...HAPPY READING!!...
Satu minggu berlalu begitu cepat, sangat singkat rasanya. Sekarang sudah waktunya menghadapi penilaian tengah semester, yang banyak didambakan oleh murid ambis dan di benci oleh murid seperti Javas dan Saka.
Sedari tadi mereka terus saja mengerutu pasal soal-soal yang sangat memusingkan kepala. Apalagi jam pertama diisi oleh matpel matematika yang sangat menguras otak dan emosi. Kenapa tidak? Soal yang pendek namun jawaban yang beranak membuat mereka ingin menghilang dari bumi saja.
Tak ada yang membuka suara dikelas, hanya suara jam dinding yang menghiasi suasana. Terlebih pengawas kelas mereka adalah Bu Rini, guru BK di sekolahnya. Jangankan bicara, menoleh saja tidak.
"Kelar gue kalau begini lama-lama. Ni angka-angka ga ada habis nya anying!" cetus Saka kesal.
"Yang bikin mtk siapa sih! Dikira otak gue kayak Jerome Polin kali ya," gerutu Javas.
Farez sedari tadi terlihat tenang, entah sudah selesai atau tengah mengerjakan, tak ada yang tau.
Suara dering ponsel yang berasal dari ponsel Bu Rini mengalihkan antensi mereka semua.
"Anak-anak, ibu tinggal sebentar. Tolong jangan ribut dan tidak ada yang mencontek!" ucap Bu Rini menegaskan.
"Iya Bu!" jawab mereka serempak. Lalu setelah itu Bu Rini keluar dari kelas. Seisi kelas bernafas lega, suasana jadi tak terkendali, yang tadi tenang adem ayem sekarang sudah mirip pasar pagi yang rusuh nya minta ampun.
Ada yang sudah selesai, ada yang membuka buku, ada yang berjalan mencari jawaban, Javas dan Saka contoh nya. Mereka berdua jika sudah hal seperti ini sangat kompak.
"Dho! Dho! Bagi jawaban dong! Gue belom nih!" seru Javas memalak jawaban.
"Nih ambil!" kata Ridho yang memberi jawaban nya dengan mudah.
"Ini jawabannya bener gak?" tanya Javas dengan tatapan memicing. "Ya kalau salah jangan salahin gue lah! Ini juga hasil itung kancing baju," kata Ridho dengan polosnya.
"Sip! Gakpapa, bener apa nggak nya urusan belakangan, yang penting keisi dulu," kata Javas dengan kurang ajar nya. Bahkan dalam mencontek ia tidak pilih-pilih, aneh bukan?
"Rez! Lo udah kelar belom?" Saka menghampiri meja Farez.
"Kenapa lo? Minta jawaban?" tanya Farez yang sudah mengerti akalan Farez.
"Hehe, lo yang paling ngerti emang Rez!" ucap Saka cengengesan.
"Ambil," Farez memberi jawaban nya pada Saka. Jangan salah, Farez ini termasuk orang yang pelit jawaban sebenarnya, namun jika memberi jawaban pun ia pilih-pilih orang. Terutama kedua temannya itu.
"Guys guys! Nomor 30 apaan, plis gue butuhhh!" seru Gisa meneriaki satu kelas.
"Buset Sa! Tu mulut apa toa? Gede bener," cetus Ridho.
"Heh, sembarangan lo! Tu mulut lemes banget heran gue!"
"Seterah gue lah, mulut juga mulut gue," kata Ridho dengan santainya.
Gisa memandang Ridho dengan tatapan julid nya. Namun seketika air muka nya berubah. Ia tersenyum manis kepada Ridho, tentu ada maksud lain.
"Ridhoo, bagi jawaban dong," pinta Gisa dengan manis nya.
"Sa..Sa, ada mau nya aja lo manis ke gue. Coba engga, marah-marah mulu lo ke gue," kata Ridho.
"Ga kok Dho, gue kan orang nya emang manis baik cantik lagi," puji Gisa pada diri sendiri.
"Huek! Najis!"
"Geli gue Sa denger nya."
Saka dan Javas membuat raut seolah-olah jijik dengan ucapan Gisa barusan.
"Ih lo berdua! Gak bisa apa bikin gue seneng gitu? Puji kek, apa kek! Emang gak peka ya lo berdua jadi cowok!" omel Gisa.
"Kalo kita peka gak bisa denger dong?" ucap Javas dengan raut polosnya.
"Serah lo! Gak perduli gue!" Sembur Gisa ujungnya.
"Lah? Kok ngamok?" gumam Javas heran.
"Dho cepet ah bagi jawaban!" pinta Gisa lagi.
"Nih ambill, tapi es teh ya?"
"Amann!"
***
"Alhamdulillah udah selesai," ucap Mora yang baru saja menyelesaikan soal-soal pts nya. Bertepatan dengan itu bell istirahat berbunyi menandakan waktu mereka telah habis.
Langsung saja seisi kelas mengumpulkan kertas jawaban mereka ke meja guru. Lalu setelah itu mereka keluar kelas untuk pergi kekantin. Namun ada pula yang memilih untuk pulang ke asrama untuk makan siang.
Mora sendiri memilih duduk di kursi panjang tepat dibawah pohon rindang. Angin berhembus menusuk pori-pori kulit nya, membuat Mora memejamkan mata menikmati sensasi sejuk pada kulit nya.
Tak lama ia duduk, ada seseorang yang menghampiri nya. "Assalamualaikum Mora," ucap orang itu.
Mora membuka matanya, gadis itu sontak berdiri dari duduknya. "Waalaikumsalam," jawab Mora seraya menundukkan kepalanya.
"Afwan Ning Mora, boleh saya gabung duduk di sini?" pinta orang itu.
"Maaf, tapi—"
"Ning bisa jaga jarak dengan saya," kata orang itu lagi.
Mora kembali berfikir. Ia ingin menolak namun tak enak, ia memandang sekeliling yang begitu ramai. Ia pun mengiyakan permintaan orang tadi.
"Boleh, silahkan."
"Terimakasih Ning." kata pria itu dengan sopan. Iqbal.
Keduanya duduk di satu bangku dengan jarak ditengah mereka.
"Boleh saya tanya?" Kata Iqbal mengawali.
"Silahkan."
"Saya gak sengaja liat, satu minggu lalu ada tamu yang datang kerumah mu. Siapa pria yang ada disana?" tanya Iqbal tanpa basa basi.
"Itu.." Mora menggantung kalimat nya bingung. Apa ia harus berbohong?
"Itu apa?"
"Dia.. Calon suami saya," ucap Mora pada akhirnya.
"Ning.. mau menikah?" tanya Iqbal tak percaya.
Mora mengangguk. "Saya dijodohkan Iqbal."
Iqbal mengangguk pelan. "Begitu ya," ucap Iqbal dengan nada lesu.
"Memang nya kenapa Iqbal?" tanya Mora tang sedikit penasaran tentang Iqbal yang tiba-tiba menanyai orang itu.
"Tidak, saya cuma penasaran," kata Iqbal.
"Kalau begitu saya permisi dulu Ning, assalamualaikum," pamit Iqbal.
"Waalaikumsalam." Mora memandang punggung Iqbal yang mulai menjauh dengan tatapan dalam.
***
"Minggir-minggir! Kasih jalan dong, orang ganteng mau lewat!" seru Javas mencoba masuk dalam kantin yang padat.
"Dih pede banget lo!" sembur Gisa yang tiba-tiba datang dari arah belakang. Saka terlonjak kaget melihat ada nya Gisa secara tiba-tiba.
"Buset! Lo kok kayak tuyul si Sa, muncul tiba-tiba." kata Saka.
"Sembarangan mulut lo! Lo sama Ridho sama aja ye! Suka banget roasting gue!"
"Lo emang cocok di roasting Sa," celetuk Farez.
Tawa Saka dan Javas seketika meledak begitu saja mendengar celetukan Farez. Karna tertawa begitu kuat, air mata Javas hingga keluar di ujung matanya.
"Ketawa aja tros ampe mampus. Emang gak lo gak temen lo sama aja gak ada bedanya!" cetus Gisa kesal lalu pergi dari sana. Niat nya yang ingin makan di kantin hilang begitu saja karna tiga orang itu.
"Eh mau kemana lo Sa!" teriak Saka.
"Cari jodoh!" jawab Gisa asal dari kejauhan.
"Aneh tu cewek," gumam Javas.
"Dah ah ayok makan. Laper nih gue habis mikirin mtk!"
"Dih lo sok mikir! Padahal dari satu sampe tiga puluh lo nyontek semua gue rasa," sahut Javas tak berperasaan.
Saka yang mendengar itu lantas menaikkan jari tengah nya sebagai tanda permusuhan antar keduanya. "Sialan lo Jav!"
***
Disaat tengah makan, dering ponsel Farez mengalihkan antensi ketiganya. Farez mengambil ponselnya di saku celana abu nya, terlihat nama 'Bunda' di layar.
Langsung saja Farez memangkat panggilan telfon itu. "Halo bunda?"
"Halo Farez, Bunda ganggu kamu gak?"
"Engga kok Bun, ada apa?"
"Gini, lusa sepulang sekolah Mora akan datang ke rumah bersama orang tuanya. Bunda mengundang mereka karena Bunda mau kamu dan Mora buat cobain baju wedding nanti."
"Harus bun?"
"Wajib! Ini penting Farez."
Terdengar helaan nafas panjang dari Farez. "Iyaa Bunda." Jawab Farez terdengar pasrah.
"Bagus. Yasudah, bunda tutup."
Kinara memutuskan sambungan telfon, setelah itu Farez menaruh dengan kasar ponselnya diatas meja.
"Wes, santai Rez. Kenapa lo?" Kata Javas yang heran dengan tingkah Farez.
"Nyokap gue, nyuruh gue finishing baju. Males gue," kata Farez.
"Lo turutin aja lagi, gak ada rugi nya kan?" kata Saka.
"Masalahnya gue bakal ketemu lagi sama tu cewek."
"Lah? Lo gimana sih Rez! Lo juga nanti bakal ketemu terus, setiap hari malah. Pagi siang sore malam, anggap aja lagi simulasi sebelum sah beneran Rez," ucap Javas panjang lebar.
"Bener tuh. Lagian lo aneh juga, emang kalau ketemu sama tu cewek kenapa sih?" sahut Saka bertanya.
Hati gue gak tenang masalahnya. Batin Farez berkata.
"Gak. Gue cabut." Farez pergi meninggalkan kantin begitu saja. Begitu pula kedua temannya yang ditinggal kan begitu saja.
"Lah, main cabut aja tu orang," cetus Javas.
"Ini nih, ujung-ujungnya yang bayar siapa? Kita," kata Saka sengsara.
"Bayar? Apa itu bayar?" beo Javas.
Keduanya memasang wajah penuh arti. Lalu keduanya berdiri dari duduknya. "BU INI HUTANG DULU YA, NANTI BAYAR KALO UDAH MAU LULUS!"
***
maaf kalo ada typo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
darkside
plis
2023-04-23
1
darkside
ril yang pentiny keisi😭👍🏻🙏🏻
2023-04-23
0