Bagas merasa kesal pada saat orang tuanya membela Ais. Dia sama sekali tak menyangka akan hal itu.
"Apa sih spesialnya gadis barbar itu, hingga orang tuaku saja sampai membelanya terus," batinnya kesal.
Tetapi Bagas tak mampu lagi membantah segala ucapan dan nasehat dari orang tuanya. Hingga dia hanya mengiyakan saja apa yang di nasehatkan Broto padanya.
"Sudah belum ngomongnya, pah? jika sudah aku akan berangkat ke kantor lagi," ucapnya kesal.
"Hem, minta maaf dulu kamu pada Ais," pinta Broto.
"Yang benar saja, pah. Aku tidak mau! yang sudah membuat malu kan dia bukan aku, tetapi kenapa malah aku yang yang harus minta maaf padanya! seharusnya dia yang minta maaf padamu, pah!" bantah Bagas tak suka dengan apa yang telah di perintahkan oleh Broto.
"Tuan Besar, saya sudah memaafkan Den Bagas kok. Jadi tak perlu dia meminta maaf pada saya. Ayo den kita berangkat sekarang," ucap Ais.
"Kamu lihat itu, pada dasarnya Ais ini gadis yang baik. Hanya saja kamu yang selalu saja mencari permasalahan dengannya!" ucap Broto kesal.
Bagas tak berkata lagi, dia melangkah masuk ke dalam mobilnya diikuti oleh Ais. Ais segera melajukan mobilnya menuju ke kantor Bagas.
"Senang, bangga ya kamu. Orang tuaku selalu saja membelamu," celetuk Bagas tiba-tiba, namun Ais sengaja tak berkata apapun.
"Heh, kamu tuli ya? aku ngomong kok diam saja!" bentak Bagas akan tetapi Ais tetap diam saja.
Hingga pada akhirnya Bagas pun diam tak berkata lagi. Dia lelah sendiri karena ucapannya tak di hiraukan oleh, Ais.
Pada saat baru seperempat perjalanan, Bagas meminta Ais untuk menerobos lewat jalan pintas karena dia akan ada acara meeting dadakan supaya cepat sampai di kantor.
Hingga Ais pun menuruti kemauan Bagas dengan lewat ke sebuah perkampungan yang cukup sepi penduduknya dan hampir seperti sebuah hutan.
Tiba-tiba mobil yang di tumpangi mereka terhenti begitu saja membuat Ais terpaksa harus keluar dari mobil. Dan pada saat Ais memeriksa kondisi mobil, tiba-tiba ada seseorang memukul punggungnya dengan sepotong kayu.
Bug...
"Ahh..." saat itu juga Ais pingsan di tempat.
"Heh, apa-apaan kamu?" bentak Bagas yang masih ada di dalam mobilnya.
"Oh ternyata masih ada orang, cepat kamu keluar dan serahkan harta benda yang kamu punya!" bentaknya memaksa Bagas untuk keluar dari mobilnya.
Seketika itu juga Bagas keluar dengan membuka keras pintu mobilnya hingga mendorong tubuh preman itu menjauh.
"Heh, bro . Dia nantangin kita berdua. Sebaiknya kita hajar saja dia kalau perlu kita habisi sekalian nyawanya!" ucap salah satu preman kepada temannya.
Dan saat itu juga dia preman tersebut menghajar habis-habisan si Bagas. Hingga Bagas tak berdaya, dan salah satu preman mengeluarkan pisaunya, sedang preman yang satunya mencekal kedua lengan Bagas di arahkan ke punggung Bagas.
Pada saat pisau itu akan di tusukkan ke perut Bagas, tiba-tiba Ais sudah sadar dari pingsangnya. Secepat kilat Ais menghadang pisau itu hingga pisau itu menusuk perut dirinya bukan perut Bagas.
Tak berapa lama , melintaslah beberapa warga setempat hingga mereka menolong Bagas dan Ais. Akan tetapi dua preman tersebut berhasil melarikan diri.
Ais terkapar tak sadarkan diri dengan pisau menancap di perutnya dan darah mengucur dengan derasnya. Bagas sangat panik dan gemetar. Dia lantas mengangkat tubuh Ais kedalam mobilnya di bantu oleh para warga. Dan Nafas segera melarikan Ais ke rumah sakit terdekat.
"Ya Allah, Ais. Kamu rela mengorbankan nyawamu demi aku setelah apa yang sering aku lakukan padamu selama ini," Bagas terus saja panik melihat kondis Ais.
Dia sangat khawatir jika terjadi hal buruk padanya, lantas bagaimana dia harus berkata pada ayahnya?
Tak berapa lama, sampailah Bagas di rumah sakit terdekat. Ais segera di larikan ke ruangan UGD, sedangkan Bagas juga mendapatkan perawatan medis atas luka-luka memar di wajahnya.
Luka yang di alami oleh Bagas tidaklah begitu parah, berbeda dengan luka yang saat ini di alami oleh Ais. Hingga hanya beberapa menit saja perawat telah selesai menangani luka pada Bagas.
"Aduh, bagaimana aku memberi tahu akan hal ini pada, Pak Lukman? sedangkan saat ini kondisi Pak Lukman belum sehat benar."
Bagas mondar mandir di depan UGD, dimana saat ini Ais sedang mendapatkan perawatan intensif.
Akhirnya Bagas memutuskan untuk menelpon orang tuanya saja. Karena dia tak tega jika harus menelpon pada, Pak Lukman.
"Pah, cepatlah datang ke rumah sakit Medika Farma di ruang UGD sekarang juga."
"Astagfirullah alazdim, apa yang kamu alami sampai harus masuk rumah sakit?"
"Bukan aku pah, tetapi Ais saat ini sedang di tangani di ruang UGD. Aku ada di depan ruangan."
Setelah mengatakan hal itu, Bagas menutup telponnya. Sementara Broto segera ke rumah sakit dengan mengajak Eti istrinya. Mereka masih saja di liputi oleh rasa tanda tanya dan penasaran dengan apa yang menimpa Ais.
"Tadi papah nggak tanya pada Bagas? bagaimana dia sampai ada di ruang UGD?" tanya Eti penasaran.
"Belum sempat papah bertanya, tetapi Bagas sudah mematikan panggilan telponnya, mah," jawab Broto.
"Pah, apa nggak sebaiknya kita juga memberitahu, Pak Lukman tentang hal ini?" tanya Eti meminta persetujuan.
"Sepertinya jangan dulu dech, mah. Kita lihat dulu bagaimana kondisi Ais dan juga apa penyebabnya hingga dia masuk ruang UGD," saran Broto.
Tak berapa lama sampailah sepasang suami istri paruh baya ini di rumah sakit Medika Farma. Dan mereka langsung melangkah dengan cepat ke ruang UGD.
"Bagas, bagaimana Ais bisa masuk rumah sakit. Dan bajumu itu penuh sekali dengan darah. Apa yang kamu lakukan pada Ais?" tanya Broto penasaran dan cemas.
"Pah, jangan berprasangka buruk padaku. Walaupun aku tak suka dengan sikap barbar Ais, aku tak melakukan tindakan jahat seperti ini."
Bagas menceritakan pada orang tuanya bagaimana awal mula kejadian itu hingga Ais masuk UGD.
"Bagas, kamu lihat kan? Ais yang selama ini kamu anggap buruk dan selalu saja kamu musuhi karena kecerobohannya malah mengorbankan nyawanya untukmu, walaupun dia tahu kamu tak suka padanya," ucap Broto.
"Iya, Bagas. Mamah juga sudah sering berkata jika sebenernya Ais ini gadis yang baik tetapi kamu tak pernah dengar ucapan mamah. Kamu selalu saja memusuhi dirinya."
"Jika gadis lain, takkan mau melakukan hal seperti Ais. Setelah apa yang kamu lakukan padanya. Tetapi tidak dengannya kan?"
Orang tuanya menyalahkan Bagas dengan apa yang terjadi pada Ais.
"Mah-pah, tolong jangan memojokkan aku seperti ini. Saat ini aku bingung bagaimana cara menjelaskan hal ini pada, Pak Lukman?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Eka ELissa
tu...kn gas...dmi kmu tu ais rela lindungin kmu...krna kmu adlh amnah dri ayah nya...mskipun kmu suka ngajak gelud tapi ais slalu respec ma kmu dn mlhn kocak ais bisa bikin kmu py dunia baru kn..😁😁smoga ais baik"....saja ya mak..
2022-10-12
1
Nonny
😘😘😘😘
2022-10-04
0
heni diana
Kyanya nie awal si bos pemarah jdi respek sma ais biar g kya tom and jerry terus klo ketmu.. Semoga ais segera sadar..
2022-10-04
1