengan mu! Apakah dia adalah Adikku? Calvin?"
Vania terdiam, sungguh dirinya tidak bisa berkata apa-apa, pria itu memang benar Calvin.
"Kenapa diam? Dugaanku benar, kan?"
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Diana Susanti
benar sx
2022-10-30
1
Ulfa Zumaroh
bastiansok gmna padahal dia udah main sama ibu mertua jijik banget
2022-10-30
2
ayulia lestary
iya bnarr.. duga an mu benarr... kelvin pelkunya
2022-10-30
2