Mencari Aisyah

Bibi dan suster Laras merasa sangat bahagia bisa mendengar suara majikan mereka. "Pak, Saka tolong ucapkan sepatah kata lagi, Pak," pinta suster Laras untuk memastikan apakah pasien yang selama ini dirawatnya sudah sembuh dan mampu mengeluarkan suaranya.

"Iya Bi saya baik-baik saja, Suster Laras terima kasih sudah menjaga saya selama ini. Terima kasih sudah menjaga Putra saya," ucap Saka melihat keduanya dengan senyum bahagianya, bukan hanya bibi dan suster Laras yang merasa senang, Saka sendiri merasa senang. Sedikit demi sedikit ia sudah bisa kembali seperti dulu lagi, sekarang tinggal memulihkan kakinya yang masih belum bisa digerakkannya.

"Bibi akan panggil Ibu," ucap bibi berdiri Ingin memanggil Berlian. Namun, Saka langsung menghentikannya.

"Tunggu, Bi. Aku ingin bertanya beberapa hal tentang Aisyah," ucap Saka melihat kearah bibi dan suster Laras bergantian.

Mendengar nama Aisyah keluar dari mulut Saka, bibi pun kembali duduk.

"Aku sudah tahu, jika selama ini terjadi ketidakadilan dirumah ini untuk Aisyah. Walau aku tak melihat kalian, tapi aku bisa mendengarkan kalian semua, mendengar apa yang terjadi di sekitarku termasuk pelecehan yang dialami Aisyah. Aku tahu jika Raja diasuh dan disusui oleh wanita yang bernama Aisyah itu."

"Iya, Den. namanya Aisyah. Dia gadis yang sangat baik, lembut dan sangat menyayangi Raja," ucap Bibi yang berkaca-kaca. Ia masih tak terima dengan tuduhan yang diberikan oleh majikannya kepada Aisyah. Bibi sangat khawatir pada keadaan Aisyah saat ini, mengingat Aisyah sudah tak memiliki siapapun di luar sana.

"Apa Bibi tahu di mana Aisyah sekarang?" Aku tahu dia tak salah dalam hal ini, Ibu hanya salah paham mengenainya dan yang bersalah adalah Cakra.  Aku tahu jika Cakra mengatakan semua hal bohong pada ibu," ucap Saka, padahal Ia tahu percakapan terakhir Ibunya dan Cakra, dimana ibunya mengaku jika ia percaya  Aisyah tak bersalah dalam hal itu. Namun, Ia tetap saja mengusirnya dari rumah.

"Bibi juga tidak tahu, Den. Aisyah hanya mengatakan jika ia ingin kembali ke kampung mertuanya. Bibi juga tidak tahu pasti kemana wanita malang itu," jawab bibi dengan ekspresi yang sedih melihat ke arah Raja yang begitu polos dan belum mengerti apa-apa, mengingat bagaimana Raja sangat dekat dengan Nannynya.

"Aisyah Pasti sangat merindukan Raja. Ia sudah menganggap Raja seperti anaknya sendiri," ucap Laras membuat Saka pun mengusap rambut putranya.

"Bi bisa tolong ambil laptopku!" Mendengar itu membuat Bibi pun langsung berjalan cepat masuk ke kamar majikannya itu, mengambil laptop sesuai dengan apa yang diminta oleh Saka. Setelah mendapatkan laptop yang dicarinya Bibi kembali ke taman dan menghampiri Saka bersama dengan Suster Laras membawa laptop di tangannya. Melihat Bibi datang Saka meminta suster Laras untuk mengambil Raja dari pangkuannya, ia ingin mencari tau sesuatu.

"Ini Den. Laptop nya."

"Makasih ya, Bi!"

Saka pun mulai berselancar di laptopnya, Ia mengakses rekaman CCTV yang ada di rumahnya. Ia ingin mencari tahu seperti apa Wajah Aisyah sebenarnya. Begitu ia mendapatkannya ia melihat bagaimana Aisyah di rumah itu kemudian Ia mendapat gambar yang menunjukkan wajah Aisyah dengan jelas.  Saka menghentikan videonya dan memperbesar gambar Aisyah. Saka pun mengambil gambar tersebut dan mengirimnya kepada seseorang untuk segera mencarinya.

"Bibi, apa Bibi tak tahu kira-kira di mana dia berada?" ucapkan melihat ke arah Bibi. Namun, bibi menggeleng. Bibi dan suster Laras tak tau apa-apa.

Saka menghela nafas, mereka sama sekali tak memiliki petunjuk apapun tentang keberadaan Aisyah.

"Aku akan coba meminta bantuan seseorang untuk mencari." ucap Saka membuat bibi mengangguk setuju begitu pun dengan Suster Laras, "Kalian jangan beritahu ibu jika aku mencari Aisyah."

"Tentu saja, jawab Bibi dan suster Laras bersamaan. mereka sangat bahagia mendengar jika saka akan berusaha untuk membawa Aisyah kembali.

"Dimanapun Aisyah sekarang semoga saja dia dalam keadaan baik-baik saja dan kita masih bisa menemukannya."

"Amin," ucap bibi dan suster Laras kembali mengucapkannya secara bersamaan.

***

Sementara itu Aisyah yang sedang sibuk di warung Bibi tersentak kaget saat seseorang menghampirinya dan langsung menamparnya.

"Dasar ya Kamu gadis murahan, berani-beraninya kamu menggoda suamiku. Kamu hanya bersembunyi di balik kerudung ini kan." Ibu itu mencoba melepaskan hijab panjang Aisyah. Namun, Aisyah dengan sekuat tenaga menahan agar hijabnya tak terbuka.

 Semua yang ada disana melihat pada mereka, bahkan ada yang mengabadikannya dan ada juga yang melakukan siaran langsung melalui ponselnya.

"Dasar kamu wanita penggoda. Tak punya malu," ucap wanita tersebut kembali ingin menampar Aisyah. Namun, Bu Sri langsung menghentikan tangan wanita tersebut.

"Ada apa ini, Bu.  Kenapa Ibu menampar karyawan saya? Apa salahnya?" tanya Bu Sri maju dan membawa Aisyah ke belakangnya.

"Karyawan kamu ini mencoba merayu suami saya, Saya tak mau jika suami saya terus mengeluarkan uang yang banyak untuk diberikan kepada wanita ini. Kamu pasang tarif berapa? Ha? untuk bermain denganmu," ucapnya sekali lagi menatap Aisyah dan ingin menarik hijabnya. Namun, Aisyah dengan cepat menggeleng membantah tuduhan keji itu dan memundurkan langkahnya berlindung di belakang Ibu Sri.

"Jaga ya mulut kamu. Aisyah tak mungkin melakukan semua itu. Jika pun suamimu selalu datang ke sini dan menghabiskan uangnya, itu tak ada sangkut pautnya dengan Aisyah, ini adalah warung, siapa saja bisa datang kesini untuk makan dan kami tak pernah melarang orang yang datang ke sini untuk membeli makanan."

"Iya Bu Sri kamu menjual makanan, tapi karyawanmu itu menjual dirinya 'kan? Ngaku aja kamu Aisyah!"

 Perdebatan terus terjadi, tak ada yang ikut campur akan masalah mereka. Ibu Sri terus melindungi Aisyah.

Tak lama kemudian suaminya datang dan mencoba membawa pulang istrinya itu yang membuatnya malu dengan melakukan semua itu di depan orang banyak yang sedang menikmati makan siang mereka di warung Ibu Sri.

Mereka terus berdebat di mana istrinya tak mau pulang dan terus melontarkan tuduhan keji pada Aisyah. 

Suaminya terus menariknya dan mengatakan jika ia salah paham. Mereka terus saling berdekatan hingga mereka pun menjauhi warung Bibi.

"Aisyah kamu tak apa-apa kan?" tanya ibu Sri melihat Aisyah yang kini menitihkan air mata sambil memegang pipinya yang terasa panas, wanita tadi benar-benar memukulnya dengan kekuatannya.

"Bu Sri, percaya padaku. Aku tak pernah melakukan semua itu, semua yang diucapkannya fitnah. Aku hanya membantu Ibu disini, aku tak pernah melakukan hal yang sehina itu," ucapnya yang tak ingin jika ibu Sri salah paham dan percaya pada orang tadi.

"Tentu saja, Aisyah. Tentu saja Ibu akan percaya 100% kepadamu. Walau ibu baru mengenalmu, tapi ibu yakin kamu takkan mungkin melakukannya. Lagian selama ini kan kamu selalu di rumah. Orang itu saja yang terlalu sensitif. Mungkin suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan menuduhmu karena suaminya sering datang ke sini untuk makan, padahal kan semua juga sering datang ke sini."

"Terima kasih, Ibu. Ibu mau percaya padaku." Aisyah hanya bisa menghapus air matanya dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Mendapat kepercayaan dari Ibu Sri itu sudah cukup untuknya.

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝘴𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘈𝘪𝘴𝘺𝘢𝘩

2023-04-21

0

Nurdiana Tjotjona

Nurdiana Tjotjona

sabaar Aisyah...semangaat thor

2023-03-06

1

Alw@lah

Alw@lah

Ceritanya seperti nyata

2022-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!