Keputusan Aisyah

Perawat yang ditugaskan untuk merawat Saka kini tinggal bersama dengan mereka, usianya sekitar 40 tahun, perawat senior yang bekerja di rumah sakit dan memutuskan untuk merawat Saka, suster Laras.

Laras menghampiri Aisyah yang sedang bermain bersama dengan Raja di kamarnya.

"Permisi, apa aku mengganggu?" sahut Laras yang membuka pintu setelah mengetuknya.

"Enggak kok, Suster. Silakan masuk," ucap Aisyah ramah.

"Halo, Raja." Suster menghampiri Raja yang ada di pangkuan Aisyah.

"Maaf jika saya mengganggu, kamu sebaiknya mengajak Raja bermain bersama di dekat ayahnya, itu salah satu terapi yang bisa membuat dia untuk cepat sadar, itu akan merangsang keinginannya untuk segera sadar," jelas Suster Laras mengecup punggung tangan bayi gembul itu.

Aisyah berpikir sejenak, itu memang benar pasti kehadiran Raja sangat berpengaruh untuk ayahnya. Namun, ia takut bagaimana jika Cakra kembali mencoba melecehkannya.

"Boleh aku menggendongnya, aku juga memiliki cucu yang seusia dengan Raja, tapi dia tinggal bersama dengan suaminya diluar kota," ucap Laras membuat Aisyah mengangguk dan suster pun langsung menggendong Raja.

"Ayo kita ke kamar sebelah, aku takut jika Ibu Berlian melihatku tak di sana. Aku merasa kesepian, kalian mau kan  menemaniku," ucapnya membuat Aisyah menerima ajakan suster, ia berpikir selama ada suster Laras walaupun Cakra datang dia tak akan macam-macam dengannya.

Mereka pun menghabiskan hari bermain di kamar itu, tepatnya duduk di samping Saka yang masih berbaring, bahkan mereka membiarkan saat bayi itu terus saja menyentuh tangan Saka dan mereka bisa melihat jika Saka menggenggam tangan putranya.

Hari-hari pun berlalu, suster Laras dan Aisyah terus berada di kamar saka dan  saling bercengkrama bersama dan mereka bisa melihat semakin hari perkembangan Saka semakin terlihat, walau hanya bisa menggenggam tangan putranya. Namun, itu sudah suatu perkembangan yang bagus.

Hari ini Aisyah dan juga Raja kembali bermain di kamar Saka. Namun, Suster Laras ingin membeli sesuatu.

"Aisyah, aku Titip Saka dulu ya, aku nggak lama kok aku lihat di depan tadi ada yang jual rujak, aku beli dulu ya, kita makan Rujak," ucap Suster Laras membuat Aisyah pun mengangguk dan mereka melanjutkan permainannya.

Tak lama kemudian Aisyah mendengar suara langkah yang masuk.

Aisyah berbalik, Ia berpikir jika itu adalah suster Laras yang membawa rujak. Namun, ia sangat terkejut saat melihat jika itu adalah Cakra yang menyunggingkan senyumannya melihat kearahnya, Cakra bahkan mengunci pintunya.

"Di mana suster Laras?" tanyanya Aisyah berjalan mundur mencoba mencari sesuatu untuk melindungi dirinya.

"Suster Laras? ke mana ya dia? Oh iya, aku tadi memintanya untuk membeli sesuatu yang sedikit jauh dari sini," ucapnya tertawa dan terus berjalan  maju.

Aisyah mengambil lampu tidur, menjadikan lampu itu sebagai pelindungnya. 

"Jangan mendekat, aku akan melemparmu," ucapnya. Namun, gertakan itu tak berpengaruh untuk Cakra, ia terus maju hingga Aisyah benar-benar melemparkan lampu tidur itu.  Cakra berhasil menghindar, Aisyah melempar semua barang-barang yang ada di dekatnya agar menghentikan langkah Cakra. Namun, ia gagal. Langkah Cakra semakin mendekatinya, bahkan ia saat ini sudah berada di depannya. 

