...HAPPY READING!!...
"Kamu yakin Rez?"
"Apalagi Ra?" tanya Farez jengah.
"Aku takut, nanti apa kata temen-temen kamu liat kamu dateng bareng aku? Apalagi aku asing bagi mereka. Kalau mereka nebak yang enggak-enggak gimana?" kata Mora dengan perasaan yang tak karuan, pikirannya melayang kemana-mana.
"Bilang aja lo saudara gue."
"Kalau mau bohong yang masuk akal dikit lah Rez. Kamu aja anak tunggal," Mora merotasikan bola matanya malas.
"Oh iya," beo Farez baru menyadari hal itu.
"Gak usah bareng aja ya Rez," mohon Mora.
"Trus lo mau ngesot ke sekolah?" Farez menatap Mora disana.
"Jakarta gak mungkin kalo gak ada angkutan umum kan?" ucap Mora ada benarnya.
"Emang lo tau daerah sini? Kalau lo pake angkutan umum terus lo diculik gimana? Gak ada yang tau Ra, Jakarta itu luas," kata Farez lebih benar.
Mora semakin dibuat gundah oleh Farez. Perkataan dirinya benar, tapi perkataan Farez lebih benar lagi.
Farez menatap mata teduh itu, ia memegang pundak Mora. "Ra, lo itu tanggung jawab gue. Apapun yang terjadi, gue yang bakal jagain lo. Umi dan Abi udah titip lo sama gue, gak mungkin gue abaikan amanat mereka."
"Percaya sama gue, gak bakal ada apa-apa."
"Musyrik percaya sama kamu!" sahut Mora pedas.
"Udah buru masuk, lo gak mau telat kan?"
Mora menggeleng.
"Yaudah masuk cepet. Satu lagi, sebelum lo masuk kelas gue, ntar lo ke ruang kepsek dulu, buat isi data," ujar Farez memberitahu.
"Iyaa." Pada akhirnya Mora mau berangkat bersama dengan Farez, gadis itu masuk kedalam mobil tepat di kursi sebelah kemudi.
***
"SAKANJING! BALIKIN PEN GUE MONYET! KAN UDAH GUE BILANG JANGAN SENTUH BARANG GUE!" teriak Gisa dalam kelas.
"Pen doang elah Sa, pinjem gue," sahut Saka dari mejanya.
"Lo kalau mau minjem bilang dong! Ini enggak main ambil-ambil aja!" cetus Gisa menahan rasa kesalnya.
"Tau lo Sak, balikin sono," timpal Javas tumben-tumbenan. "Lagian lo demen banget gangguin Gisa, suka lo ya?" tebak Javas dengan wajah sumringah nya menunjuk Saka.
"Mata lo bulet! Sorry hati gue udah ada yang isi," ucap Saka dengan sombongnya.
"Siapa?"
"Ryujin Itzy," kata Saka menaik-turunkan sebelah alisnya dengan wajah menyebalkannya.
Gisa dan Javas memandang datar kearah Saka. Gisa mendekat lalu merampas kembali pulpen yang tadi Saka ambil miliknya.
"Buset, santai kali," Saka terkejut dengan perlakuan Gisa. Gadis itu tak perduli, ia malah duduk dibangku nya dengan anggunnya.
"Heran gue sama tu cewek," gumam Saka.
Fokus mereka teralih oleh suara bising yang berasal dari luar. Gisa yang tadi nya tengah anteng duduk pun lantas pergi untuk melihat apa yang terjadi.
Kedua cowok itu pun ikut keluar kelas, dari koridor mereka melihat Farez yang datang dengan gadis bercadar di sebelahnya.
Mata kedua cowok itu membulat sempurna. "Anjir!" seru Saka tak percaya.
Dari ujung koridor dapat terdengar suara-suara bahkan teriak histeris dari pada gadis, mereka yang kebanyakan adalah kalangan yang menyukai Farez.
Banyak dari mereka yang bertanya-tanya siapa gadis yang ada di sebelah Farez sekarang, karena sejak putus nya Farez dengan Hana tidak lagi terdengar berita pasal Farez pacaran lagi.
Mora berjalan dengan anggun nya, kepala yang tegak, mata fokus menatap kedepan, benar-benar mencuri perhatian dari para lelaki yang ia lewati.
"Dia siapa?" tanya Gisa dengan mata yang masih fokus pada Farez dan Mora di ujung koridor.
"Ntar juga lo tau," sahut Javas membuat Gisa semakin penasaran. Bel masuk berbunyi membuat kerumunan itu bubar masuk ke kelas masing-masing.
***
"Baik, Mora silahkan ke kelas ya, Farez tolong bawa Mora."
"Baik pak."
Usai dari ruangan kepala sekolah untuk data diri, Farez dan Mora kini berjalan bersama menuju ruang kelas mereka.
"Disana lo jangan lirik-lirik cowok, sempet gue liat gue colok mata lo!" ancam Farez pada Mora.
"Ngapain juga Rez aku kayak gitu, lagian dosa. Zina mata, aku juga gak mau Rez," kata Mora yang ada benarnya.
"Bagus."
Kedua nya sudah tiba dikelas, Farez masuk terlebih dahulu lalu diikuti Mora dibelakangnya. Farez duduk di bangkunya, lalu ia melirik ke meja Gisa. Ia memberi kode pada teman sebangku Gisa untuk pindah di kursi kosong dibelakang, yang disuruh pun menurut saja.
Gisa yang bingung kenapa teman sebangkunya disuruh pindah lantas bertanya. "Ngapain lo suruh pindah?"
"Nurut aja napa si lo," sahut Farez membuat Gisa dongkol.
"Baik silahkan perkenalkan nama kamu," titah wali kelas Farez.
"Assalamualaikum, kenalin nama saya Zamorra Levannia. Panggil aja Mora, saya pindahan dari Bandung, salam kenal semoga bisa berteman dengan baik," ucap Mora sebagai perkenalan.
"Haloo!" sahut satu kelas serempak.
"Ada yang mau bertanya?" ujar walas.
"Saya bu!" Salah satu siswa dikelas mengangkat tangannya. "Mora, gue mau tanya satu hal. Kenapa lo pindah ke sini?"
Mora mengedarkan pandangan nya keseluruhan kelas, mencari seseorang. Saat matanya bertemu dengan mata Farez ia memandang sejenak, laki-laki itu hanya duduk dengan santainya.
"Gak boleh? Cuma mau cari suasana baru aja," jawab Mora. Mereka pun hanya ber-oh ria saja, tanpa rasa curiga.
"Baik Mora, kamu silahkan duduk di bangku yang kosong ya," kata guru mapel itu mempersilahkan. Mora menuruti, dan langsung mengambil tempat duduknya tepat disebelah Gisa.
"Hai gue Gisa," kata Gisa saat Mora sudah duduk disebelahnya.
"Mora," jawab Mora.
"Lo temen gue sekarang, jadi jangan sungkan sama gue. Oke?"
"Iya, Gisa."
"Sip!"
***
Padatnya kantin tak membuat gadis bercadar satu ini terganggu, lain dengan teman disebelahnya yang terus menyumpah serapahi orang-orang yang dengan sengaja menyenggol meja mereka.
"Jalan pake mata dong! Ga meja juga lah yang lo tabrak!" seru Gisa kesal pada salah satu siswi.
"Lo gak liat tempat rame gini?"
"Lo bisa pelan-pelan kan? Ngapain lo nyenggol-nyenggol segala!" seru Gisa lagi.
"Ya sorry, gitu doang kali," siswi itu lalu pergi meninggalkan meja Gisa. Sementara Gisa terus mendumel kesal.
"Udah Sa, sabar. Wajar aja mungkin dia gak sengaja, lagian rame gini kan," ucap Mora tenang.
"Gak bisa Ra, emang sengaja kayaknya. Gak bisa banget liat orang seneng."
"Udah makan, ntar dingin."
Kedua gadis itu melanjutkan makan mereka, hingga tandas tak tersisa. Gisa menyeruput teh es terakhir nya lalu menepuk-nepuk perut nya yang terasa begah.
"Akhirnya kenyang juga, jadi males gerak gue," kata Gisa.
Mora terkekeh kecil, mata gadis itu bergerak mencari sosok yang ia kenali, namun tak menemukan batang hidung nya disini. Entah kemana ia pun tak tau.
"Cari siapa Ra?"
Mora menggeleng. "Gak cari siapa-siapa, cuma liat-liat aja," jawabnya.
"Ini yang bakal lo rasain setiap hari disini," ucap Gisa memberitau. Gisa merenung sejenak lalu terlintas satu pertanyaan dikepalanya.
Gisa melipat kedua tangannya diatas meja, dan memandang Mora dengan intens. "Ra, gue masih heran sama lo. Kenapa lo pindah di sekolah swasta? Padahal orang kayak lo jarang yang mau masuk swasta, ya ada si tapi untuk ukuran lo gue malah heran," ujar Gisa mengeluarkan unek-uneknya. Tentu saja Gisa heran, Mora yang terlampau alim masuk ke dalam sekolah swasta yang isinya beraneka ragam.
Yang padahal bisa saja Mora masuk di madrasah yang ada di Jakarta.
"Kayak yang aku bilang di kelas, lagi mau cari suasana baru," katanya. Namun Gisa tetap lah Gisa, orang yang susah untuk percaya terhadap orang lain. Ia masih sangat penasaran dengan alasan asli kenapa Mora pindah ke Bagaskara.
"Yaudah deh, balik kelas yuk?"
"Ayo."
***
Di lain tempat, Farez beserta kedua temannya berada di rooptoof sekolah. Menikmati semilir angin juga terik matahari yang mengombinasi.
Karna kantin sekolah yang begitu ramai membuat mereka malas untuk berdesak-desakan dengan orang-orang disana.
Farez mengeluarkan satu bungkus rokok dari kantong celananya, aktivitas itu dilihat oleh Javas dan Saka. "Anjir, bawa rokok lo?"
"Menurut lo?" Farez balik bertanya.
"Ini masih di sekolah Rez, lo mau nyebat disini?" tanya Javas was-was. Farez seolah tuli ia tetap menyalakan korek api dan membakar ujung rokok itu. Farez menghisap nikotin itu dan mengepulkan asap itu keatas.
"Udah lama gue gak nyebat, ada Mora susah," kata Farez.
"Kasian amat si lo Rez."
"Sialan!" umpat Farez kesal.
Walaupun Farez suka merokok, tapi bibirnya tidak menghitam, cowok itu pandai menjaga tubuhnya. Ia juga tau proporsi yang harus ia gunakan.
"Gak disekolah juga Rez," kata Saka. Namun Farez tetap tidak perduli. Lama nya mereka berdiam, akhirnya Saka membuka suara lagi. "Enak gak, sih, Rez nikah muda?"
"Enak gak enak Sak, tapi gue rasa banyak enaknya. Cuma ya gitu, tanggungan nya gede, kudu jagain anak orang," cetus Javas menjawab.
"Gue gak heran si, harta Farez sampe tujuh turunan juga gak bakal abis," kata Saka.
Javas mengangguk setuju. Mereka jadi ingat dengan hari dimana Farez ulangtahun yang ke-17 yang Farez di belikan mobil sebagai hadiah ulangtahun nya.
Farez membuang putung rokoknya lalu menginjaknya hingga api nya padam. Ia mengepulkan asap terakhir nya keatas. "Gak ada bahasan lain apa lo pada?"
"Gibahin lo tu seru tau Rez," kata Saka jujur.
"Kenapa Rez? Mau join?" sahut Javas.
"Stress."
***
Bell yang berbunyi membuat ketiga cowok itu turun dari atas untuk kembali ke kelas, namun saat di koridor mereka bertemu dengan bu Rini, guru Bk kesayangan Bagaskara.
"Dari mana kalian?" tanya Bu Rini memandang tiga pemuda didepannya.
"Dari kantin bu, ini otw kelas," sahut Saka dengan cengengesan khas miliknya.
"Yasudah cepat kembali, baju kalian itu masukan! Kalian ini mau sekolah apa mau jadi preman!" kata Bu Rini lagi.
"Sekolah lah bu," sahut Saka. Namun ketiga pria itu tetap menuruti perintah Bu Rini untuk memasukkan baju seragam mereka yang tadi mereka keluarkan.
"Cepat kalian masuk kelas!"
Saat ketiga cowok itu pergi melewati Bu Rini, guru paruh baya itu mencium bau yang tidak asing di hidungnya. "Tunggu!" langkah ketiga cowok itu terhenti kala mendengar seruan dari Bu Rini.
Bu Rini kembali menghampiri mereka, lalu mengendus sekitarannya. "Kalian ada yang merokok ya?" insting Bu Rini yang selalu tepat membuat ketiga cowok itu mati kutu.
"Mampus," batin Javas.
"Si ibu mah meni suudzan sama urang," ucap Saka mengeluarkan bahasa aslinya.
Translate: "Ibu suudzan banget sama kita."
"Tau bu, gak boleh suudzan," sahut Javas yanv mengerti ucapan Saka.
"Iya bu, dosa," kata Saka lagi.
"Gimana ibu gak berfikir seperti itu, buktinya ibu mencium aroma asap rokok dari kalian. Jawab jujur, kalian merokok?" selidik Bu Rini.
"Serius bu kita gak ngerokok, iya kan Rez?" Javas menyenggol lengan Farez. Sementara cowok itu bingung menjawab apa.
"Farez?" Bu Rini memicingkan matanya tajam.
"Saya yang ngerokok bu, mereka engga."
Saka dan Javas terkejut mendengar penuturan Farez yang begitu jujur. "Ih tulul, ngape lo jujur si Rez Allahu," ucap Saka nelangsa.
"Sudah ibu duga, kamu ini Farez. Ngapain kamu merokok? Ini masih di area sekolah, sudah berapa kali ibu beritahu jangan merokok disekolah. Itu namanya kamu melanggar aturan sekolah ini Farez," ujar Bu Rini menegaskan.
"Saya tau bu, maafin saya," kata Farez masih dengan tampang datarnya.
"Sekarang ibu minta rokok yang kamu bawa, pasti kamu bawa kan? Berikan pada ibu!"
Farez mengeluarkan satu bungkus rokok itu lalu memberikan nya kepada bu Rini.
"Ibu akan menyimpan ini sebagai bukti, sekarang kalian bertiga lari keliling lapangan sebanyak sepuluh kali," titah Bu Rini.
"Loh bu? Yang ngerokok kan cuma saya, kenapa mereka jadi ikut-ikutan?" ucap Farez sedikit protes.
"Tetap saja, teman kamu ini mencoba menyembunyikan fakta, dan itu salah. Jadi kalian bertiga lari lapangan. Ingat, jangan coba-coba kabur, karna ibu terus mengawasi kalian!"
***
Peluh membasahi wajah hingga leher ketiga laki-laki yang sedang lari mengitari lapangan sekolah yang tidak kecil. Sepuluh menit mereka habiskan untuk menjalankan hukuman dari Bu Rini.
Hingga selesai di putaran terakhir, mereka duduk di sisi lapangan yang teduh. Mereka sibuk mengipasi wajah mereka dengan tangan karena panas yang begitu mengombinasi. Farez mengelap peluh di wajahnya dengan lengannya.
"Panas banget gila!" ucap Javas mengeluh. Wajahnya yang putih terlihat memerah akibat panas nya matahari.
"Sorry gara-gara gue, lo pada jadi ikut keseret," ucap Farez menyesal.
"Santai Rez gak papa, gue sedikit bersyukur jadinya kita gak masuk kelas, terhindar dari mtk," kata Saka dengan cengirannya.
"Boleh ke kantin gak si? Gue haus banget," kata Javas.
"Diam-diam mah boleh aja Jav," sahut Saka.
"Balik kelas aja, gue bawa minum ntar buat lo pada aja." kata Farez.
***
holaa, balik lagiii 🥳🥳
jgn lupa tinggalin jejak kaliann 🏃🏻🏃🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Syabil Sofwan
si farez keras kepala bangett
2024-04-24
0
darkside
nahkan hikmahnya sama mora jadi ikutan baik sifatnya🥰
2023-04-24
1