Gadis Ceroboh Pemikat Tuan Pemarah

Gadis Ceroboh Pemikat Tuan Pemarah

Alih Profesi

Ais adalah anak sulung dari tiga bersaudara, dia punya dua adik laki-laki kembar yang kini duduk di bangku sekolah kelas enam Sekolah Dasar. Sedangkan Ais sendiri saat ini sudah lulus SLTA. Tapi karena terbenturnya biaya, dia pun tak bisa melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.

"Ais, ayah ingin bicara padamu sebentar bisakah?" tanya Ayah Lukman.

"Bicara saja, ayah. Ada apa sebenarnya?" tanya Ais penasaran.

"Ais, ayah kurang sehat. Apakah kamu bersedia menggantikan kerjaan ayah di kantor, Den Bagas? untuk menjadi sopir pribadinya dan merangkap sebagai cleaning servis?" tanya Ayahnya ragu.

"Hem, lantas bagaimana kerjaan aku sebagai sopir angkot ini, ayah? apa Juragan Wardi tidak marah padaku jika untuk sementara waktu aku berhenti sementara?" tanya Ais bingung.

"Biar nanti ayah yang bicara pada, Juragan Wardi. Dia kan temen ayah juga, pasti dia tak kan marah," ucap Ayah Lukman.

Saat itu juga Ayah Lukman datang ke pangkalan angkot milik Juragan Wardi, dia meminta izin padanya supaya Ais berhenti sementara menjadi sopir angkot.

"Wardi, aku ingin bicara sebentar denganmu bisa kan?" ucapnya ragu.

"Bicara saja tak usah sungkan, Lukman. Memangnya ada apa sih?" tanya Wardi.

"Aku ingin minta izin untuk sementara waktu Ais berhenti menyopir dulu. Karena untuk sementara waktu ia akan menggantikan kerjaan aku, aku nggak enak jika tidak ada yang menggantikan aku di kantor. Nggak apa-apa ya, aku sedang sakit seperti ini," ucap Lukman memelas.

"Iya, Lukman. Kamu lekas sehat ya, oh iya ini ada sedikit uang bisa kamu gunakan untuk ke dokter," ucapnya seraya memberikan uang tiga lembar ratusan ribu rupiah.

"Nggak usah, Wardi. Kamu sudah mengizinkan anakku bekerja saja di sini aku sudah sangat berterima kasih," ucap Lukman tak mau menerima pemberian uang dari Wardi.

"Ayohlah, Lukman. Terima saja, kita kan sudah bersahabat sejak lama jadi kamu tak perlu sungkan. Anakmu dan anakku juga sudah bersahabat dari kecil. Jadi kamu bukan lagi orang lain bagiku, jadi tolong terima pemberianku ini yang tak seberapa," Wardi memaksa Lukman menerima pemberian uang darinya.

Hingga akhirnya Lukman pun menerima pemberian uang dari Wardi. Akan tetapi pada saat Lukman akan menerima pemberian uang dari Wardi, tiba-tiba uang tersebut di rampas oleh istri Wardi yakni Warsem.

"Enak saja, ngasuh uang ke Lukman! aku juga butuh banyak uang, kenapa uang di bagi-bagikan begitu saja!" bentak Warsem melotot tak suka pada Lukman.

"Warsem, berikan uang itu. Kasihan Lukman sakit, pasti dia butuh uang untuk ke dokter," pinta Wardi namun Warsem tak peduli dia malah berlalu pergi membawa uang hasil rampasan dari tangan Lukman.

"Lukman, maaafkan istri saya ya." Wardi menangkupkan kedua tangannya di dada.

"Ya nggak apa-apa, Lukman. Aku pamit pulang ya, mau istrirahat tidur."

Saat itu juga Lukman pulang ke rumah dan menyampaikan perihal izin yang telah di setujui oleh Wardi.

"Bagaimana, ayah? apakah Juragan Wardi mengizinkan aku untuk tidak narik angkot dulu?" tanya Ais penasaran.

"Sudah, nak. Sekarang kita ke rumah, Den Bagas. Jika Minggu dia kan seringnya di rumah."

Kebetulan rumah Bagas tak jauh dari rumah Ais, hingga hanya perlu berjalan kaki saja selama lima menit telah sampai di rumah mewah yang di huni oleh Bagas dan kedua orang tuanya.

"Pak Lukman, mari masuk. Ini anak gadisnya, cantik sekali?" sapa Nyonya Eti ibu dari Bagas.

"Iya, nyonya. Ini anak sulung saya." Ais pun menyalami Nyonya Eti.

"Saya kemari ingin bertemu dengan, Den Bagas."

"Sebentar saya panggilkan dulu ya, pak." Nyonya Eti masuk ke dalam untuk memanggil Bagas.

Dan kebetulan sedang bermain catur dengan papahnya yakni Tuan Broto.

"Bagas, di luar ada Pak Lukman katanya ingin bicara padamu," ucap Nyonya Eti.

Bagas menghentikan aktivitasnya dan dia beranjak bangkit dari duduknya melangkah ke arah ruang tamu di ikuti oleh orang tuanya yang juga penasaran dengan maksud dan tujuan kedatangan, Bagas beserta anak gadisnya.

