Tempat Baru Aisyah

Aisyah yang sudah sampai di stasiun kereta duduk menunggu kereta yang akan membawanya ke kampung halaman suaminya. Suaminya masih memiliki Ibu dan juga adik perempuan remaja, mereka sama baiknya dengan suaminya. Aisyah berharap setelah apa yang menimpanya dan suaminya, keluarga dari suaminya itu masih mau memberinya tumpangan. Aisyah tak punya tujuan lain selain untuk kembali ke sana saat ini, ia sudah tak percaya lagi pada orang-orang yang ada di kota ini. Majikannya saja yang dianggapnya sangat baik ternyata tak sebaik yang dikiranya.

Selama bekerja Aisyah tak pernah membelanjakan uang gajinya, membuat Aisyah memiliki banyak pegangan untuk saat ini, belum lagi tadi berlian memberinya untuk 2 bulan gaji ke depan.

Saat kereta api datang, Aisyah dan penumpang lainnya pun mulai naik ke atas kereta. Namun, saat Aisyah ingin melangkah ia menghentikan langkahnya. Ada rasa ragu di hatinya untuk menumpang di rumah keluarga suaminya, mereka juga dalam kesusahan perekonomian, saat suaminya meninggal saja mereka tak bisa datang karena terkendala biaya.

Sebaik apapun mereka, tetap saja posisinya saat ini tak seperti dulu saat suaminya masih hidup dan juga anak-anaknya.

"Hay, Nak! Bagaimana? Apa kamu mau naik?" tegur salah satu penumpang yang melihat Aisyah tak kunjung naik saat kereta sebentar lagi akan berangkat.

"Nggak, Bu. Nggak jadi," ucap Aisyah kembali memundurkan langkahnya.

"Lebih baik aku mencoba hidup di kota ini, jika kembali ke desa aku juga hanya akan merepotkan mereka," gumamnya, Aisyah berjalan keluar dari stasiun kereta api tersebut, ia tak tahu ingin kemana. Hari sudah semakin malam Aisyah berhenti di salah satu warung makan yang cukup sederhana, ia memegang perutnya, karena terlalu banyak berpikir ia jadi lupa untuk mengisi perutnya. Aisyah pun masuk dan memesan makanan. 

Warungnya sederhana, tapi begitu banyak pengunjung yang datang, membuat pemilik warung makan tersebut menjadi kerepotan, terlebih lagi ia hanya seorang diri.

"Permisi, Bu. Sepertinya Ibu kerepotan biar saya bantu," ucap Aisyah menawarkan diri mengantar pesanan. Awalnya Ibu Sri menolak. Namun, karena memang warungnya begitu ramai khususnya malam ini membuat dia membiarkan Aisyah ikut membantu melayani tamu-tamu lainnya.

Begitu tamunya sudah sedikit berkurang Aisyah pun mulai memesan makanannya dan mulai makan. Ibu Sri menghampirinya.

"Terima kasih ya, Nak atas bantuannya, ini buatmu," ucap Bu Sri menyodorkan uang berwarna merah Kedepan Aisyah.

"Ini apa, Bu?" 

"Karena kamu sudah membantu ibu tadi melayani pelanggan."

"Nggak usah, Bu. Aku ikhlas." Bu Aisyah memberikan kembali uang tersebut.

Bu Sri kembali memberikannya. Namun, Aisyah terus menolak.

"Ya udah kalau begitu, makanan ini nggak usah dibayar ya. Anggap saja ini ucapan terima kasih Ibu atas bantuanmu," ucap Ibu Sri membuat Aisyah pun setuju.

Berhubung pelanggan sudah mulai sepi karena hari juga sudah mulai malam Ibu Sri duduk menemani Aisyah. Ia juga mengambil makanan untuknya dan mereka berbincang sambil  makan makanan mereka masing-masing.

Ibu Sri melihat  tas yang dibawa oleh Aisyah.

"Kamu dari stasiun kereta api baru akan pergi atau baru turun dari kereta?" tanya Bu Sri. 

"Tadinya Aku ingin ke kampung mertua ku, Bu. Tapi, aku pikir jika  ke kampung aku hanya akan merepotkan mertua dan adik ipar ku, lebih baik mencoba mencari pekerjaan di sini. Ini rencananya aku ingin mencari tempat tinggal, apa Ibu bisa merekomendasikan  tempat yang sederhana saja yang penting bisa di tempati."  

"Suami kamu mana?" tanya ibu Sri yang mendengar tadi jika ia ingin pulang ke rumah mertuanya.

"Suamiku meninggal 3 bulan yang lalu, Bu! Begitu juga dengan anakku, sekarang aku cuman sendiri dan tak tahu harus kemana. Aku baru saja dipecat dari pekerjaanku  sebagai pengasuh," jelas Aisyah.

Mendengar itu hati Ibu Sri jadi terenyuh, Ibu Sri seorang janda yang juga tak memiliki anak. Kisahnya tak jauh berbeda dengan Aisyah, anaknya juga sudah meninggal dan berpisah dengan suaminya, bedanya suaminya menceraikannya karena anaknya meninggal. Berbeda dengan Aisyah yang suaminya meninggal bersama dengan anaknya.

"Apa kamu mau tinggal di sini bersama ibu?" tanya Bu Sri menunjuk rumah yang ada di samping warung makannya, rumah yang sederhana. Namun, itu cukup untuk mereka berdua.

