Ada-Ada Saja

Seperginya Bagas dan Pak Lukman, Eti pun langsung menelpon Ais.

Kring kring kring kring

Ais terhenyak kaget pada saat dirinya sedang melajukan angkotnya.

"Ais, angkat saja siapa tahu itu penting. Sini biar aku yang mengemudi dulu, kita tukeran tempat,' ucap Aan.

"Siap, boskyuh."

Saat itu juga Ais menghentikan laju mobil angkotnya dan dia pindah ke pintu masuk angkot.

Sementara Aan yang mengemudikan angkotnya karena Ais akan menerima telpon.

"Nomor asing, siapa ya?" Ais pun langsung mengangkatnya.

"Hallo, maaf ini siapa?"

"Ini mamahnya Bagas."

"Oh Nyonya Besar, ada yang bisa saya bantu?"

"Begini, Ais. Nanti sore ke rumah ya, saya butuh bantuanmu bisa kan?"

"Oh bisa, Nyonya Besar. Sorenya jam berapa ya?"

"Sekitar jam lima sore saja."

Setelah sejenak menerima telpon, Ais pun menutup panggilan telponnya.

"An, sini aku lagi yang mengemudi," pinta Ais.

Aan pun menghentikan laju mobilnya dan bergantian lagi dengan Ais.

"Siapa sih, Is. Yang barusan menelpon?" tanya Aan penasaran.

"Majikan ayah, meminta aku datang ke rumah sekitar jam lima sore. Tapi aku nggak tahu untuk apa aku di minta datang," ucap Ais.

"Kenapa tadi kamu nggak tanya sekalian?"

"Nggak enaklah."

Tak terasa jam makan siang datang, Ais dan Aan menghentikan aktivitasnya. Bahkan sebelum makan siang, mereka berdua mampir ke sebuah mushola untuk menunaikan sholat dhuhur.

Pada saat mereka selesai solat, ada seseorang kepergok sedang mendongkel tip yang ada di mobil angkot.

"Heh, mau apa kamu?" bentak Aan langsung mencengkeram baju pemuda seumuran dirinya.

"Lah, apa situ nggak lihat? saya mau ambil ini tip, eh situ nggak usah brisik ya biar nanti hasilnya kita bagi dua, ok?" ucap pemuda itu membujuk Aan.

"Enak saja, asal kamu tahu ya! ini angkot milik ayahku!" bentak Aan melotot pada pemuda tersebut.

"Hah, aduhhh..maaf ya bang. Saya....

"Minta maafnya nanti di kantor polisi saja!" Aan menarik paksa pemuda tersebut keluar dari mobil angkotnya.

Sementara pemuda itu sama sekali tak ada rasa panik atau takut sama sekali pada saat di bawa ke kantor polisi oleh Aan.

"Bang, kan aku belum berhasil nyuri tipnya, kenapa masih mau di bawa ke kantor polisi?" tanya pemuda tersebut pura-pura bertanya.

"Walaupun kamu belum berhasil, tetap saja harus mempertanggung jawabkan semua ini. Kalau aku maafkan pasti nanti kamu nggak akan jeranya!"

Kebetulan kantor polisi nya tak begitu jauh, hingga Aan hanya berjalan kaki seraya tetap mencengkeram kerah baju pemuda itu.

Aan langsung melaporkan kejadian tadi pada salah satu aparat polisi. Dan aparat polisi yang sedang bertugas mulai menginterogasi pemuda itu.

"Kenapa kamu akan mencuri tip yang ada di angkot apa lagi di siang bolong seperti ini?" tanya salah satu aparat kepolisian pada saat memeriksa pemuda tersebut.

"Terpaksa, pak." Jawab pemuda itu sekenanya.

"Terpaksa bagaimana, apa karena kamu nggak punya uang untuk makan?" tanya aparat kepolisian lagi.

"Sebenarnya begini pak, dari pagi saya mencari kantor polisi tapi tidak ketemu. Saya tanya ke temen eh dia diam saja. Saya tanya ke orang juga pada diam nggak ada yang mau jawab."

"Saya jadi bingung, pak. Akhirnya ya ini salah satu cara saya untuk bisa sampai ke kantor polisi. Dengan saya pura-pura maling tip, nah adanya angkot ya saya masuk saja ke angkot dech."

"Alhasil cara saya ini amazing, dan saya bisa sampai ke kantor polisi ini. Keren juga kan pak ide saya ini?"

Mendengar apa yang di katakan oleh pemuda ini, Ais dan Aan heran. Juga para aparat kepolisian yang bertugas mengerutkan dahinya.

"Lantas untuk apa sih kamu mencari kantor polisi?" tanya salah satu aparat kepolisian lagi.

"Itulah pak, saya ingin membuat surat kelakuan baik. Karena saya akan mendaftar pekerjaan di luar kota tapi salah satu syaratnya ya itu punya surat kelakuan baik," ucap pemuda itu.

"Astaga...."

Aparat kepolisian tersebut menggelengkan kepalanya dan menghela napas panjang.

Aan dan Ais juga merasa kesal tapi juga geli ingin ngakak tapi mereka tahan karena masih ada di kantor polisi.

"Hah, ada-ada saja tuh cowo. Menyita waktu kita saja," ucap Aan masih saja heran dengan kekonyolan pemuda tadi.

"Woles bro, kalau rezeki nggak akan kemana. Noh lihat, penumpang sudah berjubel kan walaupun kita nggak keliling. Menurutku ini lumayan kok buat hiburan kita," ucap Ais terkekeh.

"Kita kan belum sempat makan siang, baru selesai sholat ada huru hara seperti tadi," ucap Aan manyun.

"No problem, bro. Kita narik dulu kasihan tuh penumpang sudah pada menunggu," ucap Ais.

Keduanya langsung melangkah cepat, dan Ais tak lupa menyapa para penumpang setelah itu melajukan angkotnya. Angkot Ais tak pernah surut dari penumpang.

Itu karena Ais terkenal ramah, dan mudah sekali bergaul. Di samping itu Ais juga suka bercanda.

Walaupun saat ini perutnya belum sembuh benar, tetapi Ais sama sekali tak manja. Dia tetap menarik angkot demi membantu ekonomi ayahnya.

Akan tetapi pada saat di lampu merah, Bagas sempat melihat Ais. Dia pun melaporkan hal itu pada Lukman.

"Pak, kenapa Ais masih saja narik angkot?" tanya Bagas ketus.

"Nggak kok, Den. Tadi pagi juga masih di rumah pada saat saya akan berangkat," ucap Lukman.

"Bapak lihat lewat kaca spion di belakang kita jarak dua mobil, bukankah itu Ais? pokoknya aku ingin Ais pulang, pak. Aku nggak mau nanti terjadi apa-apa pada jahitan luka di perut Ais, aku yang di salahkan," pintanya ketus.

"Baiklah, den. Sekarang juga saya akan minta Ais pulang," ucap Lukman.

Pada saat lampu sudah berganti hijau, mobil angkot Ais terlebih dahulu melewati mobil yang saat ini di tumpangi Bagas. Dan angkot tersebut berhenti sejenak. Hal ini tak di sia-siakan oleh Lukman. Dia pun menepikan mobilnya tepat di depan mobil angkot Ais berhenti pada saat menurunkan penumpang.

"Aduh mampus dech, kenapa bisa serba kebetulan seperti ini bertemu dengan, ayah?" batin Ais seraya menepuk jidatnya sendiri.

"Dasar anak nakal, sudah di bilang suruh di rumah saja malah narik angkot!" tiba-tiba Lukman menjewer telinga Ais.

"Aduhhh..sakit ayah," rengeknya.

"Pak, sebaiknya ajak sekalian Ais sama kita. Dengan begitu dia nggak akan keluyuran narik angkot lagi," perintah Bagas ketus.

"Baik, den."

"Ayok ikut ayah pulang, seharusnya kamu ayah kunciin saja di dalam kamar jadi nggak minggat!" Lukman menarik telinga Ais seraya membawanya melangkah ke mobil Bagas.

"Heh kamu, apa kamu ingin buat Ais celaka hah? sudah tahu luka jahitan dia itu belum kering benar. Dan Ais tak di izinkan aktifitas untuk jangka waktu satu bulan. Apa kamu ingin buat Ais celaka, hah?" bentak Bagas melotot ke arah Aan.

"Heh, situ nggak mikir ya? bukannya situ yang sudah buat Ais celaka hingga harus di opname dan sempat kritis?"

Terus saja keduanya malah bersi tegang.

Terpopuler

Comments

Ria Nasution

Ria Nasution

keras kepala

2022-10-15

1

Eka ELissa

Eka ELissa

cie...cie...bagas cmbokur tuh..😁😁
pnasaran kira"..bu bos undang ais krumah buat apaan ya...enrhlah hnya emak yg tau...

2022-10-14

2

heni diana

heni diana

Mas bags itu sebenernya udah ada hati sma ais cuman gengsinya aja d gedein..

2022-10-14

1

lihat semua
Episodes
1 Alih Profesi
2 Banyak Ulah
3 Marah Besar
4 Senjata Makan Tuan
5 Malu
6 Ais Masuk Rumah Sakit
7 Kritis
8 Sadar Juga & Lewati Masa Kritis
9 Kembali Ke Rumah
10 Gadis Yang Baik
11 Ternyata Oh Ternyata
12 Mulai Mengagumi
13 Keseruan Di Pangkalan Angkot
14 Ada-Ada Saja
15 Iseng
16 Keseruan Saat Memasak
17 Kesialan Yang Di Alami Bagas
18 Menemani Ke Pengadilan
19 Kedatangan Teman Semasa SLTP
20 Resah Gelisah
21 Rasa Penasaran Orang Tua Bagas
22 Menahan Rasa Malu
23 Bersikap Kaku
24 Enggan Mengakui
25 Memaksa & Terpaksa
26 Sedikit Berubah
27 Mulai Tumbuh Rasa
28 Mulai Cemburu
29 Di Balik Kecerobohannya
30 Nasehat Orang Tua
31 Sakit
32 Kedatangan Rindi
33 Emosi
34 Bentrok
35 Penyesalan Yang Tiada Berguna
36 Hati Yang Tak Menentu
37 Penasaran
38 Kembali Bertemu Lagi
39 Masih Ragu
40 Keras Kepala
41 Mulai Di Respon
42 Curhatan Ais Pada Lukman
43 Mengintai
44 Terlalu Manja
45 Surprise
46 Akhirnya Jujur
47 Ikut Memasak
48 Sama-Sama Cemburu
49 Resmi Pacaran
50 Mencoba Menghasut
51 Tak Rela
52 Ribut Kembali
53 Ancaman Setyo & Rindi
54 Berhasil Mendapatkan Rekaman Video CCTV
55 Mati Kutu
56 Kalah Juga
57 Kecewa
58 Saling Curhat
59 Mencari Lahan Untuk Restoran
60 Heran
61 Pergi Ke Luar Negeri
62 Penyesalan Setyo
63 Menolak Bantuan
64 Tak Ada Lagi Kesempatan
65 Bingung
66 Terharu
67 Sama-Sama Resah Gelisah
68 Mulai Balas Dendam
69 Keributan Yang Terjadi Di Restoran
70 Marah Besar
71 Agak Terhibur
72 Menemukan Jalan Buntu
73 Tawaran Kerja Sama
74 Ketahuan Juga
75 Kembali Lapor Polisi
76 Di Tangkap Polisi Kembali
77 Menghadiri Persidangan
78 Menjual Perusahaan
79 Jenguk Ais
80 Malu
81 Pertolongan Mendadak
82 Menolong Bibi
83 Sama-Sama Lega
84 Tidak Neko-Neko
85 Satu Bulan Kerja Di Rumah Ais
86 Ketahuan Broto
87 Rindi Berulah Lagi
88 Kemalingan
89 Tertangkapnya Maling
90 Keromantisan Dua Sejoli
91 Kebersamaan Dua Sejoli
92 Keakraban Ais Dengan Bu Ira
93 Rasa Kagum Aan
94 Kejujuran & Keramahan Ais
95 Kecewa
96 Permasalahan Rindi
97 Pernikahan
98 Akhir Kisah
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Alih Profesi
2
Banyak Ulah
3
Marah Besar
4
Senjata Makan Tuan
5
Malu
6
Ais Masuk Rumah Sakit
7
Kritis
8
Sadar Juga & Lewati Masa Kritis
9
Kembali Ke Rumah
10
Gadis Yang Baik
11
Ternyata Oh Ternyata
12
Mulai Mengagumi
13
Keseruan Di Pangkalan Angkot
14
Ada-Ada Saja
15
Iseng
16
Keseruan Saat Memasak
17
Kesialan Yang Di Alami Bagas
18
Menemani Ke Pengadilan
19
Kedatangan Teman Semasa SLTP
20
Resah Gelisah
21
Rasa Penasaran Orang Tua Bagas
22
Menahan Rasa Malu
23
Bersikap Kaku
24
Enggan Mengakui
25
Memaksa & Terpaksa
26
Sedikit Berubah
27
Mulai Tumbuh Rasa
28
Mulai Cemburu
29
Di Balik Kecerobohannya
30
Nasehat Orang Tua
31
Sakit
32
Kedatangan Rindi
33
Emosi
34
Bentrok
35
Penyesalan Yang Tiada Berguna
36
Hati Yang Tak Menentu
37
Penasaran
38
Kembali Bertemu Lagi
39
Masih Ragu
40
Keras Kepala
41
Mulai Di Respon
42
Curhatan Ais Pada Lukman
43
Mengintai
44
Terlalu Manja
45
Surprise
46
Akhirnya Jujur
47
Ikut Memasak
48
Sama-Sama Cemburu
49
Resmi Pacaran
50
Mencoba Menghasut
51
Tak Rela
52
Ribut Kembali
53
Ancaman Setyo & Rindi
54
Berhasil Mendapatkan Rekaman Video CCTV
55
Mati Kutu
56
Kalah Juga
57
Kecewa
58
Saling Curhat
59
Mencari Lahan Untuk Restoran
60
Heran
61
Pergi Ke Luar Negeri
62
Penyesalan Setyo
63
Menolak Bantuan
64
Tak Ada Lagi Kesempatan
65
Bingung
66
Terharu
67
Sama-Sama Resah Gelisah
68
Mulai Balas Dendam
69
Keributan Yang Terjadi Di Restoran
70
Marah Besar
71
Agak Terhibur
72
Menemukan Jalan Buntu
73
Tawaran Kerja Sama
74
Ketahuan Juga
75
Kembali Lapor Polisi
76
Di Tangkap Polisi Kembali
77
Menghadiri Persidangan
78
Menjual Perusahaan
79
Jenguk Ais
80
Malu
81
Pertolongan Mendadak
82
Menolong Bibi
83
Sama-Sama Lega
84
Tidak Neko-Neko
85
Satu Bulan Kerja Di Rumah Ais
86
Ketahuan Broto
87
Rindi Berulah Lagi
88
Kemalingan
89
Tertangkapnya Maling
90
Keromantisan Dua Sejoli
91
Kebersamaan Dua Sejoli
92
Keakraban Ais Dengan Bu Ira
93
Rasa Kagum Aan
94
Kejujuran & Keramahan Ais
95
Kecewa
96
Permasalahan Rindi
97
Pernikahan
98
Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!