Arshaka ditinggalkan berdua bersama Elmira. Pria itu tidak menyangka ketidakhadirannya sore ini ke rumah Badrina berujung pertengkaran lagi dengan sang mantan. Berkunjung salah, tidak berkunjung masalah. Runyam.
"Em, Mira. Sepertinya makan malam kita tidak bisa dilanjutkan. Aku harus menemani putriku, terlihat wajahnya begitu sedih tadi." Arshaka berharap Elmira memahami kondisi. "Maaaf sekali," sambungnya.
"Ah ya Shaka, aku mengerti. Bagaimana kalau makan malam di rumah ini saja. Aku senang bisa bergabung dengan keluargamu." Pernyataan santai Elmira membuat Arshaka melongo.
Teman perempuannya terang-terangan meminta ikut makan bersama. Arshaka serba salah. Bagi Elmira, ini kesempatan yang tidak akan terulang kembali.
Badrina adalah masa lalu Arshaka, Elmira tidak perlu sungkan untuk mendekati keluarga pria itu.
Di ruang makan, Badrina duduk bersebelahan dengan Cantara. Gadis kecil itu berusaha untuk tersenyum saat omanya menanyakan 'mana senyum Canta', meski terlihat dipaksakan.
Badrina mengelus kepala putri kesayangannya, "Canta sedih? Papa kamu bilang tadi pulang tidak akan larut malam, Sayang." Badrina berusaha menghibur hati anaknya.
Cantara mengangguk, ia akan makan bersama mama dan oma tanpa kehadiran papa yang dirindukannya.
Saat mereka akan makan, Arshaka dan Elmira masuk ke ruang makan.
"Mama..., Elmira akan ikut makan bersama kita. Canta, Papa tidak jadi pergi keluar, makan bersama Canta." Nuraini tidak menunjukkan keberatan dengan Elmira bergabung di meja makan, meskipun ia merasa sikap Arshaka keliru.
Arshaka berharap ada respon setidaknya senyuman dari buah hatinya itu, tetapi raut wajah Cantara menyiratkan sebaliknya.
Arshaka duduk di seberang meja berhadapan dengan putri kesayangannya, sementara Elmira di sebelah Arshaka berhadapan dengan Badrina.
Nasi di piring Nuraini dan Cantara telah disendok oleh Badrina sebelum mereka berdua bergabung, bahkan lauknya pun telah lengkap di piring masing-masing.
Badrina tidak berminat untuk melayani kebutuhan Arshaka. Elmira mengambil inisiatif dengan menggunakan kesempatan untuk menyendok nasi ke piring Arshaka.
"Nasinya cukup?" tanya Elmira. Ia melihat sorot Arshaka jatuh pada mantan istrinya menyiratkan makna khusus.
"Shaka...." Elmira mengguncang lengan bawah Arshaka. Sikap Elmira menarik perhatian Badrina, sesaat kemudian pandangannya beralih pada Cantara.
"Oh... cukup," ujar Arshaka.
Mereka semua makan dalam keheningan pikiran masing-masing. Biasanya Cantara masih mau makan sambil bercerita, tetapi kali ini hanya diam saja.
Jamuan makan selesai, kalaulah saja mereka jadi makan di restoran pesanan Elmira sudah barang tentu Arshaka dan Elmira punya kesempatan untuk mengobrol lebih lama.
Cantara diajak lebih dulu pamit masuk ke kamar Nuraini. Sewaktu Elmira turut membereskan dapur dan meja makan, Badrina menyela, "Biar saya saja. Mbak ke depan saja mungkin ditunggu Shaka," ujar Badrina yang menilai basa-basi Elmira berlebihan. Tidak perlu berlama-lama, Elmira segera ke ruang tamu menemui Arshaka.
Tidak lama terdengar suara kendaraan menjauh dari rumah oma Cantara. Elmira kembali pulang setelah Badrina menyilakan menemui Arshaka. Mengapa mereka tidak memanfaatkan waktu lebih lebih lama? tanya Badrina dalam hati.
"Maafkan aku untuk kejadian malam ini." Arshaka kembali masuk ke ruang makan yang menyatu dengan dapur.
Badrina sedikit terkejut mendengar ucapan mantannya, ia tidak merespon, terus saja melakukan pekerjaan menyuci piring lali menyimpan yang bersih ke dalam rak.
"Tadi siang aku diajak Elmira --"
"Aku tidak perlu tahu." Badrina cepat memotong pembicaraan Arshaka, "Tidak perlu melapor, itu hak kamu."
Arshaka mengambil posisi duduk kembali di kursi makan. Ia melihat masih ada noda kotor di meja lantas ia berdiri mengambil kain untuk membersihkannya.
Bangkunya berdecit, membuat perhatian Badrina teralihkan padanya. Sejurus kemudian, Badrina menarik kain dari tangan Arshaka yang sedikit lagi menyentuh meja.
"Biar aku," ucap Badrina. Arshaka membiarkan, ia kembali duduk sembari menatap dalam diam mantan istrinya yang sedang bergerak membersihkan meja. Badrina paham Arshaka sedang tidak enak hati dengan seisi rumah, sehingga salah satu cara ia turut membersihkan meja.
"Tidak perlu melakukan sesuatu yang tidak pernah kamu lakukan sebelumnya." Badrina telak menyindir Arshaka. Saat menjadi suami dirinya tidak pernah sekalipun menyentuh kain lap, kain pel, dan kain lain yang sejenis.
"Tapi, bisa jadi ada keinginan belajar menjadi seseorang yang gak alergi ke dapur untuk calon nyonya baru." Badrina tertawa meledek. Ia melirik sesaat lawan bicaranya.
Arshaka mengisi gelas dengan air mineral lalu meneguk hingga tandas.
"Kamu masih mau berantem malam ini? Ngga bosen nyerocos terus tiap berjumpa, Nyonya?" tanya Arshaka balik menyindir Badrina.
Badrina memelototi Arshaka dengan kedua alis terangkat. Berlama-lama di ruangan yang sama dengan Arshaka bisa membuat perjuangannya mengelola emosi menjadi kandas.
Kain bekas membersihkan meja diletakkan Badrina di wastafel lalu segera dicucinya. Kemudian ia pergi keluar ruang makan tanpa suara menuju kamar mantan mertuanya.
Cantara telah terlelap di ranjang Nuraini. Omanya menepuk dan sesekali membelai punggung Cantara sebagai cara cepat untuk membuat sang cucu terbuai menuju alam mimpi.
"Canta sudah tidur. Malam ini kalian menginap ya, Nak," pinta Nuraini penuh harap. Badrina sebenarnya berencana akan pulang ke rumah. Malam ini suasana hatinya kurang enak melihat anaknya bersedih.
Melihat Cantara terlelap di ranjang, ia memberi anggukan pada Nuraini. Dirinya diajak mengobrol sebentar di ruang keluarga, bertepatan Arshaka berada di ruangan yang sama sedang memperhatikan ponselnya.
Badrina dan Nuraini duduk di sofa berseberangan dengan Arshaka. Badrina sedikit 'malas' melihat mantan suaminya malam ini, dampak dari peristiwa hadirnya Elmira saat makan malam tadi.
"Mama ingin bicara pada kalian," ujar Nuraini melihat ke mantan menantu dan anaknya bergantian, "mama tahu kalian sayang pada Canta. Rela memberikan apa saja untuk tumbuh kembangnya. Mama tidak pernah komplain apapun mengenai relasi kalian berdua. Namun, kali ini dan ke depan, Mama mohon tolong turunkan ego kalian masing-masing." Nuraini menjeda kalimatnya, menetralisir emosi yang terperangkap dalam dadanya.
"Jangan biarkan Canta kebingungan dengan perdebatan dan sikap permusuhan kalian yang tiada akhir. Silakan kalian mau dekat dengan siapapun karena telah memilih bercerai. Tapi, pertimbangkan hati Canta yang pasti terluka saat mengerti kalian telah bercerai. Kalian berdekatan dengan orang lain dengan secepat mungkin, perpindahan itu juga membuatnya akan lebih bingung dan terluka lagi," tegas Nuraini.
"Mama tahu bahwa kalian berhak bahagia, tapi kebahagiaan itu perlu memikirkan kondisi jiwa kecil Canta saat ini. Bila kalian hidup saling menyakiti, janganlah mewarisi luka itu lagi pada anak kalian." Kedua mantan pasangan itu menunduk seolah menyadari kekeliruan yang mereka lakukan baik sebelum dan setelah bercerai.
"Kalau ditanya, Mama ada di pihak mana? Mama di pihak Canta. Mama paham bahwa Badrina melewati masa kecil yang begitu sulit, oleh karenanya Mama mohon untuk Badrina agar mulai memahami kondisi diri sendiri entah mungkin membutuhkan psikolog atau psikiater untuk membantu. Mama tidak bilang Badrina 'gila' yang Mama maksudkan agar kamu punya teman bicara yang nyaman." Mendengar ketulusan Nuraini, Badrina tidak mampu menahan tetes air mata. Dia teringat masa kecilnya yang pahit.
"Arshaka, meski kamu hidup dalam cinta dan kasih. Ada kemungkinan kamu kesulitan untuk menerima sesuatu yang tidak sejalan dengan itu seperti sulit menerima pertengkaran atau konflik. Kamu juga perlu merenungkan itu akan sampai kapan kamu memandang seseorang dari letak kesempurnaan sebab tidak ada manusia yang sempurna, Shaka," tegur Nuraini pada anak laki-lakinya.
Selepas percakapan yang lebih mirip seminar motivasi itu, Badrina dan Arshaka ditinggal berdua. Nuraini masuk kembali ke kamar.
Arshaka merasa canggung ditinggal bersama Badrina, memilih-milih perkataan apa yang harus dikatakan agar tidak membuat mantan istrinya kembali tersulut emosi.
"Em... Rina, kamar kamu... di sebelah kamarku. Barangkali kamu... lelah... kita bisa beristirahat." Arshaka terbata-bata, khawatir Badrina akan tersinggung.
Pria itu melihat Badrina mengusap pipi, menangis entah karena apa. Ingin sekali direngkuhnya dalam pelukan untuk menenangkan, tetapi daripada Badrina mengamuk Arshaka membiarkannya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
lovely
ibu nenek yg bijakkkk Nuraini😍😍
2022-10-29
1