Mendengar apa yang di katakan oleh Ais, hati Bagas merasa tersentil.
"Ais, aku minta maaf ya untuk apa yang telah aku lakukan padamu dulu. Aku jadi malu padamu karena setelah apa yang aku lakukan padamu, kamu masih saja peduli padaku," ucap Bagas tertunduk malu.
"Ya nggak apa-apa."
********
Beberapa menit kemudian, datanglah Lukman. Dia pun langsung memeluk tubuh Ais yang masih tergolek lemas.
"Alhamdulillah, Ais. Ayah sampai khawatir pada saat tahu kamu kritis,' ucapnyw seraya matanya berkaca-kaca.
"Ayah, aahh...sakit...."
Lukman tak sengaja menyenggol perut Ais. Sontak dia pun merasa khawatir.
"Aaduhh...maaaf...nak."
"Ayah tak perlu khawatir lagi ya, nanti kau aku sudah sehat pasti bantu ayah mencari nafkah lagi," ucapnya tersenyum.
"Ais, kamu sedang sakit seperti ini masih saja memikirkan ayah. Kamu tak usah memikirkan hal itu dulu, tapi fokus dulu dengan kesehatanmu itu," ucap Lukman.
"Ais, memangnya kamu benar-benar akan menjadi sopir angkot lagi?" tiba-tiba Bagas bertanya.
"Iya, Den. Karena itu pekerjaan yang aku tekuni selama ini," ucap Ais lirih.
"Jadi kamu tak akan kerja padaku lagi?" tanyanya lagi.
"Ya nggak lah, den. Ayah saya kan sudah sehat, dan saya juga sadar selama saya menggantikan ayah selalu saja membuat Aden marah. Jadi saya tak akan lagi menggantikan ayah, jika suatu hari nanti ayah butuh ganti juga lebih baik cari yang lain saja ya, ayah," ucap Ais lirih.
"Ya, Ais. Sudah jangan banyak bicara dulu, kamu mau makan tidak? ini ada jatah makan untukmu," ucap Lukman
"Ayah, aku nggak ingin makan. Jika diisi makanan perut masih terasa sakit," ucap Ais.
"Ais, jika kamu tak makan kapan akan sembuhnya dan kapan akan pulang?" tiba-tiba Bagas ikut bicara.
"Apa kamu ingin makan sesuatu biar aku belikan?" ucap Bagas.
"Nggak, den. Aku hanya ingin tidur saja, rasanya ngantuk sekali. Ayah, aku tidur dulu ya."
Saat itu juga Ais memejamkan matanya, sementara Lukman pamit pulang sebentar untuk mengurus dua adik Ais.
Seperginya Lukman, Bagas duduk di kursi dekat brankar.
"Jika di lihat-lihat sebenarnya kamu cantik juga ya, Ais. Entah kenapa aku sedih pada saat kamu katakan tak akan jadi sopirku lagi. Apakah sebegitu menyebalkannya diriku, dan sebegitu takutnya dirimu hingga tak mau lagi dekat denganku,' ucap Bagas
Dia tak sadar jika saat ini Ais belum benar-benar tidur hingga bisa mendengar apa yang di katakan oleh Bagas.
"Ehem, jadi sebenarnya Aden itu ada hati padaku ya," ucap Ais dengan mata masih terpejam tetapi bibirnya tersenyum.
"Ais, kamu nggak tidur? aku pikir kamu sudah tidur nyenyak. Berarti kamu dengar apa yang tadi aku katakan ya?" tanya Bagas menutupi rasa malunya.
"Dengar semuanya, den. Kenapa Aden sedih jika aku tak jadi sopir Aden lagi? bukannya senang ya, kan aku ini cuma pembawa masalah dan pembawa sial bagi Aden," canda Ais seraya membuka matanya dan terkekeh pelan.
"Ais........"
"Ya den, ada apa ya?" Ais masih terkekeh tetapi terhenti secara tiba-tiba dan meringis kesakitan.
"Ais, apa perutmu sakit lagi. Biar aku panggil dokter ya?" terlihat sorot kekhawatiran di wajah Bagas.
"Nggak usah, den. Mungkin karena aku terlalu semangat tertawa hingga seperti ini,' ucap Ais.
Mendengar apa yang di katakan oleh Ais, Bagas pun mengurungkan niatnya untuk memanggil dokter. Selagi bingung ingin berkataaoa, datanglah orang tua Bagas untuk menjenguk Ais.
"Alhamdulillah, Ais sudah sadar. Ais, terima kasih ya kamu sudah menolong anak kami," ucap Mamah Eti seraya mengusap lengan Ais.
"Sama-sama, Nyonya. Ini sudah kewajiban saya sebagai pengganti ayah saya," ucapnya lirih.
"Ais, apakah anak kami berbuat ulah lagi?" tanya Papah Broto terkekeh.
"Den Bagas, tidak pernah berulah kok Tuan Besar. Justru saya yang selalu membuat ulah. Maafkan saya ya, Den Bagas," ucap Ais lirih.
"Ais, kamu benar-benar gadis yang pemberani. Apa kamu tak berpikir pada saat menolong anak kami, kalau nantinya nyawamu yang akan terancam?" tanya Papah Broto heran.
"Tuan Besar, saya waktu itu tak berpikir apa pun. Hanya berpikir jangan sampai majikan saya terluka. Nanti yang ada saya kena marah oleh Tuan Besar dan Nyonya Besar serta ayah saya," ucap Ais.
"Lihat itu, Bagas. Di balik kecerobohan Ais dia itu tanggung jawab dalam bekerja. Dan tak takut apapun, bahkan rela mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkan nyawamu," ucap Mamah Eti.
"Iya, mah. Sudah nggak perlu dibahas terus, yang ada Ais semakin besar kepala dan merasa dirinya ini sangat berjasa terhadapku," Bagas kembali ke watak aslinya yakni mudah marah.
"Iya, Nyonya. Tak usah di bahas lagi, jika orang lain di posisi saya juga akan melakukan hal yang sama. Jadi tindakan saya ini sudah umum jadi tak perlu di puji," ucap Ais.
"Eh...belum tentu. Paling jika orang lai yang ada di posisi mu pasti lari tunggang langgang dan meninggal anak saya begitu saja. Tindakanmu ini memsng lantas di puji dan di acungi jempol." Papah Broto mengacungkan dua ibu jarinya, sedangkan Bagas terlihat murung dan tak suka karena orang tuanya terlalu memuji tindakan Ais.
*********
Satu minggu telah berlalu dari Ais pula dari rumah sakit. Dia tak ingin berdiam diri terus di rumah sehingga dia memutuskan untuk kembali bekerja menjadi sopir angkot. Dia tripikal gadis rajin.
"Ais, kamu sudah sembuh," sapa Juragan Wardi.
"Alhamdulillah sudah, Juragan. Saya datang kemari untuk mulai narik angkot lagi," ucap Ais.
"Ais, tapi kamu kan baru seminggu pulang dari rumah sakit. Pasti jahitan di perutmu belum kering benar," sela Aan yang tiba-tiba nongol dari dalam rumah.
"Insa Allah, aku nggak apa-apa kok. Aku ini kan kuat,' ucapnya seraya mengangkat satu lengannya di hadapan Aan.
"Kamu yakin, Ais?" tanya Juragan Wardi agak ragu.
"Saya yakin, Juragan Wardi. Tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa pada saya karena nyawa saya itu banyak," ucapnya terkekeh.
Ais memang bukan gadis yang manja, dia gadis yang mudah bergaul dan suka bercanda walaupun tindakannya memang sering ceroboh tanpa ada pemikiran dahulu.
Karena Ais terus memaksa hingga akhirnya Juragan Wardi mengizinkan Ais narik angkot kembali.
Sementara di rumah, Ayah Lukman sedang mencari Ais. Karena Ais pergi tak berpamitan pada ayahnya. Dia tak ingin di larang pergi oleh ayahnya. Hingga dia pergi secara diam-diam. Bahkan pada dua adiknya juga dia tak pamit.
"Pak Lukman, mau kemana?" tanya Aan pada saat berpapasan di jalan ketika dia akan berangkat kuliah.
"Lagi cari, Ais. Apa kamu lihat, dia pergi nggak pamit sama sekali padaku dan adik-adiknya," ucap Lukman.
"Ais narik angkot, pak. Tadi ke rumah aku," jawab Aan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Nonny
kebutuhan yg membuat Ais harus narik angkot ka😂😅🤣
2022-10-10
1
heni diana
Hayo bagas mulai ada hati ya sma ais..
Ya ampun ais kmu blom sehat bner lho dah narik angkot aja..
2022-10-10
0