...HAPPY READING!!...
Mata berbulu lentik itu terbuka saat waktu menunjuk pukul 04.00 dini hari. Tak membutuhkan waktu lama, Mora bangun dari tidurnya, duduk sejenak sembari mengumpulkan nyawa.
Masih dengan rasa kantuk nya, Mora mengucek mata nya pelan, lalu menyingkirkan selimut dari seluruh tubuhnya. Jika kalian bertanya, apa Mora tidur dengan jilbab nya? Jawaban iya, Mora tidur dengan jilbab yang masih melekat di kepalanya.
Enam hari tinggal bersama Farez, Mora sama sekali tidak melepaskan jilbab nya didepan Farez, ia hanya akan melepaskan jilbab nya ketika ia sedang sendirian atau sedang mandi. Hanya cadar yang bisa ia buka didepan Farez, untuk jilbab ia belum bisa melepasnya.
Butuh proses bagi nya untuk melepas jilbab nya didepan Farez, entah lah ia merasa malu. Mau bagaimanapun Farez tetap lah laki-laki.
Lima menit ia habiskan dikamar mandi untuk membuang air kecil juga mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat subuh.
Jika dipikir-pikir, ia tidak pernah melihat Farez sholat selama ini. Lantas Mora melangkah mendekati Farez yang masih nyenyak dalam tidur nya, dengkuran halus itu terdengar menyapa telinga nya.
Mora menggoyangkan sedikit tubuh Farez agar cowok itu terbangun, namun itu tidak berhasil. Lalu ia mencoba menggoyangkan tubuh Farez lebih kuat, disertai memanggil nama cowok itu.
"Farez ayo bangunn!"
Farez bergerak membalikkan badan nya merasa terusik, namun tetap saja tidak bangun.
Oke, sekarang Mora menyesal telah membangunkan cowok itu setelah melihat pemandangan kurang mengenakkan dibalik selimut yang Farez gunakan.
Baju yang Farez kenakan tersingkap yang memperlihatkan beberapa garis kotak di perutnya. Tak mau berlama-lama mencuci mata, ia segera membangunkan Farez kembali.
"Rez bangun ih! Udah subuh ayoo sholatt!"
Farez menghela nafas kasar, merasa kesal sebab tidurnya terganggu. Namun mata cowok itu tetap tidak terbuka. Hal itu membuat kesabaran Mora diuji.
"Farez! Kamu belum sholat ayoo bangunn!"
Didetik berikutnya, barulah mata bak elang itu terbuka sempurna, sedikit tertampar oleh ucapan Mora barusan.
Tercetak kerutan didahi gadis berjilbab itu, merasa heran dengan Farez. "Kenapa diem? Ayo bangun."
Farez bangun dari tidur nya menjadi duduk, menatap iba gadis disebelahnya. Cowok itu menjilat bibir bawahnya merasa sedikit ragu. "Gue gak sholat Ra."
Mora mendelik geli mendengar tuturan Farez. "Kamu pms sampe gak sholat?" ucap Mora dengan kekehan geli nya.
Mora mengerti, Farez pasti tidak biasa melaksanakan sholat, Mora memaklumi itu. Karna dari itu ia ingin Farez mulai membiasakan sholat, dan dengan senang hati ia membantu.
"Gak ada cowo yang gak sholat Rez." Ucap Mora damai.
"Gue gak bisa sholat, bahkan gue lupa kapan terakhir gue sholat."
Mora menggulum senyuman nya. "Maka nya belajar. Ayo siap-siap." Tarikan pada lengan kekar itu tidak ada penolakan, Farez bangun mengikuti apa yang akan Mora lakukan.
Bahkan ia tidak perduli dengan baju nya yang acak-acakan. Mora mendorong pelan bahu Farez masuk kedalam kamar mandi. "Wudhu dulu, kalau gak wudhu gak boleh sholat." Jelas Mora dengan lembut.
Manik Mora mengode nya agar ia melaksanakan apa yang Mora suruh. Farez menyalakan keran air, manik nya tidak berhenti untuk melirik Mora yang berada di luar kamar mandi.
"Gimana cara nya gue lupa," Farez akhirnya menyerah untuk mencoba-coba. Farez memasang muka melas pasa gadis yang berjalan menghampiri nya.
Awal nya Farez enggan untuk Sholat, namun mengingat Mora yang sudah memiliki tanggung jawab atas dirinya dan mereka berdua bukanlah orang asing lagi, jadi Farez memilih untuk kembali 'belajar' melaksanakan apa yang sudah lama ia tinggali.
"Gak papa aku ajarin kok," Mora menggulung lengan kaos nya hingga kesiku menampakkan kulit putih mulus nya yang belum pernah Farez lihat.
Selanjutnya Mora menggulung celana nya hingga batas betis yang memperlihatkan betis putih nya yang membuat Farez mengerjap tiga kali.
Bukan hal yang biasa melihat betis perempuan baginya, mengingat teman sekolah nya selalu menggunakan rok diatas betis yang otomatis memperlihatkan betis mereka.
Berbeda jika cewek modelan Mora yang memperlihatkan betisnya, karna gadis-nya itu yang selalu menutupi, jadi begitu sekarang terlihat memberikan kesan yang berbeda untuk manik mata Farez.
Mora yang tidak konek bahwa Farez menatap sedari tadi hanya tak acuh dan terus memberikan instruksi.
"Pertama kamu harus kumur-kumur, terus buang ke kiri," ucap Mora sembari mencontohkan.
Dengan teliti Farez memperhatikan pergerakan gadis disebelahnya. Mulai dari membasuh muka, lengan sampai siku, membasuh rambut, telinga dan terakhir.
"Dari sini sampe lutut," Mora mencontohkan membasuh kaki nya dari mata kaki hingga batas lutut dibawah guyuran air keran.
"Jari-jari kaki lo juga," kini gadis itu membersihkan sela-sela jari kaki nya, membersihkan setiap kotoran yang menempel disana.
"Kamu harus inget, tangan sama kaki itu sama. Dari kanan dulu baru kiri," Mora menjelaskan dengan lembut berharap Farez mengerti.
"Semua nya tiga kali ya," ucap Mora kembali mengingatkan.
Seperti anak ayam yang mengikuti induknya, Farez hanya mengangguk mendengar ucapan gadis itu.
Memori otak nya sudah merekam jelas gerakan wudhu tadi yang baru Mora contohkan. Dirinya merasa senang sekaligus bangga dengan dirinya sendiri karena akan kembali melakukan sholat.
Ketika selesai dengan prakteknya, Mora membaca doa setelah wudhu yang diikuti oleh Farez. Mereka mengulang hingga lima kali, dan Farez sudah hafal sekarang.
"Sekarang kamu wudhu, jangan ngomong kalau wudhu nanti batal. Aku liatin dari luar," Mora tersenyum kearah Farez lalu menepuk pundak Farez memberi semangat kepada cowok itu.
Dalam diam Farez mulai melakukan apa yang ia lihat tadi, walau pelan ia tidak melakukan kesalahan dalam wudhunya. Hal itu membuat senyum Mora mengembang, senang karna berhasil dalam pekerjaannya.
Mora dapat merasakan bahwa dengan pernikahan mereka Mora bisa belajar membangun pribadi yang baik bersama. Mora berharap keputusan nya untuk menikah dengan Farez bukanlah sebuah kesalahan.
***
"Ini apaan?"
Farez membolak-balikan buku yang ada dihadapannya. Maniknya menatap intens buku yang diberikan oleh Mora itu.
"Buku bacaan sholat." Jawab Mora santai sembari mengunyah rotinya.
"Maksudnya?" ucapnya tak paham.
Dengan gemas Mora membuka lembaran buku itu menunjukkan pada Farez bahwa bacaan itu wajib dibaca ketika sholat.
"Tadi bacaan kamu kan masih didikte sama aku, untung itu sholat subuh cuma dua rakaat. Coba kalau Dhuhur, Ashar, Isya, itu empat rakaat. Cuma Maghrib yang tiga," jelas Mora dengan sabar. Sedangkan Farez hanya mengangguk pelan.
"Itu gue tau."
"Bagus kalau gitu," ucap Mora senang. Ia kembali melanjutkan memakan sarapannya.
"Maksud gue bacaan nya," ucap Farez memperjelas ucapannya.
Mora mengangguk mengerti. "Didalam buku itu ada panduan sholat, niat dan bacaan sholatnya. Jadi kamu harus bisa hafalin semua isi didalam buku itu dari sholat subuh sampe sholat isya," jelas Mora.
Farez tersenyum senang mendengarnya, saking senangnya ingin rasanya ia kubur buku itu.
"Hafalin?" beo Farez galau.
Anggukan mantap ia perlihatkan pada Farez, bibir nya tak kuasa menahan senyum melihat muka melas Farez.
Maniknya kini kembali jatuh pada buku ditangannya yang berjudul 'Tuntunan Sholat Lengkap' akan menjadi pembelajaran awal baginya.
Tadi pagi ia berhasil melakukan wudhu serta doa nya, dan kali ini ia yakin akan bisa menghafalkan semua bacaan sholat itu.
***
haiii, kalo suka sama cerita ini jgn lupa kasih feedback nya yaaa, jgn lupa voteee okeee biar aku makin semangat nulis nyaaa 🤩🤩🤩
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments