...HAPPY READING!! ...
Jum'at adalah hari pts terakhir, karna itu banyak dari murid SMA Bagaskara yang bersorak senang. Karna setelah ini mereka akan menikmati yang nama nya classmeting. Dimana mereka masuk tanpa belajar. Bukankah itu menyenangkan?
Sebelum bell masuk, ketiga pria ini tengah asyik nongkrong di kantin sekolah, sembari menunggu jam pertama masuk. Mereka duduk di paling pojok belakang yang tempat nya jauh dari keramaian.
"Rez, gimana soal nikahan lo?" tanya Saka tiba-tiba.
Javas memandang Saka heran. "Kepo banget lo?"
"Emang lo nggak?" Saka memberi wajah julidnya.
"Kepo sih," kata Javas cengengesan. Saka membalas itu dengan merotasikan matanya malas.
"Jadi Rez?" tanya Saka kembali.
"Senin."
"Anjir?" umpat Javas spontan. "Seriusan lo? Kok cepet banget?"
"Jadi ntar classmet lo gak masuk dong?" ujar Saka lesu.
Farez mengedikkan bahu nya tak acuh. "Mau gimana lagi? Semuanya ditangan bokap gue," kata Farez terdengar pasrah.
"Lo udah siap?" tanya Javas.
"Siap gak siap gue harus siap," jawab Farez dengan pelan. Cowok itu memfokuskan pandangannya pada satu objek yang menyita perhatian nya.
Orang itu adalah Hana, ia tidak sendiri melainkan berdua dengan satu orang pria disampingnya. Mereka tengah berdiri didepan stan penjual minuman.
Saka dan Javas mengikuti arah pandang Farez, ketika mereka melihat itu mereka mengerti. Lantas mereka memiliki ide untuk mengisengi temennya itu.
"Ekhemm! Panas ya mantan deket cowo lain!" seru Saka namun tidak keras hanya mampu didengar mereka bertiga.
"Jangan-jangan mereka pdkt lagi?" timpal Javas memanasi.
Farez menatap dingin kearah Hana disana, otaknya menyuruh dirinya untuk pergi menghampiri Hana, namun hatinya berkata lain.
"Kalau masih suka bilang Rez! Gosah dipendem, sakit," kata Javas dramatis.
"Bener tuh! Kasian kan perasaan lo ditahan-tahan, kalau emang udah gak suka ya move on lah Rez!" sambut Saka.
Kedua cowok itu asik mengisengi Farez, melihat guratan dileher cowok itu membuat Javas dan Saka menyemburkan tawanya.
Tanpa sepatah kata lagi, Farez pergi meninggalkan kedua temannya dan meninggalkan area kantin.
***
"Mora, gimana sama persiapan pernikahan kamu?" tanya Zizah ketika jam istirahat tiba.
"Aku gak tau jelas Zi, soal nya semua diurus Abi dan Ayah Prama," kata Mora.
"Ayah Prama?" beo Zizah.
"Ayah nya calon suami aku."
Zizah sontak tersenyum aneh. "Ciee udah calon suami ajaa," ucap nya menggoda.
"Ih apaan sih Zi! Aku serius!" seketika pipi Mora terasa memanas.
"Iya-iya, anyway kamu nanti akad nya dimana?" tanya Zizah yang sudah menyiapkan pertanyaan itu sadari tadi.
"Kata Abi, di Jakarta. Bukan disini, disana Ayah Prama udah urus segalanya. Mulai gedung, dekor dan lain-lain. Aku aja gak tau menau itu," kata Mora.
"Kamu berangkat kapan?"
"Minggu Zi kata Abi, disana aku bakal sewa rumah buat sementara sampe nanti hari aku nikah," jawab Mora.
Ditaman yang sepi mereka dapat bertukar cerita sepuasnya. Tanpa takut merasa terganggu.
"Kenapa gak disini aja? Kalau gitu, besok hari terakhir kamu disini dong? Kita bakal jarang ketemu," ucap Zizah merasa sedih.
"Mau gimana lagi Zi, semua nya udah diatur sedemikian mungkin, aku gak bisa seenaknya ngatur itu ini."
"Jadi kamu udah siap untuk nikah nanti?" tanya Zizah lagi. Mora terdiam sejenak sebelum menjawab. "Insyaallah aku siap Zi."
***
Bell pulang telah berbunyi lima menit yang lalu, siswa siswi SMA Bagaskara berhamburan keluar. Farez, Saka dan Javas sekarang berjalan menuju parkiran.
"Eh Rez, ntar ke cafe biasa dulu sebelum balik mau gak?" tawar Javas. "Gue pengen hiling, bosen dirumah," sambungnya.
"Gak bisa gue Jav, gue mau jagain adek gue habis pulang sekolah," kata Saka tak enak hati.
"Kalau gitu kita kerumah lo aja gimana? Nyokap lo gak dirumah kan?" ucap Farez.
"Kerja lah, paling babysiter aja," jawab Saka.
"Boleh tuh, gimana Sak?" timpal Javas menyetujui.
"Boleh-boleh aja sih, adek gue malah seneng ada temennya," kata Saka.
Mereka pun mengendarai motor mereka masing-masing menuju rumah Saka. Mereka mengendarai motor secara beriringan dengan Farez ditengah dan dikedua sisi diisi oleh Javas dan Saka.
Lima belas menit kemudian, mereka telah tiba di kediaman Saka. Rumah minimalis yang nyaman untuk ditinggali.