Aisyah memekik saat Cakra menariknya dan melemparnya ke sofa. Cakra kembali mencoba melecehkannya di sana. Aisyah terus menjerit, sekuat apapun ia melawan, kekuatan yang dikeluarkannya tak sebanding dengan kekuatan Cakra.  Cakra lebih kuat darinya. Aisyah menjerit, menangis, memanggil suster Laras, memanggil Berlian, memanggil Bibi, memanggil Siapa saja yang bisa  menolongnya dan terakhir ia memanggil nama Saka.

Saka yang mendengar  semua itu kembali mengepalkan tangannya. Namun, tubuhnya tak bergerak, hanya telapak tangannya yang terus saja bergerak mencoba untuk bangun. Matanya, mulutnya,  semua tak ada pergerakan sama sekali.

Berlian yang baru saja datang melihat mobil Cakra dan Suster Laras berjalan dari arah luar, "Suster, Kamu dari mana?" tanyanya.

"Ini, Bu. Pak Cakra memintaku membeli ini," jawab Laras memperlihatkan apa yang dibawanya.

"Siapa yang menjaga Saka?"

"Aku meminta Aisyah untuk menjaganya," jawab Suster Laras.

Berlian yang merasakan ada yang janggal dengan cepat berlari masuk, ia mencoba membuka pintu kamar Saka. Namun, pintunya terkunci. Ia pun menggedor-gedor pintunya.

"Cakra, buka pintunya!" teriak Berlian. Namun, pintu itu enggan terbuka. Berlian meminta Bibi untuk mengambil kunci cadangan dan begitu pintu terbuka,  dengan liciknya Cakra membalikkan keadaan seolah Aisyah lah yang berusaha untuk merayunya. Ia mengubah posisi mereka dan berpura-pura menepiskan tangan Aisyah darinya.

"Tante, mengapa Tante masih mempekerjakannya wanita murahan ini? Aisyah kembali mencoba merayuku, Tante," ucap Cakra menatap tajam pada Aisyah.

Aisyah menggeleng, ia  mengenakan kembali hijabnya yang sudah dilepas paksa oleh Cakra. "Nggak Ibu, aku sama sekali tak melakukannya. Dialah yang mencoba melecehkan ku."

Bibi yang melihat Aisyah langsung menghampirinya, memeluk tubuh gemetarnya.

"Diam kamu! Aku tahu wanita seperti apa kamu. kamu pasti merayu Cakra 'kan?" ucap Berlian membuat bibi dan juga suster Laras terkejut, mereka berdua percaya jika dalam hal itu Aisyah tak bersalah. Namun, posisi mereka di rumah itu tak punya hak untuk berbicara.

"Bu, aku sama sekali tak pernah melakukan hal sehina itu. Aku hanya mencoba menyelamatkan diriku dari perlakuan pak Cakra, ini bukan untuk pertama kalinya dia melakukannya, Bu. Dia selalu mencari kesempatan untuk melecehkan ku." Aisyah terisak dalam pelukan bibi. 

"Bibi, bantu Aisyah mengemasi barang-barangnya, aku tak sudi jika cucuku masih diasuh oleh perempuan seperti dia."

Mendengar itu Aisyah sangat terkejut, rupanya mata majikannya itu sudah dibutakan oleh kenyataan jika Cakra adalah keluarganya, melihat kondisinya, melihat luka memar di pipinya, itu semua sudah cukup untuk membuktikan jika dalam hal ini Cakra yang bersalah. Namun, Aisyah kini diam. Sekeras apapun ia membela diri tetap saja dia akan dianggap bersalah dalam hal ini.

"Ayo, Nak." Bibi mengangguk menatap Aisyah, mereka keluar dari sana.

Aisyah kembali melihat Raja yang masih tertidur di samping ayahnya. Jika memikirkan Anak itu ia enggan untuk meninggalkannya. Rasa sayang Aisyah pada anak susunya itu sudah seperti anaknya sendiri.

Aisyah berjalan menuju ke kamar Raja, mengemasi barang-barangnya dibantu oleh bibi dan suster Laras.

"Bi, percaya padaku. Aku tak melakukan semua itu, Cakra fitnahku, dialah yang mencoba melecehkanku, BI, Suster," jelas Aisyah yang tak bisa menahan sesak di dadanya.

"Tanpa kau jelaskan kami pun percaya jika dalam hal ini kamu hanya menjadi korban, sebaiknya kamu pergi dari rumah ini saja Aisyah, rumah ini sudah tak aman untukmu. Jika kau mau aku bisa memperkenalkan kamu dengan majikan yang lebih baik," ucap suster Laras menggenggam tangan Aisyah, ia merasa kasihan melihat wanita malang itu. Walau baru beberapa hari mengenalnya. Namun, ia bisa tahu jika Aisyah adalah wanita yang baik.

"Iya suster Laras, tolong rekomendasikan majikan yang baik untuk Aisyah, dia sudah tak punya siapa-siapa di kota ini. Aku juga khawatir jika dia pergi dari rumah ini, dia akan tinggal di mana," ucap Bibi.

"Tentu saja." Suster Laras pun menulis alamat di secarik kertas dan memberikannya pada Aisyah.

"Pergilah ke alamat ini, aku akan menghubunginya. Aku mengenal dengan baik keluar ini."

"Terima kasih, Bi, suster. Nggak usah, aku akan kembali ke kampung halamanku saja. Mungkin aku akan lebih nyaman tinggal di sana, setidaknya aku bisa mengenang kebahagiaan bersama suami dan anakku."

"Kamu yang sabar ya." Bibi ikut bersedih melihat kondisi Aisyah.

Di kamar Saka. Berlian menampar Cakra.

"Kau sudah mempermalukan Tante di depan mereka semua. Tak bisakah kau menahan nafsumu itu, Tante sudah memperingatkanmu untuk tak melakukan kesalahan ini kan?"

"Tapi, Tante. Aku tak melakukan apa-apa, Aisyah lah yang mencoba merayuku," ucapnya. Namun, Ia kembali mendapat tamparan sekali lagi.

"Tante membela kamu walaupun Tante tau dengan jelas jika kamu yang salah, karena kamu adalah keponakan Tante, tapi Tante tak membenarkan apa yang kau lakukan. Lebih baik Tante mengusir Aisyah dari rumah ini sebelum kamu kembali melakukan tindakan bodohmu itu," kesal Berlian dan pergi ke kamarnya. Berlian  mengambil uang dan memberikannya kepada Aisyah sebelum Aisyah angka kaki dari kediamannya kemudian ia kembali masuk ke kamar  saat mendengar suara tangisan Raja di sana.

"Bi, Suster. Aku titip Raja ya, aku pergi," ucap Aisyah masuk dalam sebuah taksi online yang sudah dipesan Bibi. Mereka berdua hanya melihat gadis malah itu pergi, melihat bagai air  matanya mengalir di pipinya.

"Semoga kau bahagia dimanapun kau berada, Nak," ucapnya yang diaminkan oleh Suster.

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝘬𝘦𝘴𝘦𝘭 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘉𝘦𝘳𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘩 𝘊𝘢𝘬𝘳𝘢 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘴𝘩 𝘢𝘫𝘢 𝘥𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘢 😡😡😡😡

2023-04-21

0

🌺𝕭𝖊𝖗𝖊-𝖆𝖟𝖛𝖆🌺

🌺𝕭𝖊𝖗𝖊-𝖆𝖟𝖛𝖆🌺

dihh.. keponakan slh kok d bela..
takut ya Bu kl perusahaan gk ada yg pegang... dasar..

2023-03-24

1

Nurdiana Tjotjona

Nurdiana Tjotjona

ternyata Berlian tutupi bejatnya Cakra...lanjuut thor...biar Aisyah bahagia

2023-03-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!