Cantara dan Badrina menghabiskan akhir pekan di rumah Nuraini. Bengkak di organ Arshaka berangsur berkurang meski masih terasa nyeri. Badrina membantu Arshaka untuk memenuhi nasihat dokter, ia mendampingi mantan suaminya sepenuh hati.
Saat Badrina menyuapi sarapan Arshaka di hari Minggu pagi, dering ponsel milik Arshaka terdengar. Mereka sama-sama menoleh ke arah nakas di samping tempat tidur.
Panggilan dari Elmira.
Badrina lekas mengalihkan pandangannya, ia menunduk melihat pada piring lalu mengaduk makanan Arshaka, sementara itu Arshaka tidak berniat mengangkat panggilan telepon pagi ini.
Makanan disuapi kembali oleh Badrina. Pria itu tampak menikmati pelayanan yang diterima dari sang mantan. Tidak lama, ponsel Arshaka kembali berbunyi masih dari pemanggil yang sama.
Arshaka melirik sekilas pada Badrina, muncul begitu saja rasa tidak enak pada ibu dari putrinya itu.
"Angkat saja," ujar Badrina merasakan aura gelisah dari Arshaka. Badrina meletakkan piring makan di nakas lalu ia berdiri, membereskan ketidakrapian kamar Arshaka sembari menunggu keduanya selesai berbicara.
Entah ada urusan apa Elmira di pagi hari ini, Arshaka tidak segan menerima panggilan di hadapan Badrina. Tidak mungkin ia melangkah ke balkon karena masih terasa nyeri di area sensitifnya.
Arshaka masih harus rebahan di ranjang empuknya untuk menghimpun tenaga agar lekas pulih dari insiden kemarin pagi.
"Halo...," ujar Arshaka.
"Shaka, selamat pagi. Apa kabar? tanya Elmira lega sebab panggilannya direspon dengan baik.
"Kabar baik, Mira," balas Arshaka.
"Shaka, em... nanti malam aku mau ajak kamu makan malam ganti pertemuan lalu yang tertunda," ajakan Elmira terdengar samar oleh Badrina meski suara ponsel tidak diperbesar. "kamu ada waktu?" tanya Elmira, lebih terkesan mengajak.
Sesekali Arshaka melirik Badrina, perempuan itu menunjukkan raut biasa tanpa ekspresi berlebihan. Ia sibuk merapikan benda di kamar Arshaka, "Mira, aku ...."
"Nanti biar aku jemput," potong Elmira sebelum Arshaka melakukan penolakan. "ada yang mau aku sampaikan sama kamu, please," nada suara Elmira terdengar serius.
"Ee... Ya, baiklah, Mira. Aku tunggu kamu di rumah," pungkas Arshaka menutup pembicaraan.
Dalam diam Badrina menoleh menatap tajam Arshaka yang tengah meneliti ponselnya.
Rupanya, tadi ada pesan dari Elmira yang masuk, Arshaka menaruh kembali ponsel di nakas.
"Sarapanku, Rina," ucapnya, membalas tatapan Badrina yang sedang berdiri mengarah padanya.
Badrina jalan menuju arah nakas. Manik mata mereka berdua bertemu, Arshaka sulit mengartikan tatapan mantan istrinya itu. Di kala marah biasanya sorot Badrina seperti itu. Marah untuk apa?
"Nampaknya kamu sudah sembuh, bisa makan sendiri." cetus Badrina sambil mengambil piring dan menyerahkannya pada Arshaka.
Pria itu menarik tubuhnya agar duduk lebih tegak. Ia menerima piring dari Badrina. Saat Badrina memutar tubuhnya, pria itu buru-buru menahan tangan Badrina. Langkahnya pun terhenti.
"Makanannya sedikit lagi. Mau ke mana?" tanya Arshaka cepat.
Badrina melepaskan pegangan Arshaka pelan, "Mau lihat Canta dari semalam tidak aku perhatikan karena sibuk mengurus kamu." Badrina seperti tersadar bahwa perhatiannya seharian lalu habis untuk Arshaka yang tengah sakit.
"Nanti sore kami kembali ke rumah." Badrina berbalik berjalan ke arah pintu kamar. Arshaka terdiam sampai Badrina menutup pintu kamar.
Badrina sulit memahami perasaan yang berkecamuk dalam dirinya. Ia kurang terima saat Arshaka merespon ajakan Elmira untuk bertemu nanti malam, padahal pria itu untuk berjalan perlu dipapah, makan disuapi, bahkan masih butuh bantuan untuk mengompres area yang sakit.
Belum lagi, Cantara telah terabaikan karena dirinya fokus membantu Arshaka untuk sembuh, syukur saja Cantara nyaman bersama omanya.
Badrina mau saja bahkan menginap lagi untuk membantu Arshaka sampai sembuh, jiwanya kalau melihat keluarga yang sakit cepat tergerak. Namun, mengingat respon putri mereka sewaktu bertemu Elmira Jumat malam, bisa saja terjadi lagi. Cantara sedih lagi.
Oleh karena itu, Badrina memutuskan untuk pulang sore nanti daripada suasana hati Cantara terluka lagi melihat papanya pergi bersama Elmira. Apa pesan Nuraini tempo lalu tentang kedekatan dengan orang lain yang berdampak pada Cantara, tidak diresapi Arshaka? Badrina menghela nafas kesal dengan Arshaka lagi.
Bertambah-tambah kesalnya saat mengingat ajakan rujuk yang terlontar dari Arshaka, padahal pria itu tengah dekat dengan teman lamanya bernama Elmira. Elmira tidak pernah suka dengan Badrina, entah karena apa.
"Mama...." Sapaan Cantara membuyarkan lamunan Badrina. Ia tengah duduk di ruang keluarga sambil menemani Cantara bermain, tetapi fokusnya melayang kemana-mana. Badrina tak sadar melakukannya.
Cantara naik ke atas sofa dan memeluk mamanya. Gadis kecil nan manja kesayangan Badrina bertanya, "Papa sudah sembuh? Nanti sore ajak Papa ke mal yuk, Ma." Cantara mendongak dengan tatapan memohon pada Badrina.
Badrina tidak segera menjawab, ia belai kepala anaknya, "Canta ngga main lagi? Oma di mana, ya?" Badrina mengalihkan pembicaraan, balik bertanya.
"Oma lagi terima telepon dari teman, Ma," jawab Cantara.
"Ma... gimana... ayo ajak Papa ke mal." Cantara kembali mendesak mamanya.
"Em... Papa masih sakit, Nak. Perlu istirahat." Badrina tidak berbohong, sepenglihatannya Arshaka memang masih banyak dibantu olehnya untuk beraktivitas. Dan tidak mungkin ia mengatakan kalau papanya akan pergi malam ini bersama Elmira.
"Ooh...." Cantara kemudian turun dari pangkuan mamanya. Tadi gadis kecil itu telah bertemu papanya, memang ia melihat Arshaka masih berbaring di ranjang kamar.
"Canta... mau ke mal ntar sore, Nak?" Itu suara Arshaka. Ia mendengar percakapan ibu dan anak itu sedari awal. Tadi ia menyusul Badrina setelah menelepon seseorang.
"Papa... sudah sembuh?" Cantara senang melompat kegirangan melihat papanya telah berjalan tanpa perlu dipapah. Arshaka perlahan duduk di sebelah Badrina.
"Nanti sore kita jalan-jalan, mau ngga. Sudah lama banget Papa tidak jalan bareng anak cantik Papa," Arshaka tersenyum menjawil hidung mancung anaknya, "bilang ke Oma buat ikut ya, sana."
Cantara mengangguk antusias dan meninggalkan papa mamanya berdua.
"Maksud kamu bagaimana? Kamu sudah bisa berjalan lama? Nanti malam kamu punya janji, ke mal bawa Canta tidak cukup sejam dua jam. Aku ngga mau anakku didesak-desak pulang buat kepentingan perempuan kamu itu." Badrina menumpahkan kekesalannya dengan suara pelan tapi menusuk. Ia menatap mantan suaminya dari samping.
Sewaktu Arshaka membalas tatapan Badrina, perempuan itu beralih melihat ke depan, "Aku membatalkan lagi janji dengan Elmira. Jadi sore kita bisa pergi."
Ya, sewaktu Badrina keluar kamar, Arshaka mencoba menelisik gestur Badrina yang berbeda setelah telepon itu diangkat.
Ia memutuskan menghubungi Elmira dan memohon maaf membatalkan janji lagi sebab ia teringat ada janji dengan anaknya meskipun sebenarnya belumlah ada.
Saat dirinya keluar, malahan alasan itu benar akan terjadi setelah mendengar percakapan Badrina dan Cantara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
lovely
ayooo rujuk aja demi canta jangan egois
2022-10-29
1