...HAPPY READING!!...
"Pamit ya Bunda, Ayah."
"Iya, kalian hati-hati dijalan ya. Baik-baik disana nanti, sering-sering main kesini," pesan Bunda.
"Iya Bunda pasti," kata Farez.
"Kalau sudah sampai beri tau kami," ucap Prama.
"Iya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
***
Diperjalanan dua insan itu diam dalam pikiran masing-masing. Farez fokus menyetir, sementara Mora melihat objek di liat jendela.
Farez menggunakan mobil nya yang sebenarnya hadiah ulangtahun nya yang ke 17. Namun Farez yang lebih mencintai motor Kawasaki W175 TR SE nya itu, membuat mobil nya tidak terpakai, dan inilah pertama kali nya Farez menggunakan mobilnya.
Ditengah perjalanan, tiba-tiba rintik hujan berturunan, yang lama-kelamaan berubah menjadi hujan yang lebat. Kaca mobil langsung memburam akibat tumpukan air yang memercik, lantas Farez menyalanya wiper mobil untuk menghalau air itu.
Mora memeluk tubuhnya, akibat udara yang terasa dingin. Padahal kaca mobil sudah ia tutup rapat. Namun rasanya tetap saja dingin. Farez sempat melirik kearah Mora, lalu Farez meminggirkan mobilnya ketepi jalan.
Mora yang bingung lantas bertanya. "Kok berhenti? Udah sampe?"
Farez tak menjawab, cowok itu malah menjulurkan tangannya ke jok belakang untuk mengambil jaket nya yang ia taruh disana.
Cowok itu langsung memberi nya kepada Mora. "Pake."
Mora mengambil jaket tersebut, ia berterima kasih kepada Farez yang sudah meminjamkan jaket nya kepada dirinya.
"Makasih."
"Hm."
Perjalanan berlanjut, hingga akhirnya mereka tiba di tujuan mereka. Hujan pun berangsur reda seiring waktu berjalan. Farez turun lebih dulu dari mobil, untuk menurunkan koper-koper mereka dari dalam bagasi.
Mora ikut turun setelah Farez, ia ingin membantu membawa koper yang jumlahnya ada tiga koper. Namun Farez mencegah nya dengan alasan "berat."
Mau tak mau Mora menurut, mengekori cowok itu masuk kedalam rumah minimalis yang ukurannya cukup besar jika untuk ukuran mereka.
Pertama kali menginjakkan kakinya disini, Mora merasakan kembali ke rumah nya yang ada dibandung. Suasana yang hampir mirip dengan disana, itu membuat Mora rindu.
Namun Mora harus membuang jauh-jauh angan-angan nya untuk kembali kesana dalam waktu dekat ini, ia rasa cukup mustahil. Jarak dari Jakarta ke Bandung saja membutuhkan waktu 4-5 jam.
Farez meletakkan koper mereka di ruang tamu tepat dimana mereka berdiri sekarang. Rumah ini memiliki dua lantai, yang dibawah ada satu kamar dan diatas dua kamar.
Kondisi rumah ini cukup rapi, seperti nya sudah dibersihkan sebelumnya. Semua interior nya pun tersusun rapi, tidak ada celah sama sekali. Mereka tinggal menempati saja.
"Dapur disana, kamar kita diatas pintu hitam, terus dibelakang ada kolam," kata Farez menunjuk tempat itu satu persatu.
"Kolam?" beo Mora.
"Gue gak bisa kalau gak ada kolam renang nya asal lo tau."
Mora mengangguk paham. "Aku boleh liat isi dapur?"
"Pergi aja."
Mora masuk kedalam dapur yang cukup luas jika untuk dirinya sendiri disana, bahkan sangat lapang. Disana sudah tersedia meja pantry yang langsung ada dua kursi disana, dan pasti nya ada wastafel. Juga kulkas dua pintu.
...gambaran dapur...
Saat Mora melihat isi kulkas, masih tidak ada apa-apa disana. Lemari nya pun kosong, hanya ada piring, gelas dan alat makan lainnya, juga alat masak saja. Tidak ada bahan makanan disana.
"Kayak nya harus belanja," gumam Mora.
Mora kembali ke ruang tamu, Farez masih disana dengan memainkan ponselnya. "Farez, gak ada bahan makanan di dapur. Disini ada supermarket atau minimarket yang jual bahan masakan gak?"
Farez mengalihkan pandangan dari ponsel ke Mora. "Lo mau belanja?" Tanya nya.
"Iya."
"Ayo gue anter."
***
"Farez kamu suka makan apa?"
"Mau beli daging gak?"
"Suka sayur gak?"
"Farez sini jangan jauh-jauh ih!" Dengan sabar Farez mendorong troli belanjaan mereka yang sudah hampir penuh.
"Farez ntar malem mau dimasakin apa?"
"Apa aja." Sahut Farez mendengar celotehan antusias dari Mora. Gadis bercadar itu tak berhenti berceloteh sepanjang supermarket, Farez sampai pusing mendengarnya.
"Apa lagi yang kurang?" Mora menghitung barang belanjaan mereka dengan telunjuknya.
"Kurang? Ini udah banyak gila!"
"Satu lagi deh, ya?" kata Mora meminta.
Melihat mata teduh itu membuat Farez menganggukkan kepalanya saja.
Yes.
Mora pun membawa Farez ke tempat cemilan, rak-rak yang tersusun penuh dengan aneka cemilan, sampai Mora bingung harus mengambil yang mana.
"Yang mana ya?" Monolog nya.
"Ambil aja semua kalau bingung, gue pegel nih," keluh Farez yang cukup lelah mengikuti Mora kesana-kemari dengan membawa troli yang isinya tidak sedikit.
Bibir gadis itu maju selangkah mendengar ucapan Farez. Ketika melihat marshmellow mata nya sontak berbinar. Ia pun mengambil dua bungkus besar marshmellow dan menaruh nya di troli.
"Buset, apa gak sakit gigi lo makan itu segini banyak?"
"Engga," sahut Mora. Gadis itu sangat mencintai marshmellow.
"Udah?" tanya Farez memastikan.
"Udah."
Farez membawa troli mereka ke arah kasir. Karna lelah mengantri, ia memilih keluar. Sebelum keluar ia memberikan dompet hitam nya kepada Mora. "Buat bayar."
Lantas tangan lentik itu mengambil dompet Farez, cowok itu langsung pergi keluar, dengan alasan "memanasi mobil."
Saat giliran Mora, gadis itu mendorong troli kearah kasir. "Dihitung dulu ya mba." Dengan sabar Mora menunggu, hingga akhirnya selesai. Ia tak menyangka belanjaan nya sampai tiga kantong besar. Ia berjalan membawa tiga kantong itu keluar supermarket.
Farez yang melihat Mora membawa tiga kantong belanjaan itu langsung mengambilnya dari tangan Mora. "Gila lo, belanja apa aja sampe tiga kantong gini?"
"Tadi kamu liat kan? Ada sayur, daging, telur, bumbu masak, bawang, garam, merica, kaldu ayam, le—"
"Sst! Udah, gak kelar-kelar ntar. Ayo balik, gue capek!"
Farez mengambil troli di sebelahnya, lalu menunjuk dalam troli. Mora mengerutkan kening nya bingung, apa maksud Farez?
"Jarak mobil dari sini jauh, lo mau nenteng tiga kantong itu sampe mobil?"
Mora menggeleng. "Yaudah naik."
"Kamu gak ada niat jahat kan?" Mora memicingkan matanya.
"Gak ada Ra, buruan!"
Mora berusaha mempercayai omongan Farez, perlahan ia menaiki troli itu dengan memegang rok nya agar tidak terbuka. Farez membantu Mora dengan memegang tangan gadis itu.
Farez menaruh tiga kantong belanjaan itu di pangkuan Mora, gadis itu langsung memeluk nya. Kaki nya bergerak lucu di luar troli.
"Siap?"
Anggukan antusias itu menjadi jawaban dari pertanyaan Farez. Dengan semangat cowok itu mendorong troli menuju mobil mereka. Mora tertawa senang saat Farez mendorong nya dengan kuat.
Tanpa mereka sadari, seluruh atensi orang didalam supermarket tertuju pada mereka. Iri dengan pasutri itu.
***
"Ra!"
"Apa!"
"Lo dimana?"
"Dapur Rez!"
Farez berlari menurui tangga menuju lantai bawah tepatnya dapur yang menjadi tujuannya. "Lo udah masak belom?"
"Ya belum lah, ini juga baru beres-beres habis belanja. Kalau kamu laper, pesen aja dulu, kalo engga ya tunggu aku sampe selesai masak," kata Mora.
"Lama gak?"
"Gak lama kalo cuma masak nasi goreng, mau?"
"Apa aja deh, gue laper," ucap Farez. Ia berjalan ke meja makan, menunggu Mora hingga selesai memasak dengan ponsel sebagai temannya. Kurang lebih sepuluh menit Mora habiskan untuk membuat nasi goreng untuk Farez.
Segera ia sajikan untuk Farez di meja makan. Farez langsung menyimpan ponselnya begitu Mora datang membawa satu piring nasi goreng untuknya.
"Satu piring doang? Lo gak?"
Mora nampak menimang-nimang pembicaraan, dan akhirnya dengan berani ia ucapkan. "Coba ganti panggilan kamu. Pake aku-kamu coba." Pinta Mora.
Farez yang tengah mengunyah itu lantas tersedak, buru-buru ia meminum air yang sudah tersedia diatas meja. "Gak usah aneh-aneh deh Ra," cetus nya.
"Emang itu aneh ya?"
"Aneh. Bagi gue."
Mora mengangguk paham. "Coba dulu," Mora masih mencoba membujuk.
"Gak bisa Ra."
"Gimana kalau aku yang pake lo-gue sama kamu?"
"Jangan!" Farez langsung menatap Mora.
"Kenapa?"
"Gak cocok, udah lo bagusan juga begitu," kata Farez sembarang.
"Rez aku boleh tanya?" tanya Mora nampak berfikir.
"Hm?" cowok itu masih fokus mengunyah nasi didalam mulutnya.
"Gimana waktu aku masuk sekolah nanti? Apa anak sekolah gak curiga kalau aku bareng sama kamu berangkat nya?"
"Bilang aja saudara," jawab Farez santai.
"Emang kamu punya saudara perempuan? Kamu aja anak tunggal," jawab Mora dengan pintarnya.
Farez menelan nasi terakhirnya, lalu meminum air nya hingga tandas tak tersisa. "Trus lo mau nya gimana?" Cowok itu menatap Mora.
"Ya gak usah berangkat bareng," ucap Mora dengan enteng nya. "Trus lo mau jalan kaki?"
"Di Jakarta gak mungkin gak ada angkutan umum kan?"
"Trus siapa yang bakal jaga lo? Kalau lo kenapa-kenapa dijalan gimana? Lo juga baru tau daerah sini kan, gak usah ngada-ngada Zamora."
"Emang kamu gak takut kalau kita berangkat bareng indentitas kita bakal ketahuan?" tanya Mora ragu.
"Apapun yang terjadi, lo itu udah jadi tanggung jawab gue Ra. Abi sama Umi nitip lo sama gue, dan gue gak bisa abaikan gitu aja," kata Farez memegang teguh prinsip nya sebagai laki-laki.
Mora sempat kagum mendengar tuturan Farez yang diluar nalar nya. Ternyata Farez orang yang sangat bertanggung jawab. Ada rasa senang didalam dirinya saat mengetahui hal itu, ia jadi merasa beruntung memiliki lelaki seperti Farez, walau belum sepenuhnya miliknya.
"Aku cuma mau kita gak usah berangkat bareng, ini juga demi nama baik kamu Farez."
"Lo tau kan dosa nya bantah suami?" tanya Farez.
"Dosa," jawab Mora.
"Nah lo gak mau dosa kan?"
Mora menggeleng.
"Nurut sama suami."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
darkside
AAAJAHWHWBSYEGHS😭😭😭😭
2023-04-24
0