Alina yang kala itu sedang melamun, ia tiba-tiba teringat akan kejadian dimana Hero menolak perjodohan yang telah di susun oleh keluarganya
Flashback
Alina saat itu tidak mengetahui jika kedatangan Hanny dan Bram ke rumahnya itu karena membahas masalah mengenai perjodohan. Sayangnya, Hero yang tanpa peduli menolak itu dengan tegas.
“Maaf om Tante dan bunda, Hero menolak ini,” kata terkahir yang Hero ucapkan. Ia datang atas permintaan kedua orangtuanya.
Dan itu paksaan langsung dari ibunya, tapi Hero harus jujur jika dirinya memang tidak memiliki perasaan apa-apa. Apalagi Hero juga tidak bisa mencintai Alina, ia hanya menganggap Alina layaknya seorang adik.
Tidak lebih dari itu.
Mendengar itu, Hanny langsung mencubit Hero, ia seakan berharap Hero menarik kembali kata-katanya itu, sayangnya untuk saat ini laki-laki itu tetap pada pendiriannya itu.
“Hero, apakah kamu memang benar-benar sangat ingin menghancurkan persahabatan yang telah terjalin?” bisik Hanny yang terdengar sedang menahan marah.
“Bunda, apapun itu yang Bunda minta, Hero akan terima dan setuju. Tapi untuk yang satu ini, Hero mohon agar Bunda tidak memaksa keinginan Hero,” ungkap Hero.
Hero merasa jika rasa cintanya pada kekasihnya di masa lalu amat sangat besar. Hingga Hero sendiri tidak bisa melupakan bayangan wanita itu. Lagipula Hero hanya menganggap jika Alina itu adiknya, tidak lebih dari itu.
Penolakan Hero itu sontak membuat kedua kakak, ayah, serta ibu Alina marah.
“Jika sudah menolak kenapa harus dilanjutkan?” sinis Eron yang kentara sangat tidak senang dengan ucapan Hero yang dengan tegas menolak adiknya.
“Jangan ada pernikahan yang dipaksakan, jika memang salah satu pihak tidak ingin. Maka perjodohan ini kita batalkan saja!” putus Setoni.
Ada rasa marah saat anak kesayangannya ditolak begitu saja, ia merasa penolakan Hero secara langsung telah membuat anaknya yang ia anggap sebagai Berlian, kini terlihat seperti tidak berharga lagi.
“Suatu saat, ada masa dimana kamu menyesal telah menolak sebuah Berlian dan memilih mempertahankan sebuah kaca hiasan,” kata-kata ambigu yang terlihat dalam Bian katakan.
Dan perkataan itu hanya Bian sendiri yang tahu artinya dengan jelas.
Alina yang mendapat penolakan dari Hero, ia sering melamun dan termenung. Karena mendapat penolakan langsung oleh orang yang sangat ia cintai, ia merasa jika dirinya tak lebih dari seorang yang tidak diinginkan.
Bukankah cintanya ini terlalu rumit?
“Alina sayang,” panggil Amina yang memasuki kamar anaknya itu.
“Lupakan Hero sayang, lupakan dia! dia bukan laki-laki yang cocok untuk kamu, masih banyak laki-laki yang jauh lebih baik darinya,” lembut Amina.
Sebagai seorang ibu, Amina sangat tidak terima saat ada yang menolak anaknya secara langsung. Apalagi itu telah dihadapannya.
“Bukankah Alina yang tidak tahu malu Mah?” ucap Alina yang bertanya dengan nada hambarnya.
Seakan ucapan itu tidak perlu sebuah jawaban, Alina hanya diam dan tersenyum mengejek pada dirinya sendiri. Sebenarnya, saat ia dikirim ke luar negeri oleh kakaknya saat itu, Alina juga pernah untuk berusaha melupakan Hero.
Karena saat itu, Alina berfikir mungkin saja Hero akan memiliki kekasih, dan ternyata dugaannya itu memang benar. Walau ia tak tahu siapa kekasih Hero, tapi Alina yakin jika wanita itu adalah wanita yang beruntung karena bisa mendapatkan hati Hero.
Sekalipun wanita itu telah meninggal, bukankah dia semakin beruntung karena berhasil membuat seorang Hero sangat kehilangan.
“Maksud kamu apa sayang? Alina yang Mamah kenal bukan anak yang tidak tahu malu. Alina yang Mamah kenal juga bukan anak yang buruk seperti yang kamu bicarakan. Dan jangan katakan jika kamu itu tidak tahu malu, karena kata-kata itu seakan membuat kamu menjadi terlihat buruk,” ungkap Amina yang tidak suka dengan perkataan Alina.
“Bukankah itu memang kenyataannya Mah? Alina itu memang buruk, sangat buruk. Sudah jelas jika Kak hero menolak Alina, tapi Alina justru masih memiliki sebuah keinginan untuk bisa bersama dengan Kak Hero. Dan mungkin, Alina adalah orang yang paling tidak tahu malu yang pernah ada.”