"Ibu mau memberiku tumpangan?" tanya berbinar, Aisyah merasa sangat senang mendengarnya.

"Tentu saja. Ibu tak punya siapa-siapa, Ibu hanya tinggal seorang diri. Ibu sangat senang jika kamu mau tinggal bersama Ibu, apalagi jika kamu mau bantu-bantu Ibu di sini. Nanti kita bisa bicarakan masalah gajimu."

"Alhamdulillah ya Allah, terima kasih atas rezekimu," ucap Aisyah yang tak menduga jika masih ada orang baik yang mau menolongnya, dia pun langsung memeluk Ibu Sri. Air mata Aisyah, air matanya kembali tumpah. Namun, kali ini adalah Air Mata kebahagiaan.

"Sudah jangan menangis, habiskan makananmu setelah itu bantu Ibu menutup warung dan kita pulang." Aisyah pun mengangguk. Mereka kemudian membereskan warung sambil menunggu beberapa orang yang masih makan. Setelah semuanya sudah selesai, mereka pun menutup warung, Ibu Sri membantu Aisyah membawa salah satu tasnya dan mereka menuju ke rumah yang ada di sebelah warung tersebut.

"Maaf ya, rumah Ibu sangat sederhana," ucap Bu Sri membuka kunci pintu rumahnya dan mempersilahkan Aisyah untuk masuk. Walaupun rumah Ibu Sri sangat sederhana. Namun, begitu rapi dan bersih terlebih lagi ada dua kamar di dalam rumah itu.

"Kamu boleh tidur di sini, ini dulu kamar anak ibu, tapi sudah sangat lama nggak ditempati nanti kita ganti dulu spreinya dan membersihkannya," ucap Ibu Sri kemudian Ia pun masuk ke dalam  untuk mengambil sprei baru dan juga bantal serta beberapa keperluan lain untuk di kamar Aisyah.

 Aisyah pun masuk ke dalam kamar tersebut dan mulai membersihkannya dibantu oleh Bu Sri. Hanya beberapa menit kamar itu sudah rapi dan bersih, sudah sangat siap untuk ditempati, ukurannya hanya tiga kali tiga meter membuat mereka bisa dengan cepat membersihkannya.

"Ini sudah malam, istirahatlah. Ibu juga ingin istirahat," ucap Ibu Sri mengusap punggung Aisyah kemudian Ia pun berjalan keluar dan menuju ke kamarnya untuk beristirahat.

Aisyah merasa bersyukur ia kembali dipertemukan dengan orang yang baik. Aisyah pun mulai menata pakaiannya di lemari. Ia melihat satu sepatu Raja yang ikut di tasnya. Ia pun memeluk erat sepatu Raja, seolah yang dipeluknya adalah Raja.  Dadanya juga terasa sakit, "Raja pasti lapar," lirih

nya.

Aisya yang lelah memutuskan untuk tidur, dia harus mulai bekerja membantu ibu Sri besok di warung, ia harus bisa bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Aisyah tidur dengan memeluk Sepatu Raja.

***

Sementara itu di kediaman Saka.

Ibu berlian, suster Laras dan juga bibi bergantian mencoba membujuk Raja untuk meminum susu dari botol. Namun, Raja terus menolak. Ia terus menangis sedari tadi, bahkan Raja tak pernah meminum susu sejak siang tadi membuat mereka semua menjadi khawatir.

Berlian mendengar suaminya yang terbatuk di kamar, ia pun memberikan Raja kepada  suster Laras.

"Aku lihat Bapak dulu," ucapnya kemudian Ia pun masuk ke kamar melihat suaminya ya g belum sembuh sepenuhnya.

Kini Raja digendong oleh suster Laras, Ia pun langsung membawa Raja ke kamar Saka.

"Kenapa Raja dibawa ke sini ?" tanya Bibi yang ikut di belakang suster Laras.

"Raja pasti merindukan Aisyah, mungkin dengan mendekatkannya pada Saka dia bisa menjadi lebih tenang," ujarnya menidurkan Raja di samping ayahnya. Suster Laras juga memberikan tangan Raja ke telapak tangan Saka dan  benar saja. Raja  perlahan diam saat Saka menggenggam tangannya. 

Hari yang sudah larut membuat Raja pun perlahan memelankan suara Isak tangisnya, menutup matanya dan tertidur walau sesekali ia masih sesenggukan.

Melihat itu dengan perlahan suster Laras mendekatkan ke mulut Raja botol susunya dan bayi itu pun mulai menghisap susunya sambil menutup matanya.

Setelah Raja menghabiskan susunya, Laras dan bibi bernapas lega.

Namun, Keduanya sangat terkejut saat melihat ke arah Saka. Ternyata Saka membuka matanya dan melihat ke arah Raja yang tidur memeluk tangannya.

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝘴𝘺𝘶𝘬𝘶𝘳𝘭𝘢𝘩 𝘚𝘢𝘬𝘢 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳

2023-04-21

0

Nurdiana Tjotjona

Nurdiana Tjotjona

alhamdulillah Saka sadar...lanjuut thor

2023-03-06

1

RATNA RACHMAN

RATNA RACHMAN

akhirnya saja saja sadar

2022-10-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!