Alina hari ini bekerja di rumah sakit Cendana sebagai dokter magang, ia ditugaskan untuk menjadi seorang asisten dari Hero.
Hal itu benar-benar tidak pernah Alina duga sama sekali, walau sebenarnya Alina sedikit curiga jika itu karena Hanny. Karena dengan cepat ia diterima di rumah sakit itu. Tapi entahlah, kini Alina hanya akan fokus pada pekerjaannya.
Mungkin juga dengan ini, Alina bisa berjuang untuk mendapatkan Hero. Bukankah dengan ini waktu bersama mereka akan menjadi sangat sering?
“Alina, perkenalkan dia adalah dokter Hero, dokter terbaik dan yang paling muda diantara dokter pria lainnya yang ada di sini,” ucap dokter Andrean, lelaki tampan dewasa itu adalah anak dari pemilik rumah sakit Cendana.
Andai Alina bisa berkata, ia tahu siapa lelaki itu, lelaki yang kini menjadi suaminya sejak sebulan yang lalu.
Alina yang mendengar hal itu hanya mengangguk, ia tidak berkata apa-apa hanya berusaha untuk memaksa dirinya untuk tersenyum formal dan biasa saja. Andai jika Hero tidak melarang dirinya untuk jujur mengenai hubungan mereka, sayangnya pernikahan mereka kini menjadi rahasia.
“Kalau begitu saya tinggal,” ucap Andrean, ia sedikit menatap ke arah Alina yang hanya diam.
Sebenarnya saat pertama kali melihat Alina, Andrean sering sekali menatap Alina diam-diam, seolah ia merasa tertarik dengan wanita itu.
Alina lagi-lagi hanya mengangguk dan tersenyum.
Saat melihat jika dokter Andrean sudah pergi, Alina merasa sedikit gugup dan canggung. Karena, hari ini Alina sedang berada di ruangan yang sama dengan Hero, dan itu berdua saja tanpa ada siapapun.
Semenjak menikah, jangan 'kan berada di ruang yang sama. Lelaki itu terlalu sibuk hingga pulang hanya untuk mengambil baju, dan saking sibuknya Hero, ia lebih sering tidur di apartemen miliknya.
Pertemuan Alina dan Hero kini yang pertama setelah satu minggu tidak bertemu.
“Em ..., saya keluar dok,” ucap Alina sedikit ragu. Ia bingung dimana ruangannya.
Karena Hero disini dokternya, Alina merasa jika ia harus bersikap profesional.
Alina memang telah mencintai Hero sejak umur 12 tahun, dan itu bertanya Alina telah mencintai Hero kurang lebih selama 10 tahun. Tapi karena sempat kuliah diluar negeri selama 5 tahun. Mereka tidak pernah berkomunikasi sama sekali selama 5 tahun
Dulu Hero yang Alina kenal adalah Hero yang ramah dan baik serta ceria, tapi kini laki-laki itu menjadi dingin dan acuh. Alina jelas tahu apa penyebabnya itu, maka itu akan akan mencoba untuk membuat Hero memiliki semangat hidup lagi, Alina juga akan mencoba agar Hero kembali ceria dan ramah seperti dulu.
Memang benar jika Hero menikahi Alina karena rasa hutang Budi Hero pada Alina yang rela menyelamatkan nyawanya. Dan mungkin bagi Hero, Alina kini terlihat seperti orang yang berbuat baik demi sebuah tujuan, dan Alina tidak peduli jika Hero akan berfikir seperti itu, ia melakukan ini karena janjinya pada seseorang dan janjinya pada dirinya sendiri.
Baru beberapa langkah Alina melangkah, Hero angkat suara, hal itu langsung membuat langkah Alina terhenti seketika itu juga.
“Mau ke mana?” tanya Hero yang selalu memasang raut datar dan acuhnya.
“Saya ingin mencari tahu ruangan saya, tapi kalau boleh apa saya bisa ditempatkan di sini?”
Alina tidak tahu dimana ruangan dirinya berada, dan sebagai dokter magang yang belum sehari pun bekerja, Alina merasa jika dirinya mungkin saja belum memiliki ruangannya sendiri. Jika ia di tempat dengan Hero Alina pasti akan merasa senang, rasa canggung itu pasti akan terkikis sedikit demi sedikit, seiring seringnya mereka bertemu.
“Di sini, kamu bisa membawa semua peralatan kamu di sini untuk sementara waktu sampai ruangan kamu tersedia,” ucap Hero tiba-tiba.
Tatapan yang dalam dan yang tidak bisa ditebak lalu ia tunjukkan pada Alina, hingga Alina yang merasa ditatap seperti itu merasa sangat tak nyaman.
Alina yang mendengar itu hanya diam beberapa saat, ingin langsung menolak, tapi apa yang Hero katakan benar, ruangan untuk dirinya memang masih belum tersedia, sebenarnya di rumah sakit ini sudah ada dokter anak, alasan utama dirinya yang baru lulus diterima magang di sini karena tak lain ia ditugaskan untuk menjadi asisten seseorang, dan Alina baru mengetahui jika dirinya itu menjadi asisten dari Hero.
“Baik,” jawab Alina sesantai mungkin.
...........
Setelah semua barang-barangnya berada di ruangan tempat kerja Hero, kini Alina sebagai asisten Hero hanya diam karena setiap Alina bertanya pada Hero tentang apa yang Hero perlukan, tapi dokter laki-laki itu justru hanya menjawab jika dirinya tidak butuh bantuan.
