Setelah sampai di kantor, dengan gerak cepat Ais membukakan pintu mobil untuk Bagas.
"Silahkan, Baginda Raja." ucap Ais seraya menunduk hormat pada Bagas.
"Nggak usah bercanda bisa nggak? kamu pikir aku suka dengan banyolan kamu yang tak bermutu ini! cepat ikut aku sekarang dan kamu langsung ganti baju untuk tugas jadi cleaning servis." Pinta Bagas ketus tanpa ada senyum sedikitpun.
"Ih, ada ya orang kok kaku seperti ini. Hem, dulu Mamahnya ngidam apa ya?" batin Ais hingga tak sadar dia terkekeh sendiri sontak saja Bagas menoleh ke belakang berhenti sejenak.
Dan pada saat Bagas berhenti, Ais tak tahu hingga dia menabrak begitu saja tubuh Bagas. Karena dia jalan juga tak melihat ke depan.
"Astaga, Baginda Raja. Maafkan biyung emban ini,"
"Ih, kamu bisa nggak? jangan terus bercanda seperti ini! kalau jalan itu di pakai matanya jadi nggak nabrak!" ucap lantang Bagas seraya berkacak pinggang.
"Astaga, Baginda Raja kalau bicara itu pergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Masa iya, jalan suruh pakai mata? bukannya jalan itu pakai kaki ya, mata itu buat melihat?" ucap Ais terkekeh.
"Terus saja kamu seperti ini dan aku pastikan hari ini juga aku pecat kamu! biar ayahmu kehilangan pekerjaan!" ancam Bagas seraya melotot ke Ais.
Ais bukanya menunduk, dia malah membalas pelototan mata Bagas.
"Ih, mentang-mentang kaya! sombongnya minta ampun!" batin Ais kesal seraya tangannya mengepalksn tinjunya.
"Kenapa, mau marah, mau protes? di sini aku yang berkuasa jadi kamu harus menurut dan tak usah bertingkah! jika ingin menjadi pelawak itu bukan di sini tempatnya," ucap Bagas kesal.
"Hem, baik Den. Saya minta maaf."
"Ya sudah, kali ini saya maafkan kamu. Karena saya memandang ayahmu," ucap Bagas ketus.
"Hem, aku pun jika tak ingat ayah. Malas aku menggantikan posisi ayah," batin Ais.
Dia melanjutkan langkahnya mengikuti Bagas kembali. Dan pada saat di ruang khusus cleaning servis, Bagas meminta pada kepala bagian cleaning servis seragam untuk Ais.
"Mba, ini karyawan baru tapi untuk menggantikan posisi Bapak Lukman yang saat ini tidak berangkat karena sakit," ucap Bagas.
Saat itu juga kepala bagian cleaning servis tersebut memberikan seragam untuk Ais pada Bagas.
"Ini kamu ganti bajumu dengan ini, dan ingat jika jam makan siang kamu ganti lagi dengan baju sopir. Nanti aku beri seragamnya, terus setelah makan siang kamu ganti lagi dengan seragam cleaning servis."
"Ah ribet amat, kerja saja bolak balik ganti baju," gumamnya sempat terdengar oleh Bagas.
"Jika kamu tak mau ikut aturan ya sudah, sebaiknya tak usah bekerja di kantorku. Masih banyak kok yang mau kerja menggantikan posisi ayahmu," bentaknya berlalu pergi begitu saja.
Dengan sangat malas, Ais mengganti bajunya dengan seragam cleaning servis.
"Mba, aku harus ngepel dimana ini? maaf, aku belum hapal karena aku baru di sini," tanya Ais pada kepala bagian cleaning servis.
"Kebetulan jika jam pagi, kamu ngepel di ruangan Den Bagas. Dan dia bisa minum kopi di pagi hari," ucapnya.
"Kopi, maksudnya saya harus membuatkan kopi untuknya?" tanya Ais mengernyitkan alisnya.
"Hem, iya de. Ayahmu juga selalu seperti ini," ucapnya.
Ada terbesit niat usil di hati Ais, entah kenapa dia malah senyam senyum pada saat sedang membuat kopi untuk, Bagas.
"Tok tok tok "
Ais mengetuk pintu ruang kerja, Bagas.
"Masuk "
Ais segera masuk dengan membawa secangkir kopi untuk Bagas. Tanpa ada ucapan apa pun, Ais meletakkan secangkir kopi tersebut di atas meja kerja Bagas.
"Heh, memangnya kamu tak pernah di ajari sopan santun oleh ayahmu ya?" bentak Bagas.
"Apa lagi si, Baginda Raja? aku akan mengepel ruangan ini." Ais berlalu pergi mengambil alat untuk mengepel.
Tak lama kemudian dia datang lagi dengan peralatan pel nya.
"Heh, sini kamu?" Ais tidak mendekat tetapi dia malah celingukan ke seluruh penjuru ruangan.
"Kamu kesini sekarang!" Bagas kesal menunjuk ke arah Ais.
"Oh saya, habis anda memanggil tanpa ada nama. Heh heh, saya punya nama Den. Kalau memanggil saya itu Ais." Ais pun mendekat pada Bagas.
"Coba kamu bersikap sopan sedikit, masa menyajikan minuman saja tidak ada kata sepatah pun?" protes Bagas.
"Haduh, hidup kok di bikin ribet ruwet puyeng. Minum tinggal minum saja kok ribut," batinnya.
"Silahkan di minum kopinya, Den." ucap Ais.
Pada saat Bagas akan minum kopinya, dia langsung menjerit histeris dan tiba-tiba dia naik ke atas kursi kerjanya.
"Aahhhhh cicak....."
Ais pun mendekati cangkir kopi tersebut dan mengambil cicaknya.
"Ya ampun, den. Cuma cicak kok takut."
"Hih, aku bukannya takut tapi jijik! cepat buang cicak itu dan buang kopinya! kamu buatkan lagi kopi yang baru, lain kali di tutupi!" bentak Bagas.
Ais kesal tanpa ada suara dia mengambil cangkir kopi tersebut sambil membawa cicaknya. Setelah Ais keluar dari ruangan tersebut, Bagas bisa bernapas lega. Dia pun duduk kembali sambil celingukan.
"Untung saja kantor masuh sepi jadi tidak ada yang tahu teriakanku," batin Bagas.
Tak berapa lama, Ais datang lagi dengan membawa secangkir kopi yang baru.
"Silahkan minumnya, den." Ais meletakkan cangkir kopi tersebut di atas meja.
Lantas Bagas segera meminumnya dan dia sejenak terdiam.
"Kenapa kopi buatan Ais lebih enak dari pada buatan ayahnya ya?" batin Bagas.
Ais pun melanjutkan pekerjaannya dengan mengepel ruangan Bagas.
"Den, apa nggak sebaiknya anda keluar dulu supaya saya bisa fokus mengepelnya," ucap Ais.
"Enak saja kamu mengatur saya, di sini saya yang berhak mengatur kamu!" Bags tetap tak bergeming dari duduknya.
Ais pun tak berkata lagi, dia mulai mengepel lantai di ruang kerja Bagas.
"Brak... aduhh...."
"Astaga, den. Kan saya sudah katakan tadi supaya Aden di luar dulu sebentar. Lagi pula Aden ini bagaimana, sudah tahu saya sedang mengepel Paksi acara jalan-jalan. Ya akhirnya seperti berselancar kan?" Ais menahan tawanya.
"Heh, tolongin saya! "
Tetapi Ais malah lanjut mengepel tanpa mempedulikan Bagas.
"Ais!"
"Iya, den. Makanya kalau manggil saya jangan hah heh hah heh. Biar begini saya punya nama, den."
Ais mengulurkan tangannya untuk membantu Bagas bangkit dari jatuhnya.
Dengan sangat terpaksa Bagas menerima uluran tangan Ais.
"Sebenarnya aku malas menyentuh tangan kotormu ini. Pasti penuh dengan bakteri apa lagi sedang memegang kain pel," ucap Bagas ketus.
Hingga akhirnya Ais melepaskan pegangan tangannya pada tangan Bagas, hingga Bagas terjatuh lagi.
"Aaahhhh...sakit. .Aissss......".
"Iya, den. Katanya jijik dengan tangan saya yang kotor. Nanti saya ambil sesuatu yang tak kotor untuk membantu Aden bangun ya," Ais menahan tawanya seraya pura-pura mencari sesuatu.
"Sudah tak perlu, aku bisa bangun sendiri!"
"Lah itu anda bisa bangun sendiri, tetapi kenapa tadi manja minta di bantu bangunin, sudah tahu tangan aku kotor banyak bakteri karena sedang mengepel." ucap Ais
"Astaggaaaaa..... mimpi apa aku semalam ketemu wanita seperti ini...barbar dan ceroboh sekali..." batin Bagas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Eka ELissa
astaga..ini big bos datar bgt...dn ais kocak autho pusing tu big bos mu ais adepin kmu..😁😁
2022-10-12
1
Nonny
hhee
2022-09-28
0
heni diana
Gkgk ais ais... Bdain in d kntor sma d pangkalan angkot air bos kmu itu orngnya serius terus kaku g bisa d ajak becanda ais..
2022-09-28
0