Bagas kebingungan pada saat kursinya menempel pada celananya.
"Pasti anda bingung kan, kenapa malah anda terkena jebakan yang anda buat untukku? jangan mentang-mentang anda ini makan bangku kuliahan jadi bisa mengalahkan aku," ejek Ais seraya tersenyum sinis.
"Sialan, bagaimana bisa begini? bagaimana dia tahu kalau aku ingin menjebak dirinya. Bagaimana ini, aduh aku sungguh malu," batin Bagas seraya celingukan.
"Heh, kenapa kamu diam saja di saat bos kamu kena musibah? di tolong kek atau bagaimana?" ucap Bagas lirih.
"Bos, kamu bukan bos aku ya?aku hanya menggantikan posisi ayahku yang masih sakit. Kamu terkena musibah yang kamu buat sendiri kan, Baginda Raja Yang Terhormat,' ucap Ais terkekeh melihat betapa lucu Bagas pantatnya menempel kursi.
"Hem, baik. Kalau kamu tak mau menolong aku, jangan salahkan aku jika ayahmu aku pecat," ancamnya.
"Hem, bisanya cuma mengancam saja. Jika aku tak sayang ayahku, pasti aku tinggalin kamu."
Ais mendekati Bagas yang dari tadi berdiri dengan kursi menempel di pantatnya.
"Letakkan kedua telapak tangan anda pada meja, aku akan menarik kursi ini," pinta Ais.
"Hah, nanti celana mahal aku sobek dong," ucap Bagas lirih.
"Hanya ini satu-satunya cara untuk melepaskan kursinya. Jika anda tak mau ya sudah, pulang saja dengan membawa kursi di pantat anda! makanya jadi orang itu jangan jahat!" ejek Ais.
"Sudah mengejeknya, ini aku sudah bertumpu pada meja. Cepat ambil kursinya, aku malu di lihatin banyak orang," pinta Bagas tertunduk malu.
Ais pun dengan tenaga penuh menarik kursi yang menempel di celana Bagas.
"Brebettttt"
Apa yang Bagas takutkan benar-benar terjadi, celana kesayangannya sobek saat itu juga tepat di bagian pantat.
"Aduh, bagaimana ini?" Bagss menutupi pantatnya dengan kedua tangannya.
Sementara orang-orang yang ada di cafe semakin terkikik, begitu pula dengan Ais.
"Lepas jasmu kan bis untuk menutupi pantatnya itu," ucap Ais terkekeh.
"Ya ampun, kenapa aku tak terpikirkan dari tadi ya," batin Bagas langsung dia melepaskan jasnya untuk menutupi celananya yang sobek di bagian pantat.
Bagas lekas membayar makanan tersebut dan melangkah cepat ke parkiran mobil dan langsung masuk ke mobilnya di ikut oleh Ais.
Ais terus saja tertawa ngakak, sementara Bagas terus saja menatap tajam. tanpa senyuman sedikitpun ke arah Ais.
"Puas kamu ya, melihat aku di tertawakan orang banyak?" Bagas kesal sekali dengan Ais.
"Bukan puas lagi, tapi happy hhaaaaa.... makanya jangan pernah punya niat jahat pada seorang Ais jika tak ingin kena batunya sendiri hhhaaaaa..."
Bagas hanya bisa diam seraya mengepalkan tinjunya dan menggertakan giginya.
"Antar aku ke rumah saja, jangan ke kantor. Karena aku akan mengganti celana aku dulu," ucapnya pada Ais.
Ais sama sekali tak menjawab, dia melajukan mobilnya ke arah rumah tuannya.
Sesampai di pelataran rumah, Bagas turun telat di depan teras rumah dengan wajah murung. Kebetulan ada orang tuanya yang sedang duduk di teras.
"Mah, kenapa lagi dengan anak kita? kok wajahnya seperti itu sangat menyeramkan dari biasanya?" tanya Broto pada istrinya.
"Mana mamah tahu, pah. Coba kita tanyakan saja pada Ais, apa yang sebenarnya terjadi pada Bagas," ucap Eti.
Pada saat suami istri ini akan bertanya pada Ais, tiba-tiba ponsel Broto bergetar tanda ada notifikasi pesan masuk.
"Drt drt drt"
"Sebentar, mah. Papah buka pesan ini dulu."
Dan pada saat Broto membuka notifikasi chat pesan yang ternyata adalah sebuah video, dia tertawa terpingkal-pingkal membuat istrinya mengerutkan dahinya.
"Pah, kenapa sih ngakak begitu?" tanya Eti penasaran.
Broto tak kuasa untuk bercerita secara langsung karena dia masih saja tak bisa menghentikan tawanya. Broto hanya memberikan ponselnya pada Eti supaya dia melihat sendiri video yang membuatnya tertawa ngakak.
"Hhhaaaaa astaga jadi ini yang membuat Bagas melepas jasnya untuk menutupi pantatnya," ucap Eti.
"Astaga, papah juga bingung bagaimana bisa itu celana Bagas menempel di kursi seperti itu," ucap Broto.
"Ini papah dapat kiriman dari teman yang kebetulan sedang makan siang di cafe itu juga, mah. Tapi dia nggak tahu apa yang membuat celana Bagas menempel di kursi."
"Nanti kita tanyakan saja pada, Bagas atau pada Ais," ucap Eti mengusap matanya yang sempat berkaca-kaca pada saat tertawa ngakak.
Beberapa menit kemudian, Bagas telah berganti celananya.
"Bagas, duduklah sebentar. Papah dan mamah ingin bertanya padamu tentang satu hal," pinta Broto.
"Tanya apa sih, pah-mah. Aku sedang buru-buru," ucapnya singkat.
"Hanya sebentar saja kok, tidak akan lama," ucap Broto.
"Bagas, tadi Om Seno mengirimkan sebuah video." Broto menunjukkannya pada Bagas.
"Lantas apa yang ingin kalian tanyakan, ini semua ulah gadis barbar itu!" ucap Bagas ketus.
"Maksudnya bagaimana, kami kok jadi tak mengerti?" tanya Eti penasaran.
"Sudahlah, mah-pah. Intinya sejak ada gadis barbar itu aku selalu saja alami kesialan setiap harinya. Tapi Pak Lukman tak sembuh-sembuh, padahal aku sudah muak dengan gadis barbar dan ceroboh itu!"
Orang tua Bagas semakin tak mengerti dengan apa yang di katakan oleh Bagas.
"Masa dia tega berbuat seperti itu padamu sih?" Eti sama sekali tak percaya.
"Untuk lebih jelasnya sebaiknya kita tanyakan langsung pada, Ais. Jika memang Ais berulah seperti ini, akan papah nasehati," ucapnya.
Broto melangkah memanggil Ais.
"Aduh, sialan. Jika seperti ini pasti ketahuan kalau awalnya aku yang akan mengerjai dia," batin Bagas.
Namun Broto sudah terlebih dulu datang dengan Ais.
"Tuan-Nyonya, ada apa ya? kok saya menjadi berdebar-debar ya?" tanya Ais
"Ais apa kamu tahu bagaimana ini bisa terjadi pada, Bagas?" tanya Broto seraya menunjukkan video dimana celana Bagas menempel pada kursi.
"Hheeeee....begini ceritanya, Tuan-Nyonya."
"Heh, ceritanya lain kali saja. Ayok antar aku ke kantor sekarang juga," Bagas sengaja memotong perkataan Ais.
"Bagas, nanti dulu sebentar saja paling nggak ada lima menit Ais bicara," ucap Eti.
"Tapi, mah....
"Bagas, sudah diam saja kamu!" tegur Broto melotot ke arah Bagas.
Hingga dia tak bisa lagi membantah. Dan Ais pun menceritakan awal mula kejadian itu pada orang tua Bagas.
"Nyonya-Tuan, saya minta maaf. Memang saya yang melakukan hal itu, karena pada awalnya saya tak sengaja melihat, Den Bagas mengolesi lem pada kursi yang akan di duduki saya."
"Saya tahu jika dia ingin mengerjai saya, tapi sebelum itu terjadi saya tukar kursi tempat dia duduk dengan kursi yang akan di duduki oleh saya."
"Pada saat Den Bagas sedang lengah menerima telpon. Saya tukar saja kursinya. Hingga Den Bagas yang kena jebakannya sendiri yang awalnya untuk menjebak saya."
Mendengar cerita dari Ais, orang tua Bagas sama sekali tak marah pada Ais. Justru mereka langsung melotot ke arah Bagas.
"Bagas, kami tak suka tindakan kamu itu. Kami ingin hal ini tidak terjadi lagi, jangan pernah kamu ingin mencelakai atau menjebak Ais lagi, jika tak ingin kena tulahnya seperti ini," nasehat Broto.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Nur Chasan
😂😂😂 hebat km Ais ...jangan ngalah Ama Bagas biar pun dia bos km
2022-10-02
1