...HAPPY READING!!...
"Mora, senin nanti kamu sudah bisa sekolah di SMA Bagaskara, tempat Farez sekolah sekarang."
"Loh? Kenapa di tempat Farez?" ucap Farez sedikit protes.
"Lalu dimana lagi? Siapa yang mau jaga Mora kalau kalian beda sekolah?" kata Kinara menyahut.
"Farez nanya aja Bunda," kata Farez.
"Kamu mau kan Mora?" tanya Prama pada menantunya.
"Insyaallah, Mora mau kok Yah," kata Mora.
"Emang bisa ya pindah sekolah di akhir semester? Apalagi udah kelas akhir," celetuk Farez bertanya.
"Itu dia kamu gak tau! Keluyuran aja terus!" omel Kinara. Farez hanya bisa bersabar dalam hati nya, ia bertanya saja kena omel.
"Bisa Farez, semua nya sudah Ayah urus. Jadi Mora, kamu tinggal masuk saja nanti," kata Prama.
Kelas 12 masih dapat mengajukan pindah sekolah dengan catatan belum sampai pada waktu pengiriman data ke Dinas Pendidikan sebagai peserta Ujian Sekolah di sekolah yang sebelumnya.
"Kapan Yah?" tanya Mora.
"Senin, sehabis Farez menerima rapor," sahut Kinara. "Kamu jum'at kan pembagian rapor?" kali ini Kinara bertanya pada Farez.
"Iyaa Bunda," sahut Farez.
"Jadi senin nya Mora bisa langsung masuk."
"Gimana saja indentitas Mora Bun?" tanya Farez.
"Kamu tenang aja, pihak sekolah tidak ada yang tau tentang status kalian," jawab Kinara.
"Kayak nya Mora berangkat bawa mobil sendiri aja ya Yah?" tanya Kinara meminta pendapat pada suaminya. Prama berpikir sejenak. "Mora gimana? Mau?"
"Mora gak bisa bawa kendaraan Yah," kata Mora.
"Yasudah, Farez kamu berangkat bersama istrimu," final Prama.
"Loh Yah? Apa gak ketahuan itu?" kata Farez.
"Jangan dengarkan kata orang-orang nanti, penting kalian sudah sah, jadi tidak masalah. Mereka hanya tidak tau status kalian," ujar Prama.
"Kamu gak masalah kan Mora?"
"Gak masalah kok Yah."
"Berarti sudah selesai. Dan ada satu lagi yang ingin Ayah bicarakan," Prama menggantung kalimatnya. Pria paruh baya itu merogoh saku celananya mengambil sesuatu didalam sana.
Prama mengeluarkan satu kunci dari kantong celananya, namun ada yang janggal dari itu. Itu adalah kunci rumah, namun bukan kunci rumah ini, itu yang membuat Farez bertanya-tanya.
Prama meletakkan kunci rumah itu diatas meja. "Ini untuk kalian."
"Maksudnya Yah?" tanya Mora.
"Hadiah dari kami, atas pernikahan kalian. Kalian bisa tinggal di rumah yang sudah kami beli untuk kalian," sahut Kinara menjelaskan.
"Tapi kenapa Bun?" tanya Farez.
"Supaya kalian mandiri, jadi kalian tidak bergantung pada kami," jawab Kinara.
"Jadi kita harus banget tinggal disana Bun?" kali ini Mora bertanya. Ia sedikit terkejut dengan pernyataan itu, jujur ini sangat jauh dari apa yang telah ia bayangkan. Tinggal berdua di satu rumah dengan laki-laki yang baru menyandang status suami bagi nya. Apa Mora akan bisa nantinya?
"Iya, tapi itu terserah kalian mau pindah kapan. Kami tidak memaksa," sahut Prama. "Kalian mau kan?"
Mora melirik ke Farez di sebelahnya, sementara cowok itu hanya diam saja, seperti sedang berfikir.
"Farez mau," final Farez.
Mora menatap penuh kearah Farez, ia terkejut. Sungguh.
"Bagus itu!" seru Kinara girang. "Kamu gimana Mora, setuju kan?" tanya Kinara berharap.
Mora menghembuskan nafasnya perlahan. "Mora ikut kata Farez aja Bunda."
Mora setuju.
***
"Akhir nya lo masuk juga Rez!" seru Saka girang sebab Jumat ini Farez masuk kembali.
"Apa kabar lo! Empat hari gak masuk, hampa gak ada lo Rez," sahut Javas.
"Alah," cibir Farez malas.
Jum'at ini Farez masuk kembali untuk mengambil rapor nya. Tentu tanpa Bunda atau Ayah nya. Sebenarnya sebelumnya sudah diberitau untuk membawa orang tua untuk mewakilkan mengambil rapor karena ada beberapa hal yang akan disampaikan. Namun apa yang bisa Farez lakukan. Kinara dan Prama satu hari sebelum hari dimana Farez menerima rapor, mereka pergi ke luar kota yang kata nya ada urusan mendadak.
Lagipula Farez sudah biasa, dan ia tidak sendiri ada Javas dan Saka yang sama-sama tidak membawa orang tua nya. Alasan nya simple, Javas yang tidak ingin repot-repot membawa Mama nya, dan Saka yang tidak ingin merepotkan Mama nya untuk datang ke sekolah, kalau kata dia ambil sendiri juga bisa.
"Serius Rez, gak ada lo rasa nya hampa banget gitu, gak bisa ngapa-ngapain. Ibarat kata nih ya, kita itu udah kaya lem sama prangko yang terus sama-sama," kata Javas sedikit menggelikan.
"Najis," kata Farez geli.
"Dramatis dia Rez," cetus Saka yang sama geli nya.
"Apanihhh!" seloroh Gisa yang tiba-tiba saja datang entah dari mana. "Kayak setan lo! Tiba-tiba dateng," kata Saka.
"Sialan," umpat Gisa. Gadis itu memandang Farez. "Baru masuk lo Rez, kemana aja lo. Nih gue kasih tau ya, temen lo berdua ini kalau gak ada lo gila nya ilang Rez suer! Jadi alim, jadi diem anak nya."
"Trus gue mikir gini, lo gak masuk dampaknya bagus," cetus nya menyeleneh.
"Bagus pala lo!" sembur Javas.
"Ya bagus lah, kalian jadi alim kemarin walau cuma empat hari. Ya setidaknya gak menuh-menuhin buku catatan malaikat lah ya kalau kalian buat dosa mulu," kata Gisa dengan santainya berjalan menuju bangkunya.
"Sialan lo Sa!" seru Javas kesal.
"Orang tua lo gak dateng lagi Rez?" tanya Saka hati-hati.
"Kayak biasa."
"Why? Alasan yang sama lagi?" tanys Javas.
"Gue gak mau bahas itu," kata Farez dingin.
"Oke, kita bahas yang seneng-seneng," kata Javas.
"Anyway, gimana sama pernikahan lo?" Tanya Saka dengan memelankan kata 'pernikahan' agar tidak ada yang mendengar.
"Biasa aja."
"Lah? Maksud gue, lo belum..."
Plak.
"ADAW!" pekik Saka kuat hingga membuat seisi kelas menoleh padanya.
"Otak lo Sak Sak! Ngeres mulu!" sembur Javas.
"Ahli surga gue Jav," dalih nya.
"Ahli surga tai kucing!" balas Javas pedas.
"Emang gak setia kawan banget lo ya, sekali kali kek nyenengin hati temen," kata Saka melas.
"Ogah!"
Farez hanya diam menyaksikan perdebatan tak penting kedua temannya itu. Lalu mata Farez tak sengaja menangkap Hana yang melewati kelasnya, membawa setumpuk buku paket.
"Eh neng Hana! Mau dibantu gak!" seru Saka tak tau malu. Sehingga Hana pun yang baru melewati kelas mereka kembali berjalan mundur. "Oh, hai Sak. Gak usah gak papa kok, gue bisa sendiri," tolak Hana yang masih berdiri didepan kelas.
"Gausah malu-malu Han, kalau lo mau nih ada Farez yang siap bantuin lo!" sambung Javas dengan santai nya menunjuk Farez.
Farez memandang Javas dengan raut tak bersahabat nya. "Diem gak lo," desis Farez.
"Lo gimana sih Rez! Bantuin lah sana, lo gak kasian apa? Biar gitu-gitu dia mantan lo," kata Saka.
"Lo aja," tolak Farez.
Hana yang masih memperhatikan mereka dari luar sudah merasa keram ditangannya. Jujur buku paket yang ia bawa tidak ringan.
"Guys gue duluan ya, mau antar buku ke perpus dulu," pamit Hana lalu pergi dari sana.
"Tuh kan Rez, gimana sih lo! Pergi kan Hana nya, samperin sana!" suruh Javas.
"Lo nyuruh gue?"
"Kamu nanya?" sahut Saka dengan nada alif cepmek. Javas sontak menyemburkan tawanya, ia tidak dapat menahan tawanya lagi.
"Gue pukul lo Sak," Farez menatap tajam ke arah Saka. Sang empu yang ditatap demikian, hanya cengengesan tidak jelas.
"Sorry Rez, gue bercanda. Udah buru samperin si Hana noh!"
***
Hana berjalan di koridor, dengan kesusahan membawa buku paket sebanyak dua puluh buku ditangannya. Terlebih lagi buku itu tidak ringan sama sekali, membuat Hana kesusahan membawanya.
"Eoh!"
Hana tersentak kaget saat ada tangan yang mengambil setengah buku ditangannya. Hana menoleh melihat siapa itu, dan ternyata Farez yang sudah berada disampingnya. Mereka berjalan beriringan menuju perpus dengan tangan yang membawa buku paket.
"Kalau gak bisa jangan sok-sok an, apalagi ini banyak. Lo harusnya bawa setengah aja, atau minta bantu orang lain," celoteh Farez. Jauh didalam lubuk hatinya, ia masih perduli pada Hana.
Diam-diam Hana menerbitkan senyuman nya. "Gue gak tau mau minta tolong siapa, gue pikir tadi bisa jadi langsung gue bawa semua," kata Hana.
"Makasih ya," sambungnya.
Farez menolehkan kepalanya pada Hana. "Hm," sahutnya pendek. Ia kembali menatap depan dengan wajah tegas dan dinginnya membuat siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona.
Hana dan Farez tiba di perpus, dan bersama menaruh buku itu diatas meja yang tersedia disana. Hana sempat mencuri pandang kearah Farez, lalu dengan sengaja ia memegang lengan Farez.
Farez menatap tangan Hana yang menggenggam lengan nya, lalu beralih menatap Hana dengan tatapan bertanya.
"Rez, lo benaran gak percaya sama gue? Kejadian itu—"
"Lepas," potong Farez. Cowok itu memandang dingin kearah gadis dihadapannya.
"Rez please.."
Tiba-tiba Farez menyentak lengannya hingga genggaman Hana terlepas darinya, dan membuat Hana sedikit terkejut. Mata Farez menatap nyalang kearah Hana. "Lo masih nanya?" kata Farez dengan alis yang terangkat sebelah.
"Rez tap—"
"Lo minta gue buat percaya sama lo, tapi omongan lo sama kelakuan lo malah berbanding balik," ucap Farez dingin.
"Gimana gue bisa percaya sama lo?"
"Aku jujur! Itu salah paham aja Rez, aku mau kita balikan lagi kayak dulu," pinta Hana.
"Balikan? Semudah itu lo minta balikan?" Farez mundur satu langkah agar menjauh dari Hana. Cowok itu menggeleng pelan lalu berkata. "Gak Han, apa yang udah lo rusak itu yang harus lo terima," tekan Farez.
"Dulu, ya dulu. Sekarang ya sekarang, keadaan nya udah beda," setelah itu Farez pergi meninggalkan Hana sendiri di perpustakaan.
***
babay sampai ketemu lusaa 👋🏻👋🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
strawberry milk
punya tmn gaada akhlak dih, udh tau si farez udah nikah, malah disuruh² ngedeketin mantan. Untung farez ga terpengaruh lg sama si Hana ! tmn² yg menjerumuskan hih
2024-08-26
0
Marza Tillah
semangat author
2022-11-09
0