“Bisakah Anda tidak usah sok akrab dengan kekasih orang lain?” tiba-tiba Farah datang dan langsung menerjang perempuan yang bernama Anggun itu, ia hendak menjambak tapi tertahan oleh Bian.
“Kenapa kamu cegah aku untuk menjambak rambut dia? lepasin! aku benar-benar mau buat kepala dia botak karena dengan tak tahu dirinya menggoda pacar orang lain.” Farah berusaha untuk menjambak wanita yang dihadapannya hingga ia menjadi meronta-ronta, seolah berusaha untuk dilepaskan. Tapi sayangnya Bian tidak melepaskan pegangannya itu, ia menatap Farah dengan tatapan sedikit tajamnya.
“Diam!”
Untuk pertama kalinya selama menjadi kekasih Bian, Farah kini melihat kekesalan yang terlihat tertahan di wajah Bian. Seakan laki-laki itu benar-benar sangat kesal dan marah dengan tingkah lakunya.
“Saat kamu menuduh aku berselingkuh aku hanya diam dan berusaha menjelaskan dengan sabar, bahkan saat kamu permalukan aku dengan sikap kekanak-kanakan kamu, aku juga tetap hanya diam. Setiap kali kamu melakukan kesalahan aku akan selalu meminta maaf, kamu meminta aku introspeksi diri aku lakukan. Tapi semua itu apa pernah kamu pikir dengan benar? kapan kamu sadar dengan tingkah kenakak-kanakan ini?” pertama kalinya seorang Abian Angkasa berbicara panjang lebar, ia sepertinya benar-benar merasa lelah dengan sikap dan perilaku kekasihnya yang semakin menjadi.
Bian tahu jika kekasihnya itu sangat mencintai dirinya, ia tahu dan mengerti akan kecemburuan dari Sang kekasih. Tapi apakah tidak bisa sedikit saja kekasihnya itu menurunkan egonya, Bian di sini sudah berjuang untuk mencintai Farah karena sangat menghargai pengorbanan dan usaha Farah untuknya.
Lalu setelah dirinya berhasil mencintai Farah, apa ini balas untuknya? apa sebuah kecurigaan itu balasan yang setimpal untuknya.
“Bian, kamu sebenarnya cinta sama aku atau nggak, aku justru di sini merasa lelah karena berfikir harus berjuang sendirian. Jika memang kamu tidak pernah mencintai aku kenapa harus terima aku?”
“Apa selama ini perhatian yang aku berikan dan bentuk kepedulian dariku hanya kamu anggap kebaikan biasa? ” kini Bian langsung bertanya pada intinya.
Harusnya memang dirinya tidak meributkan hal ini di depan umum, apalagi di depan kedua adiknya. Ia juga selalu diharuskan menjaga nama baik entah sebagai dokter atau nama baik keluarga Angkasa. Tapi entah kenapa emosinya hari ini tidak bisa terkendali, mungkin karena terlalu banyak hal yang dipikirkan oleh dirinya hingga hal itu membuatnya emosi seperti ini.
“Jika kamu memang sayang kamu harus tunjukin secara langsung padaku. Tunjukin kalau memang kamu benar-benar sayang dan perhatian padaku, jangan hanya bisa bersikap cuek dan datar kayak gini dong!” kesal Farah mengungkapkan perasaannya.
Bian hanya diam dan tersenyum datar, memang dia ingin seperti ini?
Sikap acuhnya dan datar itu memang sudah ada dari dirinya lahir, ia memang dingin dan tidak mudah untuk dekat dengan siapa-siapa kecuali dengan keluarganya. Makanya hal itu membuat dirinya sangat menghargai Farah yang berusaha keras mendekati dirinya.
“Kamu tahu orang-orang selalu bilang jika aku itu sangat mengemis-ngemis cinta kamu, sangat tidak tahu diri dan tidak punya rasa malu mengejar-ngejar kamu. Itu membuat harga diriku terluka!” lanjut Farah yang mengungkapkan rasa kesalnya itu.
Bian langsung menarik Farah dan hendak menjauh agar mereka tidak dikerumuni oleh orang-orang, meski Bian tahu jika kini mereka sedang menjadi pusat perhatian orang-orang.