"Ada apa, Pak Lukman?" tanya Bagas singkat.

"Begini, Den. Saya sedang kurang sehat, jadi untuk sementara waktu saya wakilkan kerjaan saya pada anak saya ini," ucap Lukman.

"Memangnya anak Pak Lukman bisa mengemudi?" tanyanya ketus.

"Bisa, Den. Tiap hari dia juga bekerja membantu saya dengan menjadi sopir angkot," ucap Lukman.

"Ya ampun, Pak Lukman. Masa anak gadis bapak jadi sopir angkot sih? mending menjadi menantu saya saja," celoteh Broto membuat Bagas sangat kesal.

"Pah, ngomong apa sih? masa papah mau punya menantu sopir angkot? nggak level banget sih?" ucap Bagas ketus.

"Memangnya kenapa, di hadapan yang kuasa itu tidak ada bedanya. Semuanya sama statusnya hanya iman dan takwa yang membedakan," ucap Broto.

"Sudahlah, pah. Tak usah begini aku tak suka!" Bagas sudah mulai terpancing amarah.

"Pah, sudahlah jangan menggoda Bagas. Sudah tahu anak kita ini gampang marah, masih saja papah becandain," ucap Eti mencairkan suasana.

Kini papahnya tak berkata lagi, dia hanya diam pada saat di tegur oleh istrinya.

"Ya sudah, mulai besok kamu menggantikan bapakmu. Tetapi apa kamu sudah paham kinerja atau cara kerjamu apa saja?" tanya Bagas ketus menatap tajam ke arah Ais.

"Iya, den. Saya sudah paham kok. Karena ayah saya sudah menjelaskan semuanya secara detail," Ucap Ais.

"Hem, ya sudah nggak apa-apa Pak Lukman. Siapa namamu?" tanya Bagas menatap ke arah Ais.

"Nama saya Aisyah biasa di panggil Ais, den." jawabnya singkat.

Setelah itu Lukman dan Ais pulang.

*****

Pagi menjelang, Ais sudah siap untuk menggantikan posisi ayahnya bekerja sebagai sopir pribadi dan cleaning servis di kantor Bagas. Dia hanya mengenakan atasan kaos dan bawahan celana 7/8 serta topi.

Pakaian yang biasa dia kenakan jika menjadi sopir angkot.

"Hem, kamu sudah datang. Kenapa kamu berpakaian seperti ini? tidak sopan sekali!" cibir Bagas menatap tak suka pada Ais.

"Lantas saya harus berpakaian apa, den? nggak mungkinnya saya berpakaian milik ayah saya, kegedean den," ucap Ais terkekeh dia membayangkan memakai pakaian seragam sopir milik ayahnya.

"Heh, siapa suruh kamu tertawa? memangnya ada yang lucu?" hardik Bagas.

"Ih, tampan sih tampan. Tapi sayang galaknya minta ampun," gumamnya masih bisa di dengar oleh Bagas.

"Heh, tadi kamu ngomong apa barusan?" Bagas menghampiri Ais hingga wajah mereka sangat dekat sekali.

"Nggak, aku nggak ngomong apa-apa kok. Aden saja yang salah dengar," ucap Ais ketus.

"Cepat masuk dan kita langsung ke kantor nanti aku beri kamu seragam sopir dan seragam cleaning servis!" perintah Bagas.

"Siap, den."

Terpopuler

Comments

heni diana

heni diana

Baru baca bab pertma aja kyanya bkln kocak bngt nie thor...

