#4 Abian Angkasa, kakak pertama Alina.

Abian Angkasa, anak pertama dari Keluarga angkasa, juga kakak pertama Alina.

Lelaki yang awalnya terlihat duduk mengerjakan pekerjaannya. Ia tiba-tiba bangkit dari duduknya, melihat ke arah kaca jendela yang sengaja ia buka. Ada rasa sesak di dada saat dimana ia memaksa Alina untuk pergi dan tidak menemuinya selamanya.

Alina itu polos, baik hati, dan sangat manja pada keluarganya. Ia seperti seorang putri di sebuah cerita dongeng. Selama ini, keluarganya selalu menuruti apapun itu keinginan Alina.

Meski manja, Alina kadang dewasa, hanya saja ia kurang peka dan polos. Hal itulah yang membuat keluarganya sangat melindunginya. Tapi, permintaan Alina terakhir kali, membuat kakak dan ayahnya sangat kecewa dan marah dengan pilihan yang Alina ambil.

“Untuk melihat wajah kamu saja, Kakak tidak berani. Masih ingat benar kenangan di mana kamu menangis tersedu-sedu karena kakak mengatakan tidak ingin bertemu dengan kamu selamanya,” kata Bian lirih.

Untuk mengingat kenangan itu saja, Abian tidak berani. Dan karena bunyi dari ponselnya membuat perhatian dirinya langsung teralihkan.

Bian selalu menyalakan notifikasi dengan suara yang kencang, mungkin itu memang mengganggu. Tapi sebagai seorang dokter, tak peduli siang ataupun malam ia harus siap siaga kapanpun itu.

“Iya?” tanya Bian saat tahu jika yang meneleponnya adalah Farah, kekasihnya.

Jika wanita lain biasanya dikejar, justru di sini Farah adalah wanita yang bersikap aktif dan mengejar Bian.

Farah telah menyukai Bian sejak kelas 3 SMP, dan selama kelas 3 SMP sampai sekarang, Farahlah yang selama ini mengejar Bian. Selain itu, mungkin karena kagum dengan sikap pantang menyerah Farah, pada akhirnya Bian pun menerima Farah.

“Sayang maaf untuk kejadian minggu kemari, aku benar-benar hanya takut kehilangan kamu saja,” lirih Farah dengan nada memohon.

“Apa sudah introspeksi diri?” tanya Bian.

Bian itu tipe laki-laki yang cuek tapi pengertian, ia juga bukan tipe yang ringan tangan, bahkan marah saja hampir tidak pernah Bian lakukan pada orang lain, apalagi jika orang itu adalah orang yang ia sayangi.

Hal itu karena Bian memiliki kontrol emosi yang baik.

“Iya aku sudah introspeksi diri kok, jangan marah lagi please ...,” Farah terus berusaha membujuk Bian.

“Sudah minta maaf pada dokter Betty?”

“Kenapa aku harus minta maaf, bukankah salahnya yang berusaha untuk dekat dengan kamu,” Farah kini terdengar kesal.

Bian yang mendengar itu langsung menghela nafas untuk menghilangkan rasa kesalnya. “Dokter Betty tidak bersalah sama sekali, kami hanya mengobrol karena kepentingan bersama. Dan itu menyangkut pekerjaan,” jelas Bian sesabar mungkin.

“Tapi 'kan tetap saja, Dokter Betty itu kelihatan suka sama kamu. Aku yakin banget jika dia itu berusaha untuk rebut kamu dari aku. Dan aku nggak mau minta maaf pokoknya titik!”

“Jangan hubungi aku untuk sementara waktu kalau gitu, kamu belum cukup introspeksi diri,” walau sangat kesal dengan sikap Farah yang selalu egois, tapi Bian tidak pernah marah. Ia hanya meminta Farah introspeksi diri, karena itulah yang paling Farah perlukan menurut Bian.

“Tuh 'kan, kamu selalu suruh aku buat introspeksi diri. Kalau kamu ngomong kayak gitu, aku ngerasa jika kalian memang benar-benar ada hubungan,” ucap Farah dengan nada semakin kesal.

Bian yang ingin menutup teleponnya langsung terhenti.

“Kamu tuh jangan suruh aku introspeksi diri mulu, coba kamu juga seharusnya introspeksi diri. Di sini itu bukan hanya aku yang salah tapi kamu juga!”

“Kenapa sih selalu aku yang di suruh introspeksi diri? harusnya kamu ngerti dong kalau aku kayak gini karena aku cemburu dan sayang sama kamu! kenapa kamu nggak paham juga sih!”

Kesal Farah yang terus marah-marah lewat ponsel.

“Oke, aku tutup karena aku perlu introspeksi diri juga,” jawab Bian lalu sambungan berakhir.

Sebenarnya Bian bukan tidak berintrospeksi diri, ia justru selalu introspeksi diri setiap mereka ada masalah. Tapi mungkin karena Farah tipe orang yang tidak terima untuk disalahkan, alhasil sangat sulit untuk menyadarkan Farah.

...*****...

“Sayang, ayo keluar!” ketukan pintu terdengar dari luar kamar Hero, ia yang kini tengah bersiap-siap langsung membuka pintu begitu penampilannya telah rapi.

“Ya ampun ..., anak siapa ini? kok bisa ada anak yang setampan ini?”

Hanny selalu merasa kagum dan tidak menyangka bisa melahirkan anak setampan Hero.

Memang itu terdengar lebay dan berlebihan, tapi bukankah bagi seorang ibu ataupun ayah, anaknya adalah hal yang luar biasa yang mereka miliki?

“Mungkin karena gen dari Bunda jadi Hero setampan ini,” jawab Hero cuek tapi berhasil membuat Hanny tersipu karena mendengar sanjungan dari anaknya.

“Duh kamu bisa aja, Bunda jadi malu 'kan dengernya. Ini juga dibantu gen Ayah kamu, makanya kamu bisa setampan ini.”

“Oh iya, ayah akan ikut juga?” tanya Hero mengalihkan topik saat ingat ayahnya.

“Ayah kamu akan ikut juga tapi sekarang dia sedang di perusahaan. Mungkin nanti kita akan bertemu Ayah di bandara,” jelas Hanny yang hanya dijawab anggukan.

Hero hanya akan diam saat Hanny menggandeng tangannya dengan bersemangat. Mereka kini akan menyambut kedatangan kedua orang tua Alina.

Alina awalnya sempat mengajak Hero untuk ikut dengannya ke bandara, tapi Hero justru menolak. Dan kini, ia terpaksa ikut karena paksaan dari ibunya.

“Loh Ayah pulang?” Hanny terlihat sedikit terkejut saat melihat suaminya yaitu bram Sanjaya, lelaki itu kini ada dihadapannya.

“Iya, Ayah sengaja pulang cepat karena ingin pergi bareng sama ibu ke bandara.”

“Padahal Ibu kira ayah bakal langsung datang ke bandara biar nanti kita ketemuan di sana,” jawab Hanny, ia masuk ke dalam mobil begitu suaminya membuka pintu untuknya.

“Terima kasih ayah,” ucap Hanny dengan wajah sedikit tersipu.

Walau Hero anaknya, tapi Hanny merasa sedikit malu dengan suaminya yang terlalu menunjukkan kemesraan tanpa pernah melihat tempat.

“Anggap saja aku nggak ada Bun,” jawab Hero dengan nada acuhnya.

Hanny yang sudah paham dengan sifat Hero yang kini acuh dan datar, ia tidak terlalu mengambil hati hal itu. Karena meski acuh, setiap berkata pada ibunya Hero selalu berbicara dengan nada yang terkesan lembut.

Sepanjang perjalanan Hero hanya diam dan duduk di belakang sendirian. Ayah dan bundanya, tentu mereka duduk di depan.

Bagi setiap anak melihat kemesraan antara kedua orangtuanya adalah sebuah anugerah dan sebuah kebahagiaan yang mengharukan. Tapi, di sisi lain Hero merasa jika dirinya benar-benar tidak dianggap ada.

Ayolah, Ayah dan ibunya itu terlalu menunjukkan rasa cinta dan sayang mereka. Hingga siapapun pasti akan merasa iri akan hal itu. Terlihat dari ayahnya yang tidak henti menggenggam tangan ibunya dengan wajah Sang Ibu yang tersipu malu.

“Mungkin seumur hidup aku ini aku nggak akan pernah bisa seperti mereka,” gumam Hero tanpa sadar. Ia diam tapi pikirannya sedikit menerawang.

#####

Episodes
1 #1 pernikahan paksa
2 #2 Seorang Hero
3 #3 Mendapat saingan musuh di hari pertama kerja
4 #4 Abian Angkasa, kakak pertama Alina.
5 #5 Menjemput kedua orang tua Alina
6 #6 Makan bersama
7 #7 Tanggungjawab?
8 #8 Kedatangan Hero
9 #9 Ke Mall bersama
10 #10 Keributan di Mall
11 #11 Apakah itu dia?
12 #12 Salah satu alasan menikahi Hero
13 #13 Menginap
14 #14 Hubungan yang renggang
15 #15 Permatanya keluarga Angkasa
16 #16 Apa Alasan Bian mengirim Alina keluar negeri saat itu?
17 #17 Kedatangan Hanny ke rumah sakit
18 #18 Pesan dari Hanny
19 #19 Ada hal yang aneh
20 #20 Berusahalah!!!
21 #21 Ada masalah apa?
22 #22 Belanja bersama ibu mertua
23 #23 Bukankah Alina sangat cantik?
24 #24 Menganggap sebagai Adik?
25 #25 Bodoh atau polos?
26 #26 Alina sakit?
27 #27 Wanita itu adalah ...
28 #28 Kedatangan Sahabat Alina, yaitu Belvita.
29 #29 Mencintai seseorang yang seharusnya tidak dicintai
30 #30 Alina adalah Permatanya keluarga Angkasa
31 #31 Awal menjadi dokter hebat
32 #32 Menangani pasien yang terkena wabah
33 #33 Alina yang penakut
34 #34 Permintaan seorang ibu
35 #35 Ada sesuatu hal yang aneh
36 #36 Dimana Belvita?
37 #37 Farah yang tidak terima
38 #38 Pernikahan Bian dan Belvita
39 #39 Pernikahan Sang Kakak
40 #40 Sepasang gantungan kunci
41 #41 Memaksa makan!
42 #42 Menukar gantungan kunci dengan sebuah janji
43 #43 Kehamilan Belvita.
44 #44 Kemarahan Bram saat itu
45 #45 Penolakan Hero saat itu
46 Berdebat dengan Syela
47 Ngedate bareng
48 Kesedihan Belvita
49 Jalan-jalan
50 Sebuah insiden.
51 Menjemput Sahabat Alina yang lain
52 Kekesalan Alina
53 #53 Apa Kakak menghindari Alina?
54 #54 Tinggal bersama Hanny sementara waktu
55 Siapa cinta pertama Hero?
56 Bertemu Caca
57 Identitas Caca
58 Pertemuan tak terduga
59 Hero cemburu?
60 Bekal makan siang
61 Kehamilan Alina
62 Hanny yang merasa senang
63 Dokter baru
64 Cek Kandungan
65 5 bulan kemudian.
66 Peragaan busana
67 Siapa itu?
68 Ngidam
69 #69 Hero cemburu?
70 #70 Tak menyangka
71 Mengabaikan
72 Periksa kandungan
73 Bertemu Alisa
74 Siapa yang Kak Hero cintai?
75 Alina menghilang
76 Fakta yang menyakitkan
77 Tentang masa lalu
78 Ingin kabur
79 Rencana kabur yang gagal
80 #80 Rasa sayang Kakak
81 Permohonan Hero
82 Penyesalan
83 Kasih sayang seorang Kakak
84 Pengumuman
85 Demi Alina
86 Bertemu Hero
87 Permintaan cerai
88 Bun, tolong Hero
89 Boleh 'kah Alina egois?
90 Kejadian yang sebenarnya
91 Caca
92 Mendapat penghargaan?
93 Hero ingin bertemu!!
94 Penghargaan
95 Hero yang keras kepala
96 Bertemu Bunda
97 Permintaan maaf Hero
98 Tidak ada yang namanya perceraian!!!
99 Kak, kamu keras kepala!
100 Pergi bersama?
101 Demi kedua anak?
102 Alisa yang terus mengganggu
103 Makan malam bersama keluarga Raihan
104 Cemburu
105 Mengalah
106 Sebuah ancaman
107 Menyelamatkan
108 Alina sayang ..., bertahanlah
109 Kebenaran yang akhirnya terungkap
110 Maaf Alina...
111 Aku sangat mencintaimu
112 Satu tahun kemudian
113 Surat
114 POV Hero dan alina
115 Lima tahun kemudian
Episodes

Updated 115 Episodes

1
#1 pernikahan paksa
2
#2 Seorang Hero
3
#3 Mendapat saingan musuh di hari pertama kerja
4
#4 Abian Angkasa, kakak pertama Alina.
5
#5 Menjemput kedua orang tua Alina
6
#6 Makan bersama
7
#7 Tanggungjawab?
8
#8 Kedatangan Hero
9
#9 Ke Mall bersama
10
#10 Keributan di Mall
11
#11 Apakah itu dia?
12
#12 Salah satu alasan menikahi Hero
13
#13 Menginap
14
#14 Hubungan yang renggang
15
#15 Permatanya keluarga Angkasa
16
#16 Apa Alasan Bian mengirim Alina keluar negeri saat itu?
17
#17 Kedatangan Hanny ke rumah sakit
18
#18 Pesan dari Hanny
19
#19 Ada hal yang aneh
20
#20 Berusahalah!!!
21
#21 Ada masalah apa?
22
#22 Belanja bersama ibu mertua
23
#23 Bukankah Alina sangat cantik?
24
#24 Menganggap sebagai Adik?
25
#25 Bodoh atau polos?
26
#26 Alina sakit?
27
#27 Wanita itu adalah ...
28
#28 Kedatangan Sahabat Alina, yaitu Belvita.
29
#29 Mencintai seseorang yang seharusnya tidak dicintai
30
#30 Alina adalah Permatanya keluarga Angkasa
31
#31 Awal menjadi dokter hebat
32
#32 Menangani pasien yang terkena wabah
33
#33 Alina yang penakut
34
#34 Permintaan seorang ibu
35
#35 Ada sesuatu hal yang aneh
36
#36 Dimana Belvita?
37
#37 Farah yang tidak terima
38
#38 Pernikahan Bian dan Belvita
39
#39 Pernikahan Sang Kakak
40
#40 Sepasang gantungan kunci
41
#41 Memaksa makan!
42
#42 Menukar gantungan kunci dengan sebuah janji
43
#43 Kehamilan Belvita.
44
#44 Kemarahan Bram saat itu
45
#45 Penolakan Hero saat itu
46
Berdebat dengan Syela
47
Ngedate bareng
48
Kesedihan Belvita
49
Jalan-jalan
50
Sebuah insiden.
51
Menjemput Sahabat Alina yang lain
52
Kekesalan Alina
53
#53 Apa Kakak menghindari Alina?
54
#54 Tinggal bersama Hanny sementara waktu
55
Siapa cinta pertama Hero?
56
Bertemu Caca
57
Identitas Caca
58
Pertemuan tak terduga
59
Hero cemburu?
60
Bekal makan siang
61
Kehamilan Alina
62
Hanny yang merasa senang
63
Dokter baru
64
Cek Kandungan
65
5 bulan kemudian.
66
Peragaan busana
67
Siapa itu?
68
Ngidam
69
#69 Hero cemburu?
70
#70 Tak menyangka
71
Mengabaikan
72
Periksa kandungan
73
Bertemu Alisa
74
Siapa yang Kak Hero cintai?
75
Alina menghilang
76
Fakta yang menyakitkan
77
Tentang masa lalu
78
Ingin kabur
79
Rencana kabur yang gagal
80
#80 Rasa sayang Kakak
81
Permohonan Hero
82
Penyesalan
83
Kasih sayang seorang Kakak
84
Pengumuman
85
Demi Alina
86
Bertemu Hero
87
Permintaan cerai
88
Bun, tolong Hero
89
Boleh 'kah Alina egois?
90
Kejadian yang sebenarnya
91
Caca
92
Mendapat penghargaan?
93
Hero ingin bertemu!!
94
Penghargaan
95
Hero yang keras kepala
96
Bertemu Bunda
97
Permintaan maaf Hero
98
Tidak ada yang namanya perceraian!!!
99
Kak, kamu keras kepala!
100
Pergi bersama?
101
Demi kedua anak?
102
Alisa yang terus mengganggu
103
Makan malam bersama keluarga Raihan
104
Cemburu
105
Mengalah
106
Sebuah ancaman
107
Menyelamatkan
108
Alina sayang ..., bertahanlah
109
Kebenaran yang akhirnya terungkap
110
Maaf Alina...
111
Aku sangat mencintaimu
112
Satu tahun kemudian
113
Surat
114
POV Hero dan alina
115
Lima tahun kemudian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!