Ketiga pria itu menaruh motor di garasi samping rumah, setelah itu mereka bersamaan masuk kedalam rumah.
"Geby, abang pulangg!" teriak Saka.
"Buset! Cocot lo gede amat anjir!" sewot Javas.
"Eh den Saka, non Geby ada di taman belakang den," ucap art rumah Saka.
"Sama babysister kan Bi?"
"Iya den," jawab art rumah Saka.
Saka memandang kedua temannya, "lo berdua duduk aja dulu, gue mau samperin adek gue dulu," ucap Saka.
Javas dan Farez pun duduk di sofa ruang tamu yang sudah tersedia, sementara Saka pergi menghampiri adik nya ditaman belakang.
Lalu tak lama, Saka kembali dengan membawa Geby di gendongan nya yang langsung disambut oleh Javas. Cowok itu mengambil alih Geby ke gendongannya, dengan gemas Javas mengunyel-unyel pipi tembam milik Geby.
Adik perempuan Saka yang baru mencapai umur satu tahun itu sangat disayanginya oleh abang-abang, terutama Javas dan Farez yang sama-sama tidak memiliki adik. Jadi mereka menganggap Geby adalah adik mereka juga, dan selalu senang jika diajak main kerumah Saka.
"Sumpah adek lo gemesin banget Sak, pengen gue bawa balik," ucap Javas gregetan mencubit kecil pipi Geby.
"Gak usah lo cubit-cubit tu pipi, nangis ntar," ucap Saka memeringati.
"Adek lo aja gak masalah, ya kan By?" Javas bertanya pada Geby yang disahuti dengan tawa riang dari anak itu.
"Tuh kan," Javas menyombong dirinya. Saka memasang wajah julid nya pada Javas, ia sedikit sensi jika adik nya lebih menyukai orang lain daripada diri nya.
Geby memberontak ingin turun dari gendongan Javas, dengan memukul kecil dada bidang cowok itu. "Napa lo cil?" tanya Javas.
"Minta diturunin itu," kata Saka memberitahu. Lantas Javas langsung menurunkan Geby tepat di karpet bulu yang lembut agar lutut Geby tidak tergores, sebab gadis kecil itu berjalan merangkak.
Tanpa mereka duga, Geby merangkak pada Farez yang tengah anteng duduk di sofa memperhatikan mereka.
Javas mendekat pada Saka lalu membisikkan sesuatu. "Sak, adek lo tau aja mana serbuk berlian," bisik nya.
"Gue khawatir gede nya dia gimana ntar," sahut Saka. Kedua cowok itu geleng-geleng kepala melihat kelakuan Geby.
Farez yang melihat Geby ada dibawah kakinya lantas mengangkat tubuh mungil itu keatas pangkuannya. Geby yang merasa senang itu bertepuk tangan riang sembari tertawa cekikikan.
Farez sedikit menaikkan ujung bibirnya mengulas senyum tipis, sangat tipis nyaris tak terlihat. Geby yang sangat aktif hingga memanjat dada bidang Farez membuat cowok itu was-was dengan memegang punggung Geby takut jika gadis kecil itu terjatuh.
"Lagi manja itu Rez," ucap Saka. Kedua cowok itu bergabunglah duduk di sofa seberang Farez.
"Adek lo ngomong apaan Sak?" tanya Javas yang tak mengerti ucapan Geby yang terus berceloteh.
"Lo kira gue penerjemah bahasa bayi?" cetus Saka menatap sinis kearah Javas. "Lo kan abang nya," cibir Javas.
"Ya tapi gak semua omongan dia gue paham ege!" cetus Saka menempeleng kepala Javas.
"Anj*ng!" umpat Javas spontan.
"Haus kayak nya," celetuk Farez tiba-tiba.
"Lo paham Rez?" tanya Javas.
"Gak, tapi adek lo dari tadi ngemut jari mulu," ujar Farez berkata.
"Yaudah gue bikinin dulu susu nya," Saka pun beranjak dari duduknya dan pergi ke dapur untuk membuatkan Geby susu.
"Kayak nya lo paham banget soal ginian Rez," celetuk Javas memandang Farez yang dengan telaten menjaga Geby. Padahal anak itu sangat aktif namun Farez terlihat sabar menghadapi nya.
"Keliatan," jawab Farez dengan singkat.
"Udah siap lahir batin kayak nya lo buat jadi papa," kata Javas lagi dengan kekehan renyah. Cowok itu tengah menggoda Farez.
"Diem lo!" ketus Farez berkata.
"Nih Rez susu nya," ujar Saka yang datang membawa susu. Cowok itu memberikan nya pada Farez.
"Lo aja," tolak Farez.
"Gimana sih lo Rez, adek gue kalau udah ada lo berdua mana mau sama gue," kata Saka. "Udah nih lo aja, tinggal kasih aja itu," sambung nya.
Farez menghela nafas pelan, ia pun mengambil botol ditangan Saka lalu memberi nya pada Geby. Ketika melihat botol susunya, gadis kecil itu langsung tersenyum merekah dan menerima nya dengan senang.
Geby mengambil posisi berbaring di sofa, membuat Farez dengan cekatan memberi bantal sofa di pinggir agar Geby tidak terjatuh.
Tangan Farez tergerak untuk meng puk-puk pantat anak itu agar Geby bisa tenang, biasanya anak kecil jika di puk-puk akan lekas tidur.
Terbukti Geby yang sudah mulai meredupkan matanya sekarang.
"Lo udah bisa jadi ayah buat anak lo nanti Rez, telaten banget lo ngurus adek gue."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments