Isabella dan Hulsa berakhir berlutut di hadapan Greta dan Nyonya Seren. Mereka tidak sempat melarikan diri, Greta dengan cepat memergokinya.
"Dasar budak tidak tahu diri! beraninya kalian menginjakkan kaki di rumah ku!" seru Nyonya Seren. Wanita itu sedikit menjauh, ia tidak sudi berdekatan dengan seorang budak.
"Maafkan kami." dengan mulut bergetar, serta jemari yang saling meremmas karena ketakutan, Hulsa meminta maaf atas kelancangannya.
Isabella terduduk, ia pun sama merasa takut. "Maafkan kami Nyonya."
Greta membungkuk seraya berkata, "Saya akan memberi hukuman pada mereka nyonya."
"Ya mereka memang harus di hukum! kalau bisa potong kakinya karena telah berani melewati batas!" seru Nyonya Seren. Bagi para bangsawan, seorang budak tidaklah ada artinya, tentu hanya bangsawan yang memiliki hati busuk.. seperti Nyonya Seren.
Hulsa dan Isabella yang mendengarnya seketika berteriak histeris, mereka tidak mau kehilangan kakinya hanya karena sudah menyelinap masuk ke dapur.
"Tolong Nyonya, jangan hukum kami. Kamu belum sempat mengambil apapun. Maafkan kami Nyonya.. kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi." Hulsa terus memohon pengampunan pada nyonya Seren.
Greta segera bertindak menjauhkan Hulsa dari sang Nyonya. "Jangan berani mendekat."
Isