Dewa pada akhirnya tak bisa menentang perintah sang ayah. mau tak mau ia terpaksa harus meninggalkan apartemen yang di penuhi kenangan oleh Diana dan pindah ke rumah yang sudah di tetapkan sang papa.
Mobil sedan SUV berwarna putih itu melaju pelan membela jalan perkotaan padat pagi ini, libur akhir pekan benar-benar ramai di penuhi para manusia yang mencoba untuk melepas penat dari rutinitas kerja mereka.
Langit nampak cerah seakan mendukung pagi menuju siang yang indah hari ini. Di mobil yang di kemudikan pak Dandi, sopir keluarga yang di utus ayahnya untuk mereka, Dewa duduk sambil memangku laptop nampak berusaha sibuk dengan pekerjaan yang belum rampung, ia sama sekali tak minat dengan keadaan ini, sementara Arumi diam bergeming matanya yang indah bak telaga jernih itu menatap ke luar jendela memperhatikan barisan- barisan rumah juga pepohonan yang mereka lewati.
Suntuk membuat pak Dandi menyalakan audio mobil, suara merdu Shan Filan - beautiful in white mengalun indah memecah keheningan.
Pada Refrain lagu ' you look so beautiful in white' entah kenapa mata bak jelaga milik Dewa melirik ke arah Arumi seketika yang kebetulan kini gadis tersebut memakai setelan dress putih dengan renda cantik di kerahnya membuat Dewa terkesima untuk beberapa detik, keheningan seakan kembali merayap hanya suara merdu Shan Filan yang samar-samar terdengar sementara fokus Dewa tetap pada gadis yang kini menyandarkan bahunya ke kaca mobil.
Orang bilang, cinta dan kebencian itu selayaknya selembar kertas, perbedaan mereka sangat lah tipis, siapa yang tahu suatu hari nanti gadis yang saat ini paling kau benci menjadi gadis yang paling kau cintai, hingga setiap helaan nafas mu saja menggumamkan nama nya. Suara hati kecil Dewa berbicara.
Lamat dan lekat Dewa menatap Arumi yang kini terlihat tersenyum entah karena apa.
Namun itu hanya bertahan selama beberapa menit sebelum akhirnya suara Monalisa yang terdengar melalui airpods yang ia pasang di telinga sedikit berteriak mengagetkan nya seketika.
Dewa menggeleng seraya menggeram, lelaki berkumis tipis itu memejam sambil memijit pangkal hidung nya. "Sadar Dewa, apa yang kau pikirkan?" gumamnya bermonolog berusaha mengingat kan diri jika dia tidak boleh terlena oleh kecantikan wanita itu. Ia harus menepisnya. Selayaknya sebuah peringatan, ia seperti melihat sebuah tangan putih yang terulur dari balik punggungnya, lalu ia membulatkan mata ketika bayang-bayang wajah Diana kembali mengaburkan pandangan, selayaknya roh yang tidak mempunyai tujuan, bayangan gadis pujaan nya itu melayang bersama kelap-kelip yang menyelimuti tubuhnya, sambil tersenyum melambaikan tangan lalu meninggalkan nya ketika ia hendak menggapai.
Dewa membuka mata, ia membuang nafas kasar, ternyata hanya khayalan. "Sh it!" ia mengumpat, menyandar kan punggungnya pada jok mobil, sementara Arumi masih terlihat anteng menatap jalanan di luar sana.
Banyak yang di pikirkan Arumi saat ini, tentang kehidupan pernikahan yang akan ia jalani bersama Dewa di rumah baru, bersama pria yang sama sekali enggan bahkan untuk sekedar menatapnya. Pria yang sangat membencinya.
Arumi hanya bisa mengikuti arus kemana takdir akan membawa bahtera rumah tangga yang tak pernah di inginkan ini. Ia hanya bisa berusaha semampunya untuk bertahan, selebihnya ia serahkan pada sang pemilik hati.
"Tuhan, kuat aku ... " lirihnya lalu memejamkan mata kala kantuk menyergap raga.
***
"Tuan, nyonya. Kita sudah sampai." suara serak sopir berusia setengah abad itu mengagetkan keduanya, Dewa yang sejak tadi fokus pada layar monitor mengalihkan pandangannya, sementara Arumi menggeliat, tak menyadari jika sudah tertidur begitu lama.
"Benar ini alamatnya, pak?"
"Ya tuan." pak Dandi mengangguk, melalui kaca tengah spion mobil ia menatap kedua majikannya itu, bahkan orang asing seperti nya pun bisa tahu ada sekat yang begitu kuat di antara pasangan suami istri itu. Mereka seperti menjaga jarak.
Mobil mewah tersebut berhenti di depan sebuah pagar tinggi nan kokoh dengan plat nomor rumah di salah satu tiangnya.
Dewa keluar terlebih dahulu, di belakang mereka, sebuah mobil hitam ikut berhenti di pekarangan, lalu keluarlah seorang pria berpakaian parlente berperawakan atletis dengan wajah rupawan.
"Tuan muda ... " ia berseru menunduk hormat pada Dewa.
"Nathan, sejak kapan kau ada di sini?" tanya Dewa yang terkejut, sementara Arumi memindai penampilan pria yang sepertinya tak jauh berbeda usianya bersama Dewa. Ia akui pria itu tampan dalam sekali pandang namun tak bisa mengalahkan kharisma yang Dewa punya, setidaknya itulah penilaian nya.
"Saya di utus tuan besar, tuan muda untuk menjadi personal assistan anda."
Dewa tercenung. "aku sudah memiliki Monalisa untuk itu," kata Dewa nampak heran, untuk apalagi ayahnya mengirimkan orang.
"Miss Monalisa sudah di tugaskan hanya akan menjadi sekretaris anda di kantor, sementara saya yang akan mengatur semua jadwal anda mulai hari ini." papar pria yang di panggil Nathan itu.
Dewa menghela nafas, apakah ayahnya berusaha mengawasi nya dengan mengirimkan Nathan sebagai mata-matanya kini? ia tak habis fikir.
"Terserah." hanya itu yang di gumamkan Dewa, pria berkaos hitam tersebut berlalu. Nathan pria pemilik wajah kaku sama seperti Dewa, ia cenderung cuek dan menarik diri dari keramaian, Nathan adalah putra Candra, pria berusia senja yang sudah mengabdikan hidupnya pada keluarga dirgantara sejak zaman kakek Dewa, kini pak Candra sudah tiada, Nathan menjadi pengganti untuk ayahnya mengabdikan hidupnya pada keluarga dirgantara yang sudah membiayai seluruh pendidikan nya bahkan pengobatan sang Ayah dulu. Mengikuti jejak ayahnya.
"Salam kenal nyonya dirgantara." Nathan menunduk memberi hormat pada Arumi.
Arumi hanya mengangguk. "salam kenal. Panggil aku Arumi saja."
"Tidak. bagaimana bisa seorang bawahan memanggil nyonya nya dengan nama," ucap Nathan dengan datar.
Arumi tersenyum kikuk, sementara Nathan tak menatapnya sama sekali seperti nya aspal jalanan lebih menarik dari pada dirinya menurut pria itu. Arumi tertawa dalam hati dengan pikiran konyolnya.
***
Saat memasuki halaman yang begitu luas, hawa sejuk menerpa kulit dan rambut Arumi, di depan sana berdiri gagah patung wanita bergaya Yunani kuno menuangkan air di guci yang ia papah, mengalirkannya ke kolam kecil di bawah, yang mana terdapat ikan hias di dalamnya, Arumi memandang takjub. Sementara di belakang Dewa memperhatikan tingkah laku gadis itu seraya berdecak. "Lucu." satu kata yang ingin ia ucapkan namun lidahnya terasa keluh untuk mengeluarkan, hati dan otaknya masih berperang sengit.
Di hadapan mereka berdiri kokoh bangunan megah berlantai dua dengan paviliun yang berdampingan, ini bukan lagi di sebut rumah, tapi istana! benar-benar menakjubkan.
Di samping rumah terdapat sebuah palang yang berdiri tegak di jalari tumbuhan merambat, sepertinya itu hiasan. bertuliskan [ Mansion Arjuna].
Dewa berdecak kesal, ayahnya terlalu berlebihan, untuk apa hunian mewah ini jika pernikahan saja tidak menjamin bertahan lama. Dalam hati ia merutuk menatap gadis yang kini menoleh menatap ke arahnya seraya tersenyum.
Lalu ada debar-debar yang tak bisa ia tahan ketika Arumi melambai ke arahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Nadin Nisa Rismaya
next
2022-10-24
1
Puji Lestari
Arumi pergilah dri pda makan hati,siksaan dri suami.biarkan 2 lelaki yg sudah menyia-nyiakan u penuh penyesalan
2022-10-24
1