...HAPPY READING!!...
"Ibu tidak habis fikir sama kalian! Berani sekali membuat keributan disekolah, apalagi sampai berantem!" ucap Bu Rini murka.
"Kamu lagi Farez!" Bu Rini menunjuk kearah Farez duduk. "Sudah berapa kali ibu ingatkan sama kamu? Jangan membuat masalah disekolah! Tidak ada kapok-kapok nya kamu!"
"Saya gak akan mulai kalau dia gak mancing saya duluan bu," ucap Farez dengan tenang.
"Ibu gak terima alasan apapun! Kalau kalian ada masalah, selesaikan secara baik-baik!"
"Kalau begini caranya, ibu gak segan untuk panggil orang tua kamu Farez!"
Farez memandang Bu Rini dengan mata bak elang nya. "Saya gak akan pernah bisa bersikap baik sama orang yang udah mencemari nama baik orang tua saya Bu!" tekan Farez.
Cowok itu bangkit dari kursi nya, menatap dua orang didepannya secara bergantian. Bu Rini, dan Indra yang tengah diduduk didepannya.
"Ibu mau panggil orang tua saya? Silahkan, saya gak takut dan gak perduli. Saya cuma ngelakuin apa yang menurut saya benar." Farez berlalu pergi setelah mengatakan hal demikian.
Bu rini yang notabene adalah guru Bk merasa pusing dengan tingkah anak satu itu. Sungguh keras kepala dan susah diatur. Jika bisa, ia akan mengibarkan bendera putih saja, rela lengser jabatan dari pada harus mengurus anak itu.
***
"Bikin masalah terus! Mau jadi apa kamu!" bentak Prama pada Farez yang padahal baru sampai dirumah.
Prama mendapat kabar dari Bu Rini melalui sambungan telepon, tentang Farez yang bertengkar disekolah. Bu Rini meminta untuk menasehati Farez. Hal itu lah yang membuat amarah Prama memuncak.
"Kenapa? Salah?" Farez menatap mata Prama dengan beraninya. "Ayah gak tau kan kenapa Farez mukul dia? Gak tau kan?" Ucap Farez meninggi kan suaranya.
"Apapun yang terjadi, Ayah selalu mengajarkan untuk bersikap baik! Bukan brandal seperti ini!" Sentak Prama akhirnya.
"Brandal?" Farez menatap remeh Prama. "Brandal Ayah bilang?"
"FAREZ KAYAK GINI JUGA KARNA KALIAN!"
"FAREZ!"
"APA?! AYAH YANG TERUS SIBUK SAMA PEKERJAAN DILUAR SANA!"
"Bahkan untuk jemput rapor Farez waktu kelas sebelas pun Ayah gak bisa kan? Waktu kelas sepuluh juga, alasan nya kalian mau ke luar kota, terus nanti apa?"
Plak!
"AYAH!" seru Kinara yang terkejut melihat suaminya itu.
Satu tamparan keras mendarat tepat di pipi kanan Farez, tamparan yang cukup kuat itu membuat kepala Farez tertoleh kesamping.
Cowok itu terkekeh kecil, memegang pipinya yang terasa panas sekaligus nyeri. Prama menatap nyalang kearah putranya itu, dada nya turun naik karna emosi.
"Pukul aja lagi Yah! Pukul! Sampe Farez hilang dari bumi!" cecar Farez. Mata nya memerah menahan sesuatu yang hendak keluar.
"Apapun yang Farez lakuin, selalu salah dimata Ayah! Ayah gak tau kan alasan Farez pukul dia disekolah?" Farez menatap wajah Prama.
Mata nya sudah mulai berkaca-kaca. "Dia udah ngejelekin nama baik Bunda! Apa Farez harus diem aja ketika Bunda di jelekin?!" cecar Farez. Genangan air di pelupuk matanya akhirnya luruh begitu saja, namun dengan cepat ia tepis. Tak ingin terlihat lemah.
Kinara tersentak kaget, ternyata putra nya melakukan hal itu demi dirinya? Kinara menatap tak percaya kearah putranya itu.
"Farez capek Yah, mau istirahat. Kalau mau marah, besok aja."
Tanpa sepatah kata lagi, Farez berlalu pergi menuju kamarnya.
***
Farez membanting pintu kamarnya cukup kencang hingga menimbulkan suara bising. Semarang arah ia melempar tas nya, lalu berhambur ke ranjang empuk nya.
Ia menatap langit kamar nya dengan tatapan kosong.
"Apapun yang terjadi, Ayah selalu mengajarkan untuk bersikap baik! Bukan brandal seperti ini!"
Ucapan Ayah nya beberapa menit lalu terngiang-ngiang di otak nya.
"Bersikap baik? Ini yang Ayah maksud bersikap baik?" Farez tertawa miris.
Farez menyentuh pipinya yang tadi di tampar oleh Prama. Terasa sekali nyerinya.
"Apa salah kalau Farez kayak gini Yah? Semua ini juga karna Ayah.."
"Farez juga gak mau Yah kayak gini," sambung nya kemudian. Perasaan cowok itu campur aduk, kesal, marah, sedih, kecewa, ia tidak bisa menjabarkan.
Suara knop pintu yang terbuka membuat nya menoleh dan sontak duduk. Terlihat Kinara yang datang membawa nampan berisikan air dan kompresan.
"Bunda lupa?"
"Ketuk sebelum masuk," jawab Kinara. Wanita itu duduk ditepi ranjang sebelah anaknya. "Bunda tau, cuma kayaknya kalau Bunda ketuk dulu, kamu gak akan kasi izin Bunda masuk kan?"
Farez diam.
Kinara mengamati setiap sudut wajah Farez. Luka memar yang berada di rahang Farez, membuat Kinara memegang nya tanpa sadar. Farez sontak meringis ngilu, terasa sakit jika disentuh.
"Sakit Bunda!" eluh nya.
"Maka nya jangan berantem kalau gak mau sakit!"
"Maaf," sesal Farez. Sekali lagi, Farez lemah jika sudah berhadapan dengan Kinara.
Kinara memandang teduh kearah putranya, tangannya ia gunakan untuk mengusap lembut kepala anaknya itu.
"Makasih ya nak," kata Kinara.
"For?"
"Kamu sampe rela berantem gini demi Bunda, makasih ya," kata Kinara dengan lirih.
Farez tersenyum kecil. "Farez gak akan diam aja kalau ada yang ngejelekin Bunda," ucap nya.
Kinara tersenyum hangat pada putranya. Kompresan yang tadi ia bawa mulai ia gunakan untuk mengompres luka memar di wajah Farez. "Boleh kamu bela yang baik, tapi inget cara nya juga harus baik. Kalau pun dia udah keterlaluan, kamu jangan terbawa emosi ya sayang," kata Kinara menasehati.
"Bunda gak mau, anak Bunda ini pulang dengan luka," kata nya lagi.
"Farez usahain, tapi gak janji."
Kinara memaklumi itu.
"Yaudah, kamu istirahat. Bunda keluar," pamit Kinara. Wanita itu berlangsung pergi keluar dari kamar Farez.
***
Pagi hari yang cerah, Mora dan Della sudah siap dengan seragam sekolah nya. Mora dengan seragam MA juga cadar yang tersemat di sebagian wajahnya dan Della dengan seragam MTS nya.
Setelah berpamitan, kedua gadis itu pergi bersama ke sekolah. Hanya beberapa langkah saja sudah sampai karna jarak yang tidak terlalu jauh. Mereka berpisah di pertigaan jalan, Mora ke kanan dan Della ke kiri.
Mora masuk kedalam kelas yang sudah lumayan ramai namun hanya sebagian saja, gadis itu menaruh tas nya di bangku tempat ia duduk. Lalu tak lama setelahnya Zizah datang masuk kedalam kelas.
"Assalamualaikum ya ahli kubur!" teriak nya saat memasuki kelas membuat seisi kelas menutup telinga masing-masing.
"Astaghfirullah. Jangan teriak-teriak Zi, hobi banget teriak," protes Mora.
"Hehe, maaf Ning. Terlalu bersemangat soal nya," Zizah cengengesan sendiri ditempat. Zizah menaruh tas nya tepat disebelah Mora.
"Oh iya Ning, aku udah hafal surah Al-mulk loh!" Ujar Zizah bersemangat.
"Oh iya? Alhamdulillah kalau gitu, pertahanin hafalannya, karna yang susah itu mempertahankan hafalan," wejang Mora.
"Siapp! Oh iya, Ning liat ustadzah Mirna gak?"
Mora menggeleng tak tau.
"Kemana ya? Dari tadi aku cariin, tapi gak keliatan. Apa belum dateng ya?" monolog Zizah.
"Kalau boleh tau emang nya kamu ada perlu apa?"
Zizah menyengir kuda. "Aku mau setor muraja'ah sama ustadzah Mirna Ning, udah dua minggu aku gak setor."
"Oh gitu, kalau mau kamu bisa setor sama aku dulu kok. Nanti baru deh sama ustadzah Mirna," tawar Mora.
"Boleh Ning?"
Mora mengangguk.
"Yaudah istirahat nanti ya Ning!"
"Iyaa."
***
Sesuai yang mereka janjian awalnya, sekarang di kelas pada saat jam istirahat pertama, Zizah ingin meluruskan niat nya untuk menyetor kan hafalan nya selama ini. Dikelas hanya ada mereka berdua saja, jadi tidak ada yang menganggu.
"Udah, ayo. Bismillah."
Zizah mengangguk mantap. "A'udzubillah himinasyaiton niradzim.. Bismillahirrahmanirrahim.."
Selanjutnya Zizah membaca surah Al Mulk dari awal ayat hingga akhir dengan panjang pendek, tajwid, dan hukum yang benar. Zizah fokus dalam membaca, begitu pula dengan Mora yang fokus mendengar.
Hingga akhirnya Zizah menyelesaikan hafalannya dengan sangat baik. "Sadakallahhuladzim.." Zizah mengakhiri hafalan nya.
"Subhanallah.. Bagus Zizah, bacaan kamu udah bener semua," ucap Mora.
"Alhamdulillah, makasih Ning," ucap Zizah senang. Ada rasa bangga di dirinya karna bisa menyelesaikan Al Mulk.
"Ning tau tak? Aku selalu pengen jadi kayak Ning Mora. Istiqomah, dewasa, sopan, trus yang paling bikin aku pengen kayak Ning, bisa hafal 30 Juz Al-Qur'an," puji Zizah menatap kagum Mora.
"Amiin. Insyallah kamu juga bisa, aku yakin Zi. Asal kamu mau berusaha dan coba. Jangan takut gagal, kalau kita usaha pasti bisa," ucap Mora memberikan semangat pada Zizah.
"Amiin Ning."
"Aku yakin deh, jodoh Ning Mora nanti pasti beruntung bisa milikin Ning Mora di hidupnya, perempuan Sholehah yang sangat menjaga aurat nya," kata Zizah.
Semoga aja ya Zi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments