Hari ini Alina diundang oleh Hanny ke rumah wanita itu, Alina sudah 3 hari tidak tinggal bersama dengan wanita itu, ia tinggal di rumah milik Hero.
Sebenarnya Alina tinggal sendirian, karena lelaki itu sering pulang ke apartemennya.
Saat Alina memasuki rumah Sanjaya, yang sepertinya bukan sebuah rumah lagi, itu sih sudah seperti istana kerajaan dalam cerita dongeng. Saking besarnya rumah itu Alina merasa jika dirinya sangat kecil.
“Bund, Kak Hero sering pulang ke sini?” tanya Alina yang langsung dijawab gelengan.
“Tidak. Tapi apa dia juga tidak pernah pulang ke rumah kalian?” tanya Hanny yang sepertinya ingin marah pada Hero.
Alina yang mendengar pertanyaan Hanny hanya diam, jika Alina menjawab mungkin saja hal itu akan menjadi hal yang membuat Hero semakin membenci dan tidak menyukai dirinya.
“Maaf,” tiba-tiba perkataan itu keluar begitu saja dari bibir Hanny.
Alina yang mendengar itu hanya menatap Hanny dengan tatapan yang terlihat heran.
“Maaf untuk apan Bun?” tanya Alina.
“Bunda tahu alasan kamu memaksa Hero untuk menikah dengan kamu meski lelaki itu telah menolak kamu dengan tegas. Dan Bunda yakin jika ini karena permintaan Bunda,” ucap Hanny yang hanya mendapat kebungkaman dari Alina.
Mereka berdua sama-sama bungkam dan mengingat kejadian yang terjadi 2 bulan yang lalu.
Flashback
“Bund, Bunda sendiri aja di rumah?” tanya Alina sedikit celingukan, ia melihat ke kanan dan ke kiri. Alina kini sedang berkunjung karena permintaan dari wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.
Hanny hanya tersenyum, ia seolah tahu apa yang sedang Alina pikirkan. “Bunda tahu loh apa yang sedang kamu pikirkan, itu terlihat jelas dimata kamu,” ledek Hanny yang langsung membuat Alina tersipu.
“Tapi Alina lagi nggak mencari Kak Hero Bun,” jawab Alina cepat karena gugup.
“Tuh 'kan, Bunda nggak usah nebak kamu sudah langsung jawab.”
Alina yang mendengar itu semakin menunduk karena malu, ia rasanya ingin membenturkan kepalanya saat ini juga.
“Tapi ada sesuatu hal yang Bunda ingin katakan ke kamu,” ucap Hanny yang tiba-tiba berwajah sendu.
Alina yang melihat itu ikut merasa khawatir. “Kenapa Bund?”
“Sebenarnya Hero sudah memiliki kekasih dan ia sangat mencintai kekasihnya itu,” ucap Hanny yang langsung membuat dada Alina sesak seketika itu juga.
Hatinya seakan mencelos begitu saja, kupu-kupu yang awalnya terasa berterbangan karena tersipu tadi, kini hilang seketika itu juga. Hatinya terasa hambar, sakit ..., itu yang Alina rasakan saat ini. Entah kenapa ia tidak bisa berkata-kata saking tidak percayanya dengan apa yang ia dengar.
Hero memiliki kekasih?
Kenapa Alina baru tahu sekarang?, kedua tangan Alina terlihat mengepal karena berusaha menahan tangis dan sedihnya.
Tanpa diduga Hanny langsung menggenggam tangannya dan menatap dirinya dengan memohon.
“Boleh Bunda memohon sesuatu sama kamu?” tanya Hanny tapi tidak mendapat respon dari Alina.
Bagaimana bisa Alina menjawab apalagi merespon ucapan Hanny lagi, hatinya kini sakit dengan kenyataan yang benar-benar tidak pernah ia duga.
Kapan?
Sejak kapan Hero memiliki kekasih?
Kenapa dirinya tak tahu?
Apa karena dia di luar negeri jadi tidak tahu informasi apapun mengenai Hero?
“Bunda minta kamu agar bisa membuat Hero mencintai kamu,” pinta Hanny dengan tatapan penuh harap.
“Bun ..., Alina nggak yakin bisa,” ucap Alina lirih.
Alina merasa dirinya kini benar-benar memalukan, lucu sekali rasanya jika dirinya yang seolah memperlihatkan dengan jelas bahwa dirinya sangat menyukai Hero, dan Hanny serta Amina sudah tahu betul kalau Alina sangat menyukai Hero.
Apakah kini dirinya terlihat sangat memalukan?
Rasanya Alina kini hanya ingin bersembunyi sejauh mungkin, ia memang membiarkan Hanny dan ibunya tahu akan perasaan dirinya. Tapi apakah Hero juga tahu akan hal itu?
Entah kenapa kini Alina berharap Hero tidak pernah tahu dan menyadari akan rasa sayang dan cintanya pada lelaki itu.
“Kamu bisa sayang ..., kamu pasti bisa! Tolong turuti permintaan bunda ..., bunda mohon dengan sangat sama kamu,” ucap Hanny walaupun lirih terdapat keyakinan tersendiri untuk Alina.
“Kenapa Bunda meminta agar Alina bisa membuat Kak Hero cinta sama Alina? bukankah itu hal yang mustahil Bund,” kini senyum hambar muncul diwajahnya.
Demi apapun, Alina kini ingin segera pulang ke rumahnya. Ia ingin mengunci diri dikamarnya.
Hari ini rasanya adalah hari patah hati terbesar untuknya, perasaan yang telah menyukai Hero hampir kurang lebih 10 tahun lamanya, kini berakhir dengan kekecewaan dan rasa sakit.
Seandainya dia tetap di sini, apakah Hero juga akan menyukai dirinya?
Entah mengapa ada pemikiran kesal akan keputusan Kakaknya yang mengirim dirinya ke luar negeri untuk berkuliah.
“Karena sampai kapanpun mereka berdua nggak akan pernah bersama,” ucap Hanny yang kini berurai air mata.
“Bund, jangan seperti ini. Siapapun yang Kak Hero suka, harusnya Bunda merestui itu,” ucap Alina dengan menahan rasa sakit dan sedihnya.
“Nggak akan, sekalipun Bunda restui mereka. Mereka berdua nggak akan pernah bisa bersama,” ucap Hanny.
“Maksud Bunda?” tanya Alina tak mengerti.
“Wanita itu telah meninggal dunia, sayang.”
Deg'
Dua kali sebuah kenyataan mengejutkan Alina ketahui, entah ia harus merasa senang ataupun sedih yang jelas Alina tak tahu harus merespon seperti apa.
“Bund, boleh Alina pulang? Alina nggak tahu harus ngomong apa di sini” kini wajah yang terlihat mulai berkaca-kaca Alina tunjukkan.
Jika Alina terus berada di sini, Alina merasa jika dirinya tak akan sanggup untuk menahan segala kesedihannya. Maka itu, Alina ingin agar segera sampai dirumahnya.
Hanny akhirnya mengangguk, ia merasa kasihan pada Alina yang terlihat syok.
Mendapat persetujuan dari Hanny, Alina langsung tersenyum dan pamit. Saat hendak keluar dari pintu, Alina melihat Hero hendak masuk ke dalam rumah.
“Nak, boleh bunda minta kamu untuk antar Alina. Kasihan dia sendirian pulang,” ucap Hanny pada Hero.
Alina menoleh, ia rasanya ingin berbicara dan menolak itu semua, Alina tahu maksud dari Hanny, ia tidak ingin Alina kenapa-napa. Tapi justru berduaan dengan Hero saat ini malah membuat Alina merasa jika itu adalah sebuah masalah untuknya.
“Alina Bunda mohon jangan menolak ya Sayang,” pinta Hanny.
Flashback end
...*****...
Saat ini, Alina yang tidak menyangka jika Hanny akan meminta Hero untuk menjemput dirinya pulang.
Dan di sinilah Alina sekarang. Ia hanya diam membisu dengan pandangan yang selalu menatap ke samping jendela.
Awalnya Alina hendak duduk di belakang, tapi Hanny yang sepertinya sengaja ikut mengantar keluar meminta agar Alina duduk di depan. Alhasil, Alina duduk tepat di samping Hero.
Alina hanya tidak ingin membuat Hero merasa semakin risih padanya, jelas Alina tahu jika lelaki itu sangat terpaksa menikahinya
Alina sesekali menoleh dan melirik ke arah Hero, fitur wajah lelaki itu sangat tampan dan terlihat lebih dewasa hal itu semakin menambah daya kharismanya.
Ada sesuatu yang hilang setiap Alina menatap Hero, senyum dan sikap ramah lelaki itu yang biasanya selalu membuat Alina tertawa kini telah hilang. Tergantikan dengan sikap acuh dan wajah datarnya.
“Alina ingin tahu, seperti apa orang yang berhasil membuat Kakak berubah jadi seperti ini,” gumam Alina sangat pelan.
“Apa karena Kakak sangat mencintainya, hingga sikap Kakak berubah karena merasa sangat kehilangan?” gumam Alina lagi dengan sangat pelan, kali ini disertai helaan nafas hingga Hero melirik ke arahnya.
“Ada sesuatu hal yang salah?” tanya Hero pada Alina.
Mendengar itu Alina langsung gelagapan dan secepat mungkin menggeleng. “Bu-bukan Kak, ng-nggak ada apa-apa,” jawab Alina gugup.
Alina lalu menatap ke arah lain, sedangkan Hero tidak berkata apa-apa lagi. Hero hanya fokus menyetir agar tidak terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan.
Sepanjang perjalanan pun suasana hanya hening tanpa ada pembicaraan singkat.
#####
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments