Badrina tengah menyediakan sarapan dibantu oleh asisten rumah tangga. Pagi ini dirinya bersama Cantara berencana ke toko fisik miliknya yang melayani penjualan offline dan online. Usaha Badrina bergerak di bidang fashion baju anak.
Semenjak bercerai dari Arshaka, Badrina harus memikirkan bagaimana cara menghidupi dirinya sendiri. Kalau biaya hidup Cantara masih ditanggung oleh Arshaka, meskipun Badrina tidak pernah menuntut yang macam-macam.
"Pagi Mama." Cantara mengecup pipi Badrina lalu lekas duduk untuk menikmati sarapan kesukaannya, nasi uduk dengan potongan-potongan telur dadar dan tempe orek, serta buah.
"Canta, sudah bersiap ya. Anak mama ini semakin tambah pinternya," puji Badrina setelah mengisi piring milik Cantara.
"Iya dong, Ma. Canta 'kan dibantu ibuk." Barisan gigi rapi Cantara terlihat saat ia menebar senyuman cantiknya. Ibuk adalah panggilan Canta untuk pengasuhnya. Pekerja di rumah Badrina ada dua orang, Badrina sangat membutuhkan tenaga mereka mengingat aktivitasnya juga cukup padat untuk memgurus bisnisnya.
"Setelah sarapan nanti tunggu mama beres-beres dulu ya, Nak. Nanti setelah dari tokonya mama, kita jalan-jalan ke mal yang baru buka itu. Kabarnya, di sana ada taman bunga dan burung hias. Canta pasti suka mama bawa ke sana," ujar Badrina menambah semangat putri kecilnya.
Cantara tidak dapat membayangkan lokasi dan tampilan mal itu seperti apa, tetapi ia antusias untuk pergi bersama Badrina. Ia menghabiskan semua makanan dengan suapan sendiri tanpa perlu lagi dibantu oleh orang lain. Sesekali masih tumpah, Badrina kalau menegurnya tidak pernah lagi dengan suara keras, terutama semenjak Cantara pulang dari rumah sakit.
Badrina merasa hal seperti suapan yang masih tumpah-tumpah sebagai bagian dari perkembangan putrinya. Badrina hanya perlu bersabar hingga tangan Cantara benar-benar cekatan dalam menyendok makanannya tepat ke dalam mulutnya.
Badrina dan Cantara menggunakan jasa taksi untuk mengantarkan ke toko. Setiba di sana, mereka disambut oleh kepala toko yang dipercayai untuk mengelola penjualan barang. Dalam satu ruangan khusus, kepala toko menyerahkan laporan hasil penjualan pada Badrina.
Satu atau dua kali sebulan Badrina akan berkunjung, bangunan itu tidak hanya dijadikan toko saja, tetapi bagian belakang bangunan dimanfaatkan juga sebagai gudang barang yang berisi pakaian anak-anak dari usia 0 sampai 10 tahun.
"Numaira, baju tidur anak sepertinya kurang diminati ya. Saya lihat penjualannya tidak seperti jenis yang lain. Nanti stoknya dihabiskan saja, bila perlu diberi diskon karena sudah balik modal juga. Bulan mendatang dihentikan dulu pembelian dari supplier ya," perintah Badrina setelah membaca laporan hasil penjualan produk tokonya.
"Siap Bu Rina, baju tidurnya kurang diminati karena gambarnya terlalu ramai Bu Rina. Pelanggan yang datang biasanya saya tawarkan juga, rata-rata mereka beralasan demikian," terang Numaira, kepala toko.
"Oh ya oke, bulan mendatang dana yang seharusnya untuk membeli baju tidur anak, alihkan ke pembelian gaun anak perempuan di atas 5 tahun ya Numaira supaya modalnya berputar," tambah Badrina. Numaira mencatat semua petunjuk dari Badrina, setelah itu undur diri kembali bekerja memeriksa toko.
"Canta, Mama sudah selesai. Kita lanjut jalan-jalan ke mal yang pagi tadi Mama bilang ya," ajak Badrina. Cantara mengangguk setuju, setelah itu Badrina kembali memesan taksi menuju lokasi mal.
"Mama, papa ngga ikut kita?" tanya Canta sambil menggandeng tangan mamanya menyusuri taman di mal baru, ia menyandang tas merah mudanya. Sesekali melihat anak seusianya datang bersama keluarga ke mal.
"Jam segini papa pasti masih kerja, Nak," ujar Badrina memerhatikan tatapan anaknya.
"Oh iya, Canta lupa, Ma. Canta mengira hari ini libur akhir pekan, ia tepuk dahinya pelan, sekarang bukan Sabtu ya, Ma." Badrina mengangguk sembari tersenyum membenarkan ucapan putrinya.
Cantara senang sekali ke mal baru yang diresmikan dengan nama Lavender Hill Mall. Di tamannya tersusun rapi bunga lavender ungu yang begitu memikat mata, di sampingnya ada kandang burung, ada jenis merpati, kutilang, parkit dan beo di sana. Masing-masing jenis memiliki kandang besar.
Terlihat pula kolam ikan yang dihias dengan tanaman air jenis kala lili putih. Bunga kesukaan Badrina yang melambangkan kepercayaan dan kesetiaan. Belum lagi pohon besar yang menutupi terik matahari sehingga tidak terpapar langsung pada kulit pengunjung.
Nuansa alam terasa kental, angin sepoi-sepoi menambah kesejukan. Tidak banyak bangku ditaruh, sebab taman mal difungsikan sebagi lokasi foto bagi para pengunjung sembari melihat-lihat pemandangan sekitar.
Badrina berjalan sambil menggandeng tangan anaknya, ia merasa dimanjakan oleh suasana alam. Ia menyusuri taman sambil menatap dan menikmati keindahan di mal baru ini.
Pengunjung saat itu tidak terlalu padat sehingga Badrina dan Cantara tidak perlu berdesakan dengan yang lain. Bila malam menjelang, barulah taman mal ini akan penuh sesak.
Tanpa sengaja, Badrina menubruk seseorang yang tengah berdiri menelepon mengarah ke tanaman lavender hingga terjatuh bersama ponselnya.
"Aduh!" pekik seorang perempuan saat menyentuh tanah. Panggilan pada ponselnya terputus.
"Bu, maafkan saya. Saya salah tidak melihat ibu berdiri di sini," sesal Badrina seraya membantu perempuan itu untuk berdiri, "saya terlalu terpukau dengan nuansa alamnya," tambahnya setelah memastikan perempuan itu berdiri sempurna. Badrina begitu menyesal karena kurang berhati-hati, bahkan dalam hati dirinya siap bila kena amuk dari perempuan yang tengah berdiri di hadapannya ini.
"Tidak apa-apa, Mbak. Saya juga salah berdiri sembarangan," sanggahnya. Perempuan itu begitu lembut menanggapi permohonan maaf Badrina.
Badrina menyerahkan ponsel milik perempuan itu yang saat terjatuh sempat ditangkapnya. Mereka berdua saling menatap lama lalu sama-sama tersenyum.
Keramahan perempuan itu membuat Badrina merasa lega. Tidak ada bentakan apalagi caci maki, selain cantik perempuan itu bertutur begitu sopan. Badrina menawarkan untuk mengganti ponselnya bila rusak akibat peristiwa tadi. Namun, perempuan itu menolak dengan alasan ponsel itu tidak rusak.
Setelahnya, mereka berpisah dengan tujuan masing-masing, Badrina dan Cantara memasuki mal sementara perempuan bersama seorang bocah kecil melangkah keluar menuju sebuah mobil.
Di kantor, Arshaka terlihat sedikit panik. Tadi ia tengah menelepon seseorang, panggilannya terputus, "Maulidya, tadi apa yang terjadi?" tanya Arshaka menuntut penjelasan, setelah komunikasi mereka terhubung kembali.
"Tadi... aku ditubruk, Mas. Aku dan ponselku terjatuh," jelasnya. Ia menceritakan kalau dirinya bepergian dengan putrinya.
"Apa kamu tidak apa-apa, Lidya? Taman mal sebesar itu, tapi bisa ada yang main tubruk. Mungkin orang itu lagi punya tekanan hidup," kekeh Arshaka bermaksud menghibur Maulidya.
"Em, Mas... yang nubruk aku... Badrina. Kami bertemu," ungkap Maulidya.
Arshaka tercekat, keheningan pun tercipta di antara mereka. Kekehan Arshaka seolah-olah ditelan fakta yang baru saja di dengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
lovely
Lydia pacarnya arshaka ya y sudah move on Dong dari mantan 🤔
2022-11-17
1