Kadang setiap Alina bertanya, Hero hanya akan diam seolah sedang mengabaikan dirinya. Tapi tidak bisa dipungkiri, jika Hero adalah laki-laki yang baik, ia tidak pernah marah ataupun kesal meski merasa terganggu akan suatu hal.
Hampir 7 tahun Hero telah menjadi seorang dokter, di waktu yang tidak singkat sudah tidak terhitung berapa banyak orang-orang yang nyawanya telah ia selamatkan melalui keberhasilan operasi yang ia lakukan.
Belum pernah Alina mendengar tentang kegagalan operasi ataupun kesalahan operasi yang Hero lakukan, ia justru terkenal akan hebatnya sebagai dokter bedah.
Entah itu luka dalam ataupun luka luar, Hero selalu menangani hal itu dengan amat sangat baik.
Memikirkan semua kelebihan Hero, Alina merasa dirinya tidak tahu diri dan serakah. Tapi mengingat tujuannya yang ingin membuat laki-laki itu memiliki semangat hidup dan bisa bangkit lagi, Alina semangat dengan tujuannya itu.
“Dok,” tiba-tiba seorang dokter cantik yang tak lain adalah Syela, ia masuk setelah mengetuk pintu.
Dokter Syela tersenyum dengan senyum anggun khasnya. Ia selalu menatap ke arah Hero dengan tatapan yang kentara sangat memuja dan mengagumi.
“Apa Anda sudah memikirkan tentang tawaran saya yang waktu itu?” tanya Syela diakhiri dengan senyum khasnya itu.
Hero hanya menyernyit heran seakan merasa bingung dengan apa yang Syela katakan.
“Tawaran saya yang waktu itu meminta Anda untuk makan bersama dengan saya, bukankah itu baru saya katakan beberapa hari yang lalu. Apa Anda telah lupa?” Syela terdengar mengingatkan akan tawarannya itu, terlihat Hero yang mengangguk setelah mendengar ucapan darinya, jelas sekali memang Hero telah melupakan tentang tawaran makan bersama.
“Saya memiliki banyak pekerjaan yang harus di urus, kamu bisa makan bersama dengan asisten Saya,” jawab Hero melihat ke arah Alina.
Sontak Alina langsung menunjuk pada dirinya sendiri. “Saya dok?” tanya Alina memastikan.
“Iya, siapa lagi? apakah asisten saya yang ada di sini ada lagi selain kamu?” ucapan Hero seakan tidak perlu di jawab oleh Alina.
Alina yang ditatap dengan pandangan sinis dan tak suka dari Syela hanya diam, saat ini Alina merasa jika ia ingin langsung menangis.
Maksudnya, baru sehari bekerja, ini sudah ada yang menganggap dia musuh. Entah mengapa Alina curiga jangan-jangan dirinya di sini hanya digunakan sebagai tameng agar tidak ada orang-orang yang berusaha untuk mendekati Hero.
Kalau Alina boleh mengatakan tentang identitasnya sebagai istri Hero, ia tidak masalah. Tapi, ia yang orang pikirkan bukan siapa-siapa bagi Hero, jadi bagaimana caranya agar dirinya memiliki hak untuk membuat wanita yang ingin mendekati Hero menjauh?
“Sa-saya tidak bisa dok, saya memiliki janji dengan ibu saya,” jawab Alina beralasan.
“Ibu? Ibu yang mana?” tanya Hero yang terdengar menyebalkan ditelinga Alina.
Sialan emang!
Alina jadi merasa malu dengan alasanya sendiri, inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Alina bisa sangat mencintai Hero. Laki-laki itu walau terlihat biasa saja, tapi sebenarnya sangat jeli dalam memperhatikan orang, dan yang lebih membuat Alina semakin larut dalam pesona Hero adalah, dia tidak pernah bisa menipu atau membohongi Hero, mata laki-laki itu terlalu jeli dan tidak gampang untuk ditipu.
Bahkan meski Hero acuh dan tak peduli, masih ada kepedulian Hero pada kedua orangtua Alina, itu tak lain juga karena Hero peduli pada mereka. Jadi saat Alina beralasan memiliki janji dengan ibu', Hero yang tahu jadwal Hanny dan Amina tentu tidak bisa untuk dibohongi.
“Sa-saya punya janji dengan teman saya, teman saya dari Australia, dia hendak datang ke sini dan akan mengajak saya makan bersama,” ucap Alina yang tetap pada kebohongannya. Ia bahkan mencari alasan lain.
“Kapan kalian akan makan bersama?” tanya Hero yang langsung membuat Alina mati kutu.
Kapan ya? ini 'kan cuman alasan dia saja agar tidak punya musuh. Masa Alina harus menyewa seorang teman agar dirinya terlihat meyakinkan.
“Dok, jika Anda tidak memiliki waktu luang untuk hari ini saya akan memaklumi itu, dan kapanpun Anda memiliki waktu luang tolong kabari saya, saya pasti akan menyesuaikan jadwal Anda dengan jadwa saya,” jawab Syela yang langsung berbalik dan hendak keluar, tapi sebelum itu Syela menatap Alina dengan tatapan tajam penuh permusuhan.
Sial sudah!
Alina benar-benar sudah dibuat sial oleh Hero, ia kini rasanya ingin memaki karena kesal dengan hal itu, dan bisa-bisanya wajah Hero terlihat santai dan kembali fokus pada pekerjaannya tanpa berniat menatapnya sama sekali.
#####
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments