Hanya beberapa menit saja telah sampai di rumah Ais.
"Is, kalau sidang lagi kamu datang lagi ya? mau kan jadi saksi lagi, carikan aku saran lagi supaya aku tak jadi bercerai dengan istriku ya," ucap Dahlan.
"Siap, mas. Jika perlu nanti aku bujuki istri Mas Dahlan ya supaya mengurungkan niatnya bercerai dari Mas."
"Sip, terima kasih ya Is. Ya sudah aku pamit pulang, dan kamu turuti nasehat ayahmu jangan narik angkot dulu, hingga luka di perutmu itu sembuh," ucap Dahlan mengingatkan.
"Iya-iya, bawel amat. Ceramah Mulu yang ada nggak pulang-pulang dong. Cepat pulang dan narik angkot jangan malas supaya rezeki banyak."
Ais pun lekas masuk ke rumah jika tidak seperti itu pasti Dahlan akan terus ngoceh yang akhirnya membuat dia tak pulang-pulang.
Baru saja beberapa menit duduk di teras halaman. Pada saat Ais akan masuk, dia pun kedatangan tamu lagi yakni beberapa teman semasa SLTPnya. Mereka memberikan surat undangan untuk reunian pada hari Minggu.
"Is, usahakan kamu datang ya di acara reunian kita?" pinta Bambang.
"Kalau nggak ada kamu nggak seru, Is," pinta Yono.
"Iya, Is. Datang ya Is, please. Kamu kan teman yang paling is the best," rayu Yoto.
Pada saat menempuh pendidikan di SLTP, Ais lebih akrab berteman dengan teman lelaki. Penampilan dulu lebih terlihat tomboy tidak seperti sekarang ini, sudah sedikit ada perubahan karena rambutnya mau di panjangin dan cara berpakaian juga sedikit berubah walaupun memakai rok jika menghadiri hajatan saja.
"Kalian ini dari dulu mah seperti ini hingga sekarang ya, kompak banget kalau membujuk orang sistim keroyokan," ucap Ais terkekeh
"Nah itu kamu sudah paham," ucap Bambang ikutan tertawa.
"Eh sekian lama kita nggak ketemu bagaimana kabar kalian sih? Yoto, aku sempat dengar kamu pacaran kan ya sama Ita. Lantas bagaimana hubungan kalian? padahal aku sempat dengar loh, kalian itu mau menikah kok undangan pernikahan nggak sampai di sini, apa aku nggak di undang ya?" tanya Ais penasaran.
"Orang tuanya nggak setuju, katanya tuh karena kami ini beda agamanya," jawab Yoto sekenanya.
"Oohh begitu, lantas bagaimana hubunganmu dengan si Tika, Yon?" tanya Ais pada Yono.
"Kalau aku justru orang tuaku yang nggak setuju, katanya beda etnik," jawab Yono.
Lantas Ais beralih menatap ke arah Bambang. Dia penasaran dengan temannya yang satu itu.
"Bambang Gentolet, aku juga sempat dengar kamu juga pernah kan ya pacaran dengan...siapa itu ya si Titi apa ya?" tanya Ais ragu karena dia lupa.
"Iya, Titi. Kamu juga kenapa putus?" tanya si Yono dan Yoto.
"Hah, putus juga? memang apa alasannya? tadi ada yang alasan beda agama, beda etnik. Lantas apa yang menyebabkan kamu putus dengan pacarmu itu, Mbang?" tanya Ais penasaran.
Sejenak Bambang menarik napas sepanjang-panjangnya, lantas ia baru bisa menjawab.
"Aku putus sama Titi karena beda ..... kelamin,"
Mendengar jawaban dari Bambang, semuanya melongo. Dan tiba-tiba Yono dan Yoto bergeser duduknya menjauhi Bambang.
"Astaghfirullah aldazim, kamu bercanda kan Mbang? ya ampun Mbang, masa iya kamu sukanya jeruk makan jeruk? bagaimana jadinya jika pedang dengan pedagang, Mbang? Yang namanya pacaran ya beda kelamin masa iya laki sama laki?" ucap Ais merasa tak percaya dengan apa yang di katakan oleh Bambang.
"Ya ila, Ais. Kamu itu nggak paham yang aku maksud beda kelamin? jadi aku pikir dia itu benar-benar wanita, tapi ternyata dia itu waria. Kan beda kelamin bukan wanita tapi pria?" ucap Bambang kesal.