Senyum hambar dan tatapan kosong kembali Alina ucapkan. Hal itu membuat Amina langsung merespon dengan gelengan kuat.
“Jangan katakan itu! kamu tidak terlihat buruk sama sekali!”
“Mungkin kami tidak cocok bukan karena Kak Hero tidak baik untuk Alina, tapi Alina yang tidak pantas untuk bisa memiliki Kak Hero,” ungkap Alina lagi.
“Besok, Papah akan meminta orang tua Raihan untuk mengizinkan Raihan kembali ke negara ini. Bukankah kamu ingat Raihan? teman masa kecil kamu 'kan? ”
Dengan semangat Amina mengatakan itu, berbeda sekali dengan respon Alina yang hanya mengangguk tidak semangat.
“Kamu tidur, Mamah keluar dulu ya,” pamit Amina yang ingin memberikan waktu untuk Sang anak.
Flashback end
Mengingat Raihan, Alina ingat jika teman masa kecilnya itu hingga kini belum kembali ke negara Z.
*****
Sementara di tempat Setoni.
Rumah sakit Angkasa.
“Aku harap kamu bisa memaafkan kesalahan anakku kemarin. Dia masih labil dan masih belum dewasa meski sudah menjadi dokter,” ucap Bram yang kini sedang berbicara dengan Setoni yang hanya diam.
“Tidak perlu mengatakan itu. Toh yang seharusnya minta maaf itu anak kamu, bukan kamu!” tegas Setoni.
Sebagai pemilik rumah sakit, selain menjadi dokter. Setoni memiliki banyak sekali tugas, ia hampir tidak memiliki cuti ataupun libur karena kesibukannya itu.
“Sekali lagi aku minta maaf, tolong agar jangan mempengaruhi persahabatan karena hal ini untuk kedepannya,” pinta Bram.
Mungkin siapapun temannya itu, Bram akan rela ditinggalkan. Tapi untuk sahabatnya ini, Bram tidak ingin jika Setoni tidak menganggapnya sebagai sahabat lagi. Hanya Setoni yang membantu dirinya disaat yang lain menjauh, bahkan saudara yang terikat darah saja menjauhinya saat ia sedang berada di bawah.
Meski Setoni tidak membantu banyak, tapi niat dan ketulusannya akan selalu diingat oleh Bram. Dan Bram tahu jika keakraban yang kemarin ditunjukkan itu tidak lebih karena Setoni tidak ingin membuat anaknya sedih.
“Entalah Bram, sakit sekali rasanya saat melihat anakku yang sangat berharga ditolak begitu saja,” jawab Setoni. Ia menghentikan pekerjaannya dan menatap Bram.
“Dulu saat kamu menawarkan perjodohan bukankah aku sering menolak? itu karena aku tidak rela jika putri kesayanganku menikah. Karena hal itu pasti akan membuat kami jarang memiliki waktu bersama, tapi-” jeda Setoni yang melihat ke arah bingkai foto yang ia letakan di atas meja.
Foto itu, terlihat menampakkan seorang anak kecil berwajah cantik nan lucu yang terlihat sedang digendong dipundak oleh Sang ayah yang tak lain adalah Setoni sendiri.
“Saat aku mendengar dari istriku jika Alina mencintai Hero. Aku akhirnya setuju karena itu demi kebahagiaan anakku-” jeda Setoni lagi dan Bram hanya diam.
“Dan aku yakin jika rasa cintanya itu juga bukan hanya sekedar suka biasa, tapi rasa suka yang sudah didasari rasa cinta dan sayang, karena buktinya aku tahu jika anakku sudah mencintai anakmu sepuluh tahun lamanya.”
Bram yang mendengar itu hanya diam, tapi ia kini mulai berfikir. Mungkin jika jadi Setoni Bram akan marah. Siapa yang terima saat anaknya yang disayang ditolak begitu saja?
Bukan hanya itu saja, tapi cinta Alina yang sepuluh tahun bertahan itu juga yang membuat Setoni sakit hati.
“Aku mengerti,” ucap Bram pada akhirnya.
“Pulang sajalah, untuk saat ini, kita tidak perlu untuk membahas masalah ini, biarkan saja ini berlalu, dan untuk persahabatan kita kedepannya, itu biarkan waktu yang menjawab,” jawab Setoni.
Bram yang mendengar itu mengangguk, ia akan membiarkan Setoni untuk bisa meredakan rasa marahnya itu.
...*****...
Di tempat Alina.
Alina yang kini tidak bisa tidur, ia mulai termenung. Karena penolakan Hero, hubungan antara dua keluarga merenggang. Alina yakin jika kedua keluarga itu belum benar-benar baikan.
Masih ada penghalang transparan yang tak terlihat, di depan dirinya saja mereka akrab. Tapi dibelakang, Alina tak yakin jika hubungan itu benar-benar akrab.
Alina juga tidak tahu bagaimana cara agar membuat kedua keluarga itu kembali seperti sebelumnya.
“Apa yang harus aku lakukan?” tanya Alina pada dirinya sendiri.
#####
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments