Aisyah yang baru saja selesai melaksanakan salat merasa haus, Ia pun ke dapur berniat untuk mengambil segelas air putih untuk menyegarkan dahaganya.
"Bibi, Bibi ada di sini? Lalu Siapa yang menjaga Raja?" tanya Aisyah yang baru saja membuka kulkas dan memegang botol air mineral.
"Astaghfirullahaladzim, Bibi lupa," ucap Bibi memegang kepalanya dengan mimik wajah terkejut. Aisyah yang mendengar apa yang Bibi katakan langsung berlari, dia bahkan tak sempat untuk meminum minuman yang sudah dipegangnya, yang ada di pikirannya saat ini hanyalah Raja, apa yang terjadi pada Raja.
Begitu Aisyah membuka pintu, suara tangis Raja begitu nyaring di telinganya, ia langsung berlari dan menggendong anak itu, Raja maafkan Nanny ya, yang sudah membuatmu ketakutan dengan meninggalkanmu sendiri," ucap Aisyah yang penuh rasa bersalah. Ia menimbang-nimbang bayi itu, melihat wajah yang dipenuhi air mata dengan pipi yang sudah memerah.
Raja yang melihat Aisyah bersamaan dan merasakan pelukan Aisyah, menghentikan tangisannya. Walau sudah tak terdengar lagi suara tangisannya. Namun, sesegukan bayi tampan itu masih membuat hati Aisyah terasa teriris dan merasa bersalah.
"Maafkan Nanny ya, Nak." Aisyah terus minta maaf sambil memberinya Asi, mengusap air mata Raja yang sesekali masih menetes dibarengi sesegukan sambil mengisap ASI-nya.
"Ini semua salah Bibi, seharusnya tadi Bibi langsung kesini tak melanjutkan cucian piring di dapur," ucap bibi yang merasa bersalah.
"Nggak apa-apa, Bi. Ini salah kita berdua, kita jadikan pelajaran saja agar kedepannya kita lebih hati-hati dalam merawat Raja, untunglah Raja tak apa-apa Ia hanya menangis mungkin karena hanya merasa kesepian dan tak melihatku di kamar ini," ucap Aisyah melihat bibi dengan tersenyum dia bisa melihat Bibi yang begitu khawatir Karena semua itu terjadi karena kesalahannya.
"Kalau begitu Bibi kembali ke dapur ya, jika butuh bantuan, panggilan Bibi saja."
"Iya, Bi. Tentu saja. Bibi istirahat saja dulu Raja dan ayahnya biar saya yang jaga, sepertinya Ayah Raja juga sudah baik-baik saja," ucap Aisyah memegang kening Saka, memeriksa suhu tubuhnya yang sudah normal.
Bibi pun berjalan keluar. Namun, menghentikan langkahnya saat mendengar panggilan Aisyah begitu Bibi akan membukan pintu.
"Ada apa?" tanya Bibi berbalik menatap Aisyah.
"Maaf, Bi. Aku sangat haus, bisakah Bibi memberikanku segelas air. Tadi aku belum sempat minum dan langsung berlari."
"Iya sebentar, Bibi ambilkan dulu," ucap bibi dan bergegas turun ke bawah, tadi bibi juga melihat jika Aisyah ingin minum dan meletakkan kembali minumannya di meja makan. Bibi mengambil sebotol air dan juga gelas tak lupa Bibi membawa beberapa buah yang sudah dipotong. Bibi mengerti jika Aisyah saat ini sedang menyusui, pasti akan sering merasakan lapar dan sudah pasti Aisyah banyak membutuhkan vitamin dari nutrisi agar asinya lancar.
"Ini air dan buah, jika masih butuh sesuatu Panggil Bibi saja ya. Jangan sungkan, anggap saja Bibi ini adalah ibumu," ucapnya meletakkan air dan potongan buah itu di atas nakas yang ada di samping Aisyah yang masih menyusui Raja.
"Iya Bi, terima kasih atas semuanya."
Bibi pun keluar dari kamar dan melanjutkan pekerjaannya di dapur sebelum beristirahat.
Aisyah yang melihat Raja sudah tertidur kembali menidurkannya di samping ayahnya, tak lupa ia memberi bantal di satu sisinya karena ada lengan Ayahnya di sisi lainnya. Aisyah menyelimuti mereka berdua mengecup kening Raja dan mengucapkan selamat tidur.
Aisyah mematikan lampu di kamar itu dan hanya menyisakan satu lampu tidur, ia berjalan menuju ke sofa. Malam ini Aisyah akan tidur di sofa dan membiarkan Raja tidur bersama Ayahnya.
Raja menggeliat, meresa gelisah. Anak itu bergerak seolah ia mencari Aisyah. Namun, ia langsung tenang saat tangan Saka bergerak dan menggenggam tangan mungilnya yang tepat berada di telapak tangan Saka. Bayi itu pun kembali tertidur pulas setelah merasakan genggaman Ayahnya.
****
Pagi hari Aisyah terbangun dan begitu menyibak selimut ia bisa melihat jika tangan Raja digenggam oleh Saka, ia bahkan yang melepaskan genggaman itu.
"Apakah dia sudah sadar?" gumam Aisyah bertanya-tanya. Aisyah melambai-lambaikan tangan di depan wajah Saka. Namun, tak ada pergerakan. Ia kemudian menggoyang-goyangkan lengan Saka, berharap Saka saat ini hanya sedang tidur dan akan terbangun saat merasakan sentuhannya. Namun, sama saja tak ada pergerakan dari majikannya itu.
"Tapi, tadi dia menggenggam tangan Raja, apa semalam dia terbangun ya," Aisyah memiringkan kepalanya memperhatikan Saka, ia kembali meletakkan tangan Raja di telapak tangan ayahnya. Kali ini tangan Saka juga tak bergerak sedikitpun. Aisyah bahkan menekankan jarinya agar jarinya itu menggenggam tangan Raja yang ada di telapak tangannya. Namun, tetap saja tak ada tekanan yang diberikan Saka..
"Mungkin memang hanya kebetulan," gumamnya membawa Raja kegendongannya.
Aisyah menyusui Raja di balkon kamar Saka, menikmati matahari pagi. Membiarkan hangat matahari pagi menghangatkan bayi dalam pangkuannya itu.
Aisyah melihat mobil yang masuk ke pekarangan rumah dan ia tau jika itu bukanlah mobil majikannya.
Aisyah terus memperhatikan mobil itu hingga berhenti tepat di depan pintu utama dan Aisyah bisa melihat jika itu adalah Cakra. Pria yang kemarin datang, Cakra melihat ke arah dimana Aisyah duduk, membuat Aisyah hanya mengangguk pelan menjawab lambaian tangan Cakra.
"Raja, kita lanjutkan di kamar saja, ya! Sepertinya ayahmu ada tamu," ucap Aisyah melepaskan asinya.
Saat akan keluar, ia berpapasan dengan Cakra yang ingin masuk.
Aisyah ingin keluar. Namun, Cakra langsung menutup pintunya dan mengambil kuncinya.
Aisyah terkejut dengan apa yang dilakukan oleh pria yang ada di depannya itu, ia bisa melihat tatapan Cakra padanya yang terlihat tak biasa.
"Maaf, Pak. Saya ingin keluar saya ingin membawa Raja ke kamarnya. Ini sudah waktunya dia mandi," ucap Aisyah yang memundurkan langkahnya saat Cakra terus berjalan ke arahnya.
"Cantik, sangat Cantik. Namamu Aisyah 'kan? Mulai sekarang panggil aku dengan panggilan Cakra saja, tak usah panggil aku bapak itu membuat jarak di antara kita terasa sangat jauh," ucap Cakra mengulurkan tangannya ingin menyentuh pipi Aisyah. Namun, Aisyah langsung menepis tangan pria yang tak lain adalah sepupu dari Saka.
Tak bisa Cakra pungkiri jika wajah ibu susu dari ponakannya itu sungguh sangat cantik.
"Maaf, saya tidak bermaksud kurang ajar pada Anda, Pak. Tapi, tolong berikan kuncinya! Saya ingin keluar!"
"Kamu ingin kunci ini?" ucapnya memperlihatkan kunci di tangannya. Aisyah ingin mengambilnya. Namun, Cakra langsung menjauhkannya, "Berikan aku satu ciuman," ucapnya tertawa kecil.
Aisyah hanya menatap tajam pria kurang ajar di hadapannya dan terus mundur hingga kakinya terbentuk ranjang dimana Saka terbaring.
Mata Cakra tertuju pada dada Aisyah yang basa, ia menelan salivanya, melihat itu Aisyah langsung menutup dadanya dengan hijabnya.
"Kamu jangan jual mahal, aku bisa memberi berapapun yang kau mau," ucap Cakra mengambil Raja dari gendongan Aisyah secara paksa dan meletakkannya di samping Saka.
Cakra menarik Aisyah dan mencoba kurang ajar padanya, Aisyah menjerit memanggil bibi. Namun, desain kamar itu tak mengizinkan suara Aisyah didengar oleh Bibi, tetapi mereka bisa mendengar suara dari luar.
Raja ikut menangis mendengar keributan di kamar itu, dimana Aisyah terus berontak dan menjerit menyelamatkan diri dari cengkeraman Cakra yang dikuasai nafsunya.
♥️
M Anha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Nurdiana Tjotjona
oohh ternyata si Cakra...lanjuut
2023-03-06
1
RATNA RACHMAN
Cakra koq jahat sih...
2022-10-28
1
n4th4n14e4
duh
2022-10-26
0