"Loh kok turun sendiri?" tanya Kinara heran melihat menantunya itu datang sendiri, lalu dimana suaminya?
"Bentar lagi juga turun kok Bunda, masi cuci muka kayak nya," sahut Mora. Ia ikut duduk di kursi seberang Kinara, dan Prama duduk di kursi tengah paling depan.
Tak lama Farez turun dengan keadaan belum mandi. Terlihat cowok itu hanya mencuci muka saja, bahkan rambut pun tidak di benarkan terlebih dahulu. Terlihat masi sangat berantakan, apalagi rambut Farez yang dapat dikatakan panjang.
Farez ikut duduk disamping Mora, lalu Mora bergerak mengambilkan Farez sarapan. Prama dan Kinara makan dengan hitmat, dan begitu pula dengan Farez dan Mora. Sarapan tanpa perbicangan, mereka fokus menghabiskan sarapan mereka.
Di sela Mora mengunyah, ia sempat melirik ke arah Farez sejenak, karena Farez yang begitu peka ia langsung menoleh pada Mora seraya menaikkan sebelah alisnya seolah berkata 'ada apa?'
Mora tak menyahut ia malah menyiku pelan lengan Farez. Cowok itu mengerutkan keningnya tanda bingung, kenapa dengannya?
Mora menghela nafas pelan, ia menaruh roti yang ia pegang di atas piring lalu meminum segelas air putih. Lalu ia berbisik pada Farez. "Minta maaf."
Farez berdehem singkat membuat kedua orang tuanya menoleh padanya. "Kenapa Rez?" tanya Kinara.
"Farez mau.." cowok itu menatap Mora sejenak lalu dibalas anggukan yakin dari gadis itu. "Mau.."
"Mau apa?"
"Minta maaf."
Kinara dan Prama sontak berhenti mengunyah saat itu juga. Apa tadi? Farez meminta maaf?
"Karna kemarin Farez sempet bentak kalian, dan.. bikin kalian marah," kata Farez terdapat rasa penyesalan didalam dirinya.
Prama meminum air putih nya, lalu memandang putra tunggal nya itu dengan lamat. "Ayah ngerti, kamu tidak perlu minta maaf. Ini juga salah Ayah awalnya, Ayah juga mau minta maaf sama kamu."
Farez mengangguk pelan.
"Bunda juga mau minta maaf, belum bisa jadi yang Farez mau," cetus Kinara.
"Bunda ngomong apa? Bunda udah jadi yang terbaik di hidup Farez," kata Farez membenarkan. Kinara tersenyum lembut mendengar tutur kata anak nya yang terdengar manis itu.
"Bisa aja kamu Farez," kata Kinara menyembunyikan rasa senangnya.
"Em.. ada yang mau Farez omongin lagi," kata Farez tiba-tiba.
Atensi penuh menghadap dirinya. Mora yang paling penasaran disana, apa yang akan dibicarakan Farez lagi?
"Apa nak?" tanya Prama.
"Farez mau pindah ke rumah yang Ayah beliin minggu ini, sama Mora," Farez menatap Mora disampingnya. Mora terkejut mendengar tutur Farez, ini sungguh tiba-tiba. Bahkan Farez tidak membicarakan nya lebih dulu dengannya.
"Kamu yakin Farez?" tanya Kinara memastikan.
"Kenapa tiba-tiba?" tanya Prama menyahut.
"Ini pilihan Farez Yah, Bun. Farez udah mikirin ini sebelumnya," tutur Farez.
"Mora, kamu gimana?" tanya Kinara pada menantunya.
"Mora.." gadis itu tak langsung menjawab, namun ia menatap Farez terlebih dahulu. Sementara Farez hanya menatap balik Mora dengan tatapan meyakinkan.
"Mora ikut kata Farez aja Bunda, Ayah."
***
"Farez kamu serius? Kenapa mendadak bilang nya tadi? Bahkan kamu gak kasi tau aku dulu sebelumnya? Ya setidaknya gak minggu ini juga, ini terlalu mendadak Rez," celoteh Mora pada Farez, mereka berada di kamar saat ini sehabis sarapan pagi.
"Lo gak mau? Bagus kan? Mempercepat proses debay," kata Farez. Mata Mora seketika membola, ia bukan anak sd yang tidak mengerti dengan kata-kata Farez.
"A-apaan!" ucap Mora salah tingkah. Farez terkekeh kecil melihat Mora. "Bercanda Ra, gue gak bakal ngerusak lo sebelum lo mau kok."
Mora berdehem singkat. "K-kamu mandi sana! Aku mau cuci baju nya." Mora mengganti topik pembicaraan.
Farez mengangguk, ia menuruti permintaan Mora, cowok itu langsung membuka baju nya dihadapan Mora yang otomatis perut sittless nya terpampang jelas.
Mora spontan membalikkan tubuhnya membelakangi Farez, ia merutuki suaminya itu. Dengan santainya membuka bajunya dihadapannya.
"Lo kenapa?"
Pake nanya lagi! Omel Mora dalam hatinya.
"Kenapa buka baju disitu?!"
"Masalah?" tanya Farez yang sama sekali tak masalah dengan itu.
"Ada aku disini Farez, kamu gak malu?"
"Lo mau cuci kan tadi, ya gue buka lah baju gue," kata Farez dengan tampang polosnya.
"Ya gak disini juga!"
Farez seketika tersenyum jahat, ia memiliki ide licik. "Udah gue pake lagi bajunya, madep sini," kata Farez.
Dengan bodohnya ia percaya dengan perkataan itu, ia pun membalikkan badannya menghadap Farez. "FAREZ!" teriak Mora kesal. Ia kembali membalikkan badannya, dalam hati ia terus beristighfar agar tidak emosi.
Cowok itu menyemburkan tawanya kencang, seakan senang melihat Mora kesal. Bagaimana tidak kesal, yang katanya sudah memakai baju tapi nyatanya Farez berbohong.
Mata Mora sudah tidak suci sekarang.
"Gini doang Ra, masa lo gak mau liat? Dosa?" tanya Farez.
"Tau ah! Cepet sana mandi!" usir Mora.
Dengan hati geli nya, Farez tertawa mengingat hal tadi. Ia berjalan masuk kedalam kamar mandi yang ada di dalam kamar nya. Saat terdengar suara pintu tertutup, baru lah Mora menghela nafas lega.
"Dosa gak ya?" monolog Mora bertanya, ia jadi memikirkan hal itu.
***
Mora yang sambil menunggu pakaian di dalam mesin cuci selesai, ia ingin membuat brownies kukus untuk Farez. Resep ini sudah ia pelajari sejak lama, ia hanya tinggal mengingat saja.
Mora sudah menyiapkan bahan dan alat yang akan ia pakai, lalu satu persatu tahap ia lakukan. Ia mulai membuat adonan brownies, tangan lentik itu bergerak sangat lincah.
Usai membuat adonan, tahap akhir Mora mengoven nya. Tinggal menunggu matang. Mora beralih melihat cucian nya, ternyata sudah selesai. Mors pun mengeluarkannya cucian nya dari dalam mesin cuci untuk dijemur.
Usai itu Mora kembali melihat brownies nya, ternyata sudah matang. Terakhir Mora menaruh brownies nya di atas piring dengan toping coklat bubuk diatasnya.
Farez yang sudah selesai mandi, turun dari kamar dan ia melihat Mora didapur itu pun berjalan menghampiri nya. Awal nya Farez memerhatikan Mora dari jauh, namun kini ia lebih mendekat pada Mora, tepat berada di belakang Mora.
"Bikin apa?"
"Astaghfirullah!" ucap Mora terkejut sebab suara Farez berada tepat disebelah telinga nya. Gadis itu membalikkan tubuhnya menghadap Farez, namun karena jarak keduanya yang sangat dekat membuat Mora harus mendongak menatap Farez.
"Lo buat apa gue tanya?" Farez mengulang pertanyaan nya.
"Munduran dikit," pinta Mora sebab jarak keduanya yang terlalu dekat menurut dirinya, dan Farez pun menuruti itu. Kemudian Mora mengangkat piring brownies nya memperlihatkan kepada Farez. "Bikin brownies!" kata Mora dengan sangat antusias.
"Buat kamu," lanjutnya.
"Buat gue?" beo Farez.
"Kenapa? Gak mau? Yau—"
"Eh mau!" Seloroh Farez langsung mengambil piring itu dan membawanya ke meja makan. Mora mengikuti Farez duduk di sana.
Satu suapan masuk kedalam mulut Farez. Mora mengamati wajah Farez, ia ragu dengan rasa nya. Farez mengunyah dengan begitu pelan, seperti juri yang tengah mencicipi makanan peserta nya.
"Kalau gak enak—"
"Enak." Farez kembali menyuapinya kedalam mulut. Mora senang mendengar nya, jadi usaha nya tidak sia-sia.
"Yaudah habisin." Kata Mora.
"Lo gak mau coba?" tawar Farez. Mora menggeleng lalu berkata, "kamu aja."
"Ini enak, yakin?" ucap Farez menggoda Mora. Gadis itu yang melihat Farez dengan lahap mengunyah brownies, membuat nya ingin mencicipi.
"Yaudah mana sini!" pinta Mora.
"Eits, biar gue aja," kata Farez. Cowok itu mengambil potongan brownies di sendok, lalu mengarahkan sendok itu pada Mora.
Mora awal nya ragu-ragu, namun perlahan ia membuka mulutnya untuk menerima suapan itu. Namun Farez tetap lah Farez, bukannya memasukan suapan itu kedalam mulut Mora namun ia malah memutar sendok nya masuk kedalam mulutnya.
Mora diam menahan kesal nya. Sedangkan Farez tertawa seakan tak ada salah sama sekali. "Udah sini ah Rez!" Mora mencoba meraih sendok ditangan Farez namun dengan cepat cowok itu melarikan sendok ditangannya agar tidak bisa digapai oleh Mora.
"Sorry sorry, nih kali ini serius," Farez kembali ingin menyuapi Mora, namun kali ini Mora tidak membuka mulutnya sama sekali, ia takut Farez mengerjai nya lagi.
"Ayo Ra!"
Mencoba percaya, Mora pun membuka mulutnya menerima suapan Farez. Suapan itu masuk kedalam mulutnya, sensasi lembut itu menyambut lidahnya.
"Enak?" tanya Farez. Mora menjawab dengan anggukan lucunya seraya mengunyah. Hal itu membuat Farez menahan rasa gemasnya terhadap gadis didepannya ini.
Ditengah aktivitas mereka, terdengar suara bel pintu yang berbunyi. Art rumah dengan segera membukanya pintu utama, namun ia kembali masuk menghampiri Farez dan Mora.
"Kenapa Bi?" tanya Farez.
"Didepan ada temen nya den Farez."
***
"Pulang lo pada!" usir Farez.
"Baru juga sampe Rez udah lo usir aja," kata Saka. Tanpa izin mereka sudah nyelonong masuk duduk di sofa ruang tamu. Kalau kata Saka 'anggap aja rumah sendiri.'
"Gue gak terima tamu!"
"Kejam amat," cetus Javas.
"Bodo amat, pulang gak lo!"
"Farez, kok gitu sama temennya," ucap Kinara yang baru datang dari kamarnya.
"Eh halo tente! Apa kabar tante?" ucap Javas menyapa Kinara.
"Najis sokab!" celetuk Saka.
"Bodo!" sahut Javas tak perduli. Kinara menghampiri ketiganya di ruang tamu. "Tante baik kok."
"Tumben kalian kesini, ada apa?" Tanya Kinara.
"Tau Bun, datang tanpa diundang," cetus Farez.
"Gak boleh gitu Farez," tegur Kinara. Farez merotasi bola matanya malas.
"Kami cuma mau ketemu Farez aja Tante," kata Saka.
"Yasudah, lanjutin ngobrol nya. Tante mau ke dalam dulu." Sepeninggal Kinara dari sana, Mora keluar dari arah dapur membawa nampan berisi minuman dan cemilan untuk teman-teman Farez. Sebelumnya Mora sudah menggunakan cadarnya, jadi tidak masalah.
Saka dan Javas terkesiap melihat Mora, sedetik kemudian mereka tersadar. Dalam diam nya Farez sudah menatap tajam kedua temannya itu yang secara terang-terangan menatap istrinya.
Mora kembali masuk ketika sudah selesai menaruh jamuan tadi ke atas meja. "Itu istri lo Rez?" tanya Saka.
"Kenapa lo? Naksir?" kata Farez sensi.
"Ketus amat Rez! Santai kali, gakan diambil juga Rez," sahut Javas.
"Tau nih, heran gue. Nanya doang perasaan."
"Lo berdua kesini ngapain sebenarnya?" tanya Farez ingin tau tujuan kedua pemuda itu. "Gak ada si Rez, bosen dirumah jadi kita kesini," jawab Saka.
"Omong-omong, gimana soal pendekatan lo sama istri lo?" tanya Javas ujungnya.
"Not bad, gue selalu ngerasa nyaman dideket dia," kata Farez tanpa sadar, cowok itu jadi membayang sikap peduli Mora terhadap diri nya.
Saka dan Javas saling tatap satu sama lain seakan isi pikiran mereka sama saat ini. "Jadi lo udah mulai buka hati sama istri lo?"
"Mungkin?" jawab Farez ragu. Jika ditanya ia mencintai Mora atau tidak, ia tidak bisa menjawab dengan pasti, karna dihatinya masih ada rasa untuk Hana mantannya.
"Kenapa lo ragu gitu?" tanya Javas.
"Jangan bilang lo belum bisa move on dari Hana?" tebak Saka tidak meleset sama sekali.
"Ayo lah men, dia cuma mantan lo! Masa lo mau stuck ke dia terus, dia cuma masa lalu lo, dan istri lo masa depan lo sekarang!" kata Javas ada benarnya.
"Gue lagi coba Jav," ucap Farez menerawang jauh kedepan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
darkside
hem
2023-04-24
0
darkside
gabisa gabisaa aku kelepek klepekk☝🏻😭😭
2023-04-24
0
zu
ayok lanjut thorrr
2022-11-15
0