Hari berikutnya, Ais berangkat ke kantor sudah mengenakan seragam sopir yang di berikan oleh, Bagas. Dia datang ke rumah Bagas lebih awal.
"Ais, pagi sekali kamu datang kemari?" sapa Eti mamahnya Bagas.
"Iya, Nyonya Besar. Saya sudah di kasih mandat sama Baginda Raja eh maaf Den Bagas untuk mencuci mobil dulu sebelum berangkat ke kantor," ucapnya ceplas-ceplos membuat Eti senyam senyum melihat tingkah Ais.
"Kamu sudah sarapan belum, Ais?"
Belum juga Ais menjawab, datanglah Bagas menyela pembicaraan.
"Untuk apa tanya sarapan pada gadis kampung dan barbar ini, mah," ejek Bagas tersenyum sinis.
"Bagas, kamu tak boleh seperti itu. Nggak baik, nak," tegur Eti.
Sementara Ais sibuk dengan mencuci mobil Bagas tanpa menghiraukan adanya Bagas.
"Heh, kalau nyuci mobil itu yang bersih yah ini mobil mahal."
Bagas menepuk bahu Ais hingga dia tersentak kaget dan dia tak sengaja menyemprotkan selang air ke wajah Bagas.
"Sialan, Aisssss ... " teriak Bagas.
"Maaf, Baginda Raja. Habisnya anda mengagetkan lamunan indah saya," ucap Ais tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
Sedangkan Mamah Eti tertawa terkikik pada saat melihat tingkah lucu Ais.
"Mamah, kenapa mamah malah menertawakan aku sih? mamah lihat sendiri kan, betapa cerobohnya dia dalam bekerja. Baru dua hari ini dia menggantikan ayahnya tetapi sudah banyak merugikan aku, mah. Hhhuhhhhh.. dasar gadis aneh," Bagas melotot ke arah Ais.
"Maaf, Den. Saya sengaja eh tidak sengaja." Ais menangkupkan kedua tangannya di dada.
Namun Bagas tidak menghiraukan permintaan maaf dari Ais, dia berlalu pergi dari hadapannya.
"Ampun dech, setiap aku dekat dengannya selalu saja mendapatkan kesialan yang beruntun. Kapan juga sih, Pak Lukman sembuh dari sakitnya?" gumamnya kesal.
"Bagas, kamu jangan galak seperti itu pada Ais. Kasihan dia loh," tegur Eti.
"Mah, kenapa malah membela gadis ceroboh itu sih? yang anaknya mamah sebenarnya siapa? malah mamah kasihan padanya bukan padaku yang basah kuyup seperti ini!" ucap Bagas sangat kesal.
Broto yang melihat Bagas basah kuyup juga memicingkan alisnya.
"Mah, ada apa dengan Bagas sampai basah seperti itu? apa dia habis jatuh atau bagaimana?" tanya Broto penasaran.
"Hheee, itu ulah Ais, pah. Sebenarnya Ais tak sengaja karena Bagas yang mengagetkan dirinya dengan menepuk bahunya, sontak dia menyemprot kan selang ke wajah Bagas."
Mendengar penjelasan dari istrinya, Broto juga sempat terkikik.
"Sepertinya Ais gadis yang lucu ya, mah?" ucap Broto.
"Iya, pah. Entah kenapa mamah juga suka sekali dengan kepolosan dan tingkah anehnya. Ada saja yang tingkahnya yang membuat mamah tertawa jika dekat dengannya," ucap Eti senyam senyum kala mengingat tingkah lucu Ais.
Sementara saat ini Bagas sedang melakukan ritual mandi paginya, dia berendam di bathup seraya melamun sendiri.
"Untung saja aku belum mandi, kalau sudah pasti aku akan semakin marah dan aku benar-benar pecat dia saat ini juga! aku jadi ada ide untuk membalasnya, tapi bagaimana cara membalasnya ya?" gumamnya seraya memikirkan cara untuk mengerjai Ais.
Sejenak Bagas tersenyum seolah telah menemukan cara yang tepat untuk membalas perbuatan Ais.
"Siap-siap saja kamu, Ais! aku akan membuatmu jera dan tak berulah lagi," batinnya.
Beberapa menit kemudian, Bagas telah rapi dan Ais juga telah siap di depan kemudinya.
"Heh, lain kali kalau baru datang jangan langsung memakai seragam sopir tetapi kamu pakai pakaian bebas dulu. Jadi nggak seperti ini, lihat dirimu itu basah seperti itu," ucap Bagas.
Namun Ais hanya diam saja tak merespon ucapan Bagas, dia fokus dengan kemudinya.
"Kamu tuli ya?" bentak Bagas.
"Saya kan sudah katakan, nama saya Ais bukan heh. Anda sendiri tak punya sopan santun tapi meminta saya untuk sopan pada anda," ucap Ais sekenanya.
"Beraninya kamu berkata seperti ini padaku! apa kamu ngga takut akibatnya hah!" ancam Bagas.
"Saya tidak takut, jika saat ini juga saya di pecat nggak apa-apa. Mending saya menjadi sopir angkot, dimana semua teman bisa saling menghormati dan menghargai. Tidak seperti anda, mentang-mentang anda ini kaya jadi bertindak seenaknya!" ucap Ais tanpa menoleh sedikitpun pada, Bagas.
"Heh, hentikan laju mobilnya! sekarang juga kamu turun biar aku mengemudi sendiri! dan mulai besok aku tak ingin melihat kamu menampakkan diri di hadapan aku!" bentak Bagas sudah tak bisa mengontrol emosinya.
"Baiklah."
Saat itu juga, Ais menghentikan laju mobilnya. Dia pun langsung keluar dengan membanting pintu mobilnya.
Kebetulan ada anak dari Juragan Wardi yang melintas sedang menyopir angkot. Ais langsung menghentikan laju angkot tersebut.
Angkot tersebut langsung berhenti, dan Ais duduk di depan bersama sang sopir yakni Aan anak dari Juragan Wardi.
"Ais, bukannya kamu menggantikan ayahmu menjadi sopir pribadi? lantas kenapa kamu di sini, apa tadi itu mobil bos kamu?" tanya Aan seraya terus mengemudi.
"Hem, iya. Sudah dech jangan cerita orang pemarah dan sombong itu, membuat aku ingin muntah saja," ucapnya ketus.
"Hem, iya dech. Btw kamu sudah sarapan belum?" tanya Aan.
"Belumlah, secara aku di minta datang pagi sekali untuk mencuci mobil dulu," ucap Ais.
"Ya sudah, nanti setelah aku antar penumpang ini kita sarapan bareng ya? di tempat biasa kita makan," ucap Aan.
"Siap,"
Aan anak pemilik angkot dan juga dia saat ini kuliah. Tetapi dia sama sekali tak gengsi jika sesekali menjadi sopir angkot. Jika ada mobil angkot yang nganggur dan dia sedang tidak ada jadwal kuliah, dia akan pergunakan waktunya untuk menarik angkot.
Dia berteman dekat dengan Ais, dan sudah sangat paham dengan sifat dan perilaku Ais. Tetapi bagi Aan sikap Ais itu lain dari pada yang lain. Dia bersikap seadanya dan tidak jaim seperti wanita pada umumnya.
Setelah beberapa menit, mengantar para penumpang. Aan mengajak sarapan di warteg langganan mereka. Ais makan dengan lahapnya.
"An, ini gratis kan? karena aku sama sekali tak punya uang," ucapnya sekenanya.
"Gratis, kalau kamu mau nambah juga boleh kok," ucap Aan.
"Tidak usah terima kasih, oh ya sebagai balas budi biar aku yang jadi kerneknya ya?" pinta Ais.
"Hem, memangnya kamu nggak bakal balik ke kantor? nanti ayahmu marah loh," ucap Aan.
"Ya sudah, kalau aku nggak diizinkan aku akan pulang saja dech. Bukannya sudah aku katakan jangan membahas dia lagi."
"Iya-iya, maaf. Sudah nggak usah ngambek, kamu boleh kok jadi kerneknya. Aku malah senang, karena kalau kamu jadi kerneknya, angkot aku ini laris manis," ucap Aan terkekeh.
Setelah mereka sarapan bersama, mereka narik angkot lagi dengan Ais yang menjadi kerneknya. Apa yang di katakan oleh Aan benar adanya, penumpang bejubel karena Ais pintar sekali menarik penumpang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Citra Merdeka
Seruuuu juga ini Thor....😆😆😆
2023-05-14
2
heni diana
Wah ais perempuan tangguh nie dri pda d tindas mending pergi aja ya ais awas bagas nnt kehilangan lho sma tingkah kocak dan keusilan ais
2022-09-29
0