"Ah Bambang mah dari dulu tulalit otaknya. Nggak bisa ngomong yang benar dech," ucap Ais.
"Huhh......kami pikir kamu benar-benar sudah ub normal. Sukanya jeruk makan jeruk," ucap Yono kesal.
"Seru juga nech pengalaman Bambang yang berpacaran dengan Titi. Mbang, coba ceritakan bagaimana bisa kamu tahu kalau Titi itu sama sepertimu?" tanya Ais dengan penuh semangat empat lima.
"Begini, pada saat kami sedang jalan berdua di sebuah puncak gunung. Kan tempatnya sepi ya. Si Titi itu kebelet kencing. Lah pada saat itu jauh dari pemukiman warga dan juga toilet umumnya juga jauh."
"Terus Titi pamit sama aku mau kencing di pepohonan saja. Tadinya aku itu punya niat yang buruk, ya ingin intip dia. Tanpa sepengetahuan dia, aku itu mengikuti dia ke balik pepohonan."
"Aku ngumpet kan, supaya Titi nggak lihat. Tapi ada yang aneh pada Titi, dia kok kencingnya sambil berdiri."
"Tak berapa lama, Titi teriak histeris manggil aku. Mas Bambang... tolong anuku ...
"Lah si Titi berbalik arah, secara otomatis aku bisa melihat karena celana Levis dia belum di tutup lagi. Dan aku terperangah pada saat melihat burung dia kejatuhan ulat bulu."
"Aku nggak tega juga, aku pun keluar dari balik persembunyian ku. Dan menolong si Titi, membuang ulat bulu yang menempel di burungnya."
Mendengar cerita dari Bambang, semuanya tertawa ngakak.
"Eh, kamu itu ke gunung pas malam apa siang?" tanya Ais lagi.
"Menjelang habis Maghrib, nah itu aku kesal banget sama dia! Katanya memang kalau menjelang malam menjadi Titi, tetapi kalau pagi hingga siang menjadi Toto."
Bambang menepuk jidatnya sendiri.
Sementara Ais dan dua temannya kembali lagi tertawa ngakak hingga memegangi perutnya.
"Aku juga salah sih, waktu awal ketemuan sama Titi juga malam-malam. Waktu itu dia sedang naik motor dan motornya ngadat nggak bisa jalan. Aku kenalan dengannya, dan aku pikir dia itu wanita tulen. Karena parasnya sangat cantik sekali dan waw gitu dech," ucap Bambang.
Jika mendengar keseruan cerita dari para teman Ais memang tidak akan bisa menghentikan tertawanya. Ada saja yang membuat Ais pasti tertawa.
Kini tingga salah satu temen Ais bertanya pada Ais.
"Is, dari tadi kamu terus yang tanyanya bagai seorang wartawan. Kini giliran aku tanya boleh kan?" ucap Yoto.
"Tanya saja."
"Pacar kamu orang mana, Is?" tanyanya.
"Nah ini ni, aku jadi ingat pada pada saat itu. Dimana aku datang di acara nikahan teman semasa SLTA. Ibunya dari temanku bertanya: Is , kapan kamu menyusul?"
"Padahal dia sudah tahu aku ini belum punya pacar, eh sengaja dia tanya seperti itu. Tapi aku kan bisa balas dia loh?" ucap Ais terkikik
"Bagaimana cara membalasnya?" tanya Yono penasaran.
"Kami bertemu lagi pada acara pemakaman suaminya. Lantas aku itu berkata: Kapan ibu menyusul?"
"Astaga, aku di tarik telinganya sama ayahku. Dan ayahku minta maaf pada si ibu itu."
Mendengar cerita Ais, ketiga temannya menggelengkan kepalanya.
"Pantas saja ayahmu marah, kamunya kurang ajar begitu," ucap Bambang.
"Bukan kurang ajar, kurang tepat hhhaaaaa," Ais tertawa ngakak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Eka ELissa
dasar ais kmu kocak...autho ibu itu murka lah kmu bilngin gtu...astaga
😁😁😁😁😁
2022-10-20
2
Nonny
iya ka, tadi aku up 2 bab.
Mkch ya ka support nya
2022-10-19
0
Nur Chasan
sering2 up Thor cerita enggak bosenin suka kerater ceweknya
2022-10-19
1