2022-09-27

1

Defi

Defi

lnjut thor

2022-09-26

1

lihat semua
Episodes
1 Alih Profesi
2 Banyak Ulah
3 Marah Besar
4 Senjata Makan Tuan
5 Malu
6 Ais Masuk Rumah Sakit
7 Kritis
8 Sadar Juga & Lewati Masa Kritis
9 Kembali Ke Rumah
10 Gadis Yang Baik
11 Ternyata Oh Ternyata
12 Mulai Mengagumi
13 Keseruan Di Pangkalan Angkot
14 Ada-Ada Saja
15 Iseng
16 Keseruan Saat Memasak
17 Kesialan Yang Di Alami Bagas
18 Menemani Ke Pengadilan
19 Kedatangan Teman Semasa SLTP
20 Resah Gelisah
21 Rasa Penasaran Orang Tua Bagas
22 Menahan Rasa Malu
23 Bersikap Kaku
24 Enggan Mengakui
25 Memaksa & Terpaksa
26 Sedikit Berubah
27 Mulai Tumbuh Rasa
28 Mulai Cemburu
29 Di Balik Kecerobohannya
30 Nasehat Orang Tua
31 Sakit
32 Kedatangan Rindi
33 Emosi
34 Bentrok
35 Penyesalan Yang Tiada Berguna
36 Hati Yang Tak Menentu
37 Penasaran
38 Kembali Bertemu Lagi
39 Masih Ragu
40 Keras Kepala
41 Mulai Di Respon
42 Curhatan Ais Pada Lukman
43 Mengintai
44 Terlalu Manja
45 Surprise
46 Akhirnya Jujur
47 Ikut Memasak
48 Sama-Sama Cemburu
49 Resmi Pacaran
50 Mencoba Menghasut
51 Tak Rela
52 Ribut Kembali
53 Ancaman Setyo & Rindi
54 Berhasil Mendapatkan Rekaman Video CCTV
55 Mati Kutu
56 Kalah Juga
57 Kecewa
58 Saling Curhat
59 Mencari Lahan Untuk Restoran
60 Heran
61 Pergi Ke Luar Negeri
62 Penyesalan Setyo
63 Menolak Bantuan
64 Tak Ada Lagi Kesempatan
65 Bingung
66 Terharu
67 Sama-Sama Resah Gelisah
68 Mulai Balas Dendam
69 Keributan Yang Terjadi Di Restoran
70 Marah Besar
71 Agak Terhibur
72 Menemukan Jalan Buntu
73 Tawaran Kerja Sama
74 Ketahuan Juga
75 Kembali Lapor Polisi
76 Di Tangkap Polisi Kembali
77 Menghadiri Persidangan
78 Menjual Perusahaan
79 Jenguk Ais
80 Malu
81 Pertolongan Mendadak
82 Menolong Bibi
83 Sama-Sama Lega
84 Tidak Neko-Neko
85 Satu Bulan Kerja Di Rumah Ais
86 Ketahuan Broto
87 Rindi Berulah Lagi
88 Kemalingan
89 Tertangkapnya Maling
90 Keromantisan Dua Sejoli
91 Kebersamaan Dua Sejoli
92 Keakraban Ais Dengan Bu Ira
93 Rasa Kagum Aan
94 Kejujuran & Keramahan Ais
95 Kecewa
96 Permasalahan Rindi
97 Pernikahan
98 Akhir Kisah
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Alih Profesi
2
Banyak Ulah
3
Marah Besar
4
Senjata Makan Tuan
5
Malu
6
Ais Masuk Rumah Sakit
7
Kritis
8
Sadar Juga & Lewati Masa Kritis
9
Kembali Ke Rumah
10
Gadis Yang Baik
11
Ternyata Oh Ternyata
12
Mulai Mengagumi
13
Keseruan Di Pangkalan Angkot
14
Ada-Ada Saja
15
Iseng
16
Keseruan Saat Memasak
17
Kesialan Yang Di Alami Bagas
18
Menemani Ke Pengadilan
19
Kedatangan Teman Semasa SLTP
20
Resah Gelisah
21
Rasa Penasaran Orang Tua Bagas
22
Menahan Rasa Malu
23
Bersikap Kaku
24
Enggan Mengakui
25
Memaksa & Terpaksa
26
Sedikit Berubah
27
Mulai Tumbuh Rasa
28
Mulai Cemburu
29
Di Balik Kecerobohannya
30
Nasehat Orang Tua
31
Sakit
32
Kedatangan Rindi
33
Emosi
34
Bentrok
35
Penyesalan Yang Tiada Berguna
36
Hati Yang Tak Menentu
37
Penasaran
38
Kembali Bertemu Lagi
39
Masih Ragu
40
Keras Kepala
41
Mulai Di Respon
42
Curhatan Ais Pada Lukman
43
Mengintai
44
Terlalu Manja
45
Surprise
46
Akhirnya Jujur
47
Ikut Memasak
48
Sama-Sama Cemburu
49
Resmi Pacaran
50
Mencoba Menghasut
51
Tak Rela
52
Ribut Kembali
53
Ancaman Setyo & Rindi
54
Berhasil Mendapatkan Rekaman Video CCTV
55
Mati Kutu
56
Kalah Juga
57
Kecewa
58
Saling Curhat
59
Mencari Lahan Untuk Restoran
60
Heran
61
Pergi Ke Luar Negeri
62
Penyesalan Setyo
63
Menolak Bantuan
64
Tak Ada Lagi Kesempatan
65
Bingung
66
Terharu
67
Sama-Sama Resah Gelisah
68
Mulai Balas Dendam
69
Keributan Yang Terjadi Di Restoran
70
Marah Besar
71
Agak Terhibur
72
Menemukan Jalan Buntu
73
Tawaran Kerja Sama
74
Ketahuan Juga
75
Kembali Lapor Polisi
76
Di Tangkap Polisi Kembali
77
Menghadiri Persidangan
78
Menjual Perusahaan
79
Jenguk Ais
80
Malu
81
Pertolongan Mendadak
82
Menolong Bibi
83
Sama-Sama Lega
84
Tidak Neko-Neko
85
Satu Bulan Kerja Di Rumah Ais
86
Ketahuan Broto
87
Rindi Berulah Lagi
88
Kemalingan
89
Tertangkapnya Maling
90
Keromantisan Dua Sejoli
91
Kebersamaan Dua Sejoli
92
Keakraban Ais Dengan Bu Ira
93
Rasa Kagum Aan
94
Kejujuran & Keramahan Ais
95
Kecewa
96
Permasalahan Rindi
97
Pernikahan
98
Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!