“Nggak! aku masih tetap ingin di sini! aku masih tetap ingin ngomong sama kamu di sini! biarkan saja orang tahu! aku nggak peduli,” ucap Farah keras kepala.
“Bian, kamu tahu 'kan kalau aku benar-benar sayang dan cinta sama kamu? seberapa besar sayang dan cinta aku pada kamu jelas kamu yang paling tahu. Tapi di sini aku lelah, benar-benar lelah dengan semua ini. Kamu tidak bisa menjadi pasangan yang aku harapkan!” ucap Farah yang teriak diakhir kalimatnya.
“Memang pasangan seperti apa yang kamu harapkan?” tanya Bian langsung pada akhirnya.
“Teman-temanku juga memiliki pasangan sepertiku, tapi bedanya kekasih aku sangat dingin dan cuek, tidak seperti mereka yang bahagia bisa memiliki seorang kekasih yang perhatian dan peduli pada mereka. Aku juga ingin seperti mereka, Bian!” Farah menatap Bian dengan tatapan sengit dan berharap.
“Kalau begitu kenapa kamu tidak mencari pasangan sesuai yang kamu inginkan?” maksud dari perkataan Bian adalah, Farah bisa mendapatkan kekasih yang ramah dan perhatian di luar sana.
“Kenapa kamu nggak bisa menjadi pasangan seperti mereka?” tanya Farah lagi.
“Karena aku bukan mereka, aku adalah aku.”
“Ya setidaknya kamu berusaha dong, sedikit aja jangan hanya aku yang berusaha di sini!” kesal Farah yang semakin menjadi.
Bian merasa jika berdebat dengan Farah tidak ada habisnya, maka itu ia hanya bisa menatap kedua adiknya sebagai kode agar mereka pergi lebih dulu.
Alina dan Eron yang paham pun mengangguk, mereka lalu pergi dan berniat menunggu di luar Mall.
“Kamu tahu? selama ini aku juga berjuang, berjuang mencintai kamu tapi tidak pernah kamu ketahui akan hal itu. Berjuang untuk mengerti keadaan dan posisi kamu tapi kamu tak pernah mengerti itu,” bisik Bian tepat di telinga Farah. Ia tidak ingin Farah akan merasa malu dengan ucapannya di depan orang-orang, meski sebenarnya perilaku Farah tadi telah mempermalukan Bian di depan banyak orang.
..........
“Kak, maafin Alina. Gara-gara Alina Kakak sama Kak Farah jadi ribut,” ucap Alina menyalahkan dirinya sendiri. Ia menunduk sebagai bentuk rasa penyesalan.
Karena Hero ikut dengannya ke mall, hal itu menjadi awal mula terjadinya keributan. Dan Alina kini sedang menyalakan dirinya sendiri.
“Sejak kapan kamu menjadi orang yang bersalah dalam hal ini?” seperti biasa, Bian selalu berkata dengan kata yang terkesan datar dan acuh.
Tapi sebagai seorang adik, jelas Alina tahu bagaimana sifat kakaknya, dan Alina yakin suatu saat Farah akan menyesal telah berkata seperti itu kepada sosok Kakak yang menurutnya sangat sempurna.
Iya!
Bagi Alina Kakaknya sempurna, dia baik dan memiliki perhatian untuk orang-orang yang benar-benar ia perhatikan, hanya saja perhatian itu tertutupi oleh sikap acuhnya.
#####
Maaf jika terlalu mendrama.
Untuk para pembaca author hanya ingin ngomong satu hal, di sini author hanya ingin menjelaskan jika kita tidak bisa memaksa pasangan kita untuk menjadi seperti apa yang kita mau.
Mereka punya cara tersendiri dalam mencintai kita, dan tidak semua orang dingin itu hatinya memang dingin, mungkin bagi orang ramah dan terkesan gampang akrab dalam menunjukkan perhatian itu gampang, tapi untuk orang yang cuek dan terkesan kaku, hal itu memang hal yang sulit.
Tapi percayalah, mereka jika sudah cinta dan sayang sama satu orang, mereka akan setia. Hanya saja memang sifatnya itu yang sudah menjadi kebiasaan, kadang mereka akan merasa benci dan kesal kepada dirinya sendiri karena tidak bisa seramah dan seakrab orang lain.
Tapi menurut author, hal itu justru membuat mereka terlihat lebih spesial dan unik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments