Bab • 04 •

"Jadi kalian benar akan tinggal di apartemen saja, tidak bisa kah kalian tinggal sementara di sini selama mencari rumah untuk kalian nanti?" Bu Helena bertanya setelah melihat Dewa yang keluar bersama koper juga Arumi yang membantu membawa sebuah tas berisikan laptop dan dokumen-dokumen pria itu.

"Tidak mah, Arumi sudah berjanji untuk mengikuti ku di mana pun aku tinggal, dan aku akan tinggal di apartemen saja selama mencari rumah untuk kami berdua nanti, ada proyek pembangunan gedung baru yang sedang ku kerja kan dan kebetulan apartemen ku dekat dengan lokasi proyek."

"Tapi kasihan nanti Arumi jika kau pergi bekerja dia akan sendirian di apartemen," ucap pak Handoko berusaha sekali lagi untuk membujuk sang putra, namun bukan Dewa namanya jika tidak keras kepala dengan keputusan nya.

"Itu tidak masalah untuknya, nanti ada mobil pribadi untuk membawa nya kemana pun selama aku tidak ada, dia bisa berkunjung ke rumah orang tuanya atau ke rumah sahabatnya, jadi dia tidak akan kesepian selama aku bekerja." Begitu pintar lelaki itu bersilat lidah, dalam hati Arumi merutuk karena itu bukan keputusannya, teringat ia percakapan singkat di antara mereka sebelum keluar dari kamar beberapa saat lalu.

"Nanti saat kedua orang tua ku bertanya, tugas mu hanya diam dan mengangguk, jangan berucap barang sepatah kata pun."

"Kenapa kamu begitu bersikukuh ingin tinggal di apartemen mu dari pada di rumah ini, maksud ku mamah dan papah hanya tinggal berdua di rumah ini, tak enak jika kita tinggal berpisah."

"Dan membiarkan mereka melihat aku yang menyiksa mu?" ucapan Dewa yang memotong perkataannya membuat Arumi terdiam seketika.

"Sebegitu bencinya kah kamu padaku?" tanya Arumi dengan suara bergetar menahan sesak yang tiba-tiba muncul.

"Ya, sangat." balasan dari Dewa benar-benar meluluhlantakkan perasaan Arumi, gadis itu mati-matian menahan air matanya, tidak, dia tidak boleh menjadi wanita yang cengeng di hadapan pria arogan ini.

"Baiklah, terserah kau saja!" Arumi akhirnya menyerah, lalu lebih memilih berlalu duluan meninggalkan Dewa yang bahkan enggan untuk menatapnya. Tanpa mempertanyakan alasan Dewa yang membencinya, ia sudah lelah dan lebih mempasrahkan diri untuk apa yang terjadi selanjutnya. Meskipun ia sendiri tidak tahu sampai kapan ia akan bertahan.

*

*

*

"Nanti Papah akan ikut bantu mencari kediaman nyaman untuk kalian tinggali."

Pak Handoko dan bu Helena akhirnya setuju dengan keputusan Dewa meski masih terkesan di buru- buru namun mengingat pernikahan keduanya yang tak terduga dan mendadak adaptasi satu sama lain penting agar bisa menjalankan bahtera rumah tangga yang panjang ke depannya.

"Terimakasih pah, untuk masalah itu biar Dewa dan Arumi sendiri yang mencari, kami tidak akan lama tinggal di apartemen paling hanya seminggu, untuk rumah kami akan mencari yang dekat kantor, kebetulan aku mempunyai kenalan untuk itu, jadi kalian tidak usah khawatir."

Pak Handoko mengembuskan napas pelan, sejak dulu Dewa tak pernah berubah, putra pertamanya ini terlalu tertutup dan pasif, terlalu sulit untuk memahami sifat sang putra yang misterius. "Baiklah terserah kalian jika seperti itu."

Kini giliran Bu Helena, beliau membelai rambut panjang Arumi dengan perasaan sayang seperti melihat putrinya sendiri. "Jaga Arumi baik-baik, dia masih perlu beradaptasi," pesannya pada Dewa, lalu menatap Arumi lagi dengan lekat. "Ah, Arum mamah sangat menyayangkan, andai kau menikah dengan putra ku, pasti aku akan menerima mu sepenuhnya sebagai menantu."

Ada raut keterkejutan yang Arumi tunjukkan meskipun ia sudah tahu fakta yang ada. "Tapi, mas Dewa juga putra mamah kan?" sebaris senyum canggung ia tampil kan, takut-takut apa yang di ucapkan nya malah menjadi boomerang baru.

"Ahaha, kamu benar nak. Mamah ini apaan sih ngomongnya menantu kita jadi bingung kan." pak Handoko berucap seraya berseloroh berusaha mencairkan situasi tegang yang tiba-tiba menyelusup.Sementara bu Inggit hanya menampilkan raut datar tanpa semangat, hal itu membuat Arumi penasaran apa yang sebenarnya keluarga ini sembunyikan, bahkan ia juga awalnya tak tahu tentang Dewa, selama menjalin hubungan baik dengan keluarga dirgantara, hal tentang Dewa tak pernah mereka bicarakan, seolah-olah Dewa tak pernah ada menjadi putra mereka dan hanya Yudha lah satu-satunya anak yang mereka punya. Hal itu semakin menimbulkan tanda tanya besar di benak Arumi.

*

*

*

Perjalanan menunju apartemen Dewa terasa sangat berat dari sebelumnya, selain karena mereka hanya singgah sebentar di rumah keluarga dirgantara untuk mengambil barang-barang Dewa, itu juga karena kini wajah pria Itu semakin tertekuk dalam, buku-buku tangannya terlihat jelas dari bagaimana ia mengenggam erat setir mobil, seolah menunjukkan perasaan kesal yang teramat.

Arumi melirik diam-diam hanya sekilas ketika mata pria itu menyadari jika ia sedang menatapnya, bosan membuat Arumi akhirnya membuka ponsel, melihat begitu banyaknya pesan yang singgah di aplikasi hijau miliknya, beberapa dari teman terdekat juga kenalan, yang mempertanyakan bagaimana dengan pernikahan nya bersama pria yang sama sekali tak pernah ia harapkan, beberapa hanya penasaran tanpa mau tahu bagaimana keadaan hatinya saat ini.

Lebih memilih mengabaikan Arumi akhirnya mematikan daya ponselnya, menyandar kan punggung mencari posisi yang nyaman lalu menutup mata nya barang sejenak untuk mengistirahatkan tubuh nya yang lelah. Sepasang mata elang Dewa melirik ke arah Arumi melihat gadis itu yang tertidur dengan bibir mungilnya yang sedikit terbuka menimbulkan desir aneh di benak Dewa, netra nya cukup lama memandang Arumi.

Lalu tanpa persetujuan nya tangannya seakan bergerak sendiri hendak membetulkan anak-anak rambut yang tersampir menutupi wajah cantik sang istri,namun pada akhirnya ia urungkan ketika Arumi tiba-tiba merubah posisi kepalanya ke samping membuat Dewa terperanjat lalu membeku sejenak.

"Sial! ada apa dengan ku?" Dewa membatin merutuki diri sendiri yang lancang ingin menyentuh gadis itu. "Di hatimu hanya ada Diana, tidak ada wanita lain!" seakan memperingati diri Dewa mengepalkan kuat tangannya lalu mengembuskan napas kasar ke udara.

*

*

*

Dewa dan Arumi akhirnya sampai di apartemen milik pria itu, dengan menyeret koper masing-masing mereka memasuki ruangan luas tempat Dewa selama ini tinggal, dari cerita mamah Helena, Arumi akhirnya mengetahui jika Dewa tak pernah benar-benar tinggal di rumah, pria itu seolah menutup diri dan selalu tinggal berpindah-pindah, kadang ia bisa menyewa apartemen di satu kota yang berbeda lalu pindah lagi ke kota yang lain, begitu terus hingga dua tahun terakhir itu sebabnya mamah Helena mengatakan jika tak pernah menceritakan tentang Dewa pada dirinya atau pun keluarganya.

"Mama terkadang lupa jika memiliki putra yang lain selain Yudha, maklum saja Dewa sejak kecil selalu mandiri tidak pernah bergantung pada orang lain tidak seperti adiknya yang selalu di manja hingga terkadang mama merasa bersalah karena tidak memberikan perhatian lebih pada Dewa."

Itulah yang di katakan mamah Helena di saat beliau menceritakan tentang Dewa padanya, biasanya seorang putra akan lebih dekat dengan ibunya di banding kan ayahnya, namun Dewa bukanlah anak kandung keduanya, hal itu membuat Arumi yakin jika ada diskriminasi di keluarga itu tentang bagaimana perlakuan terhadap Yudha yang memang anak kandung mereka dan terhadap Dewa yang tidak memiliki hubungan apapun dengan mereka.

Kembali mengingat latar belakang Dewa yang mungkin tak seberuntung Yudha, seakan memberikan alasan pada Arumi untuk mempertahankan pernikahan ini, setidaknya ia ingin melihat pria yang kini menjadi suaminya itu bahagia.Sekali saja saat bersamanya, itulah harapan Arumi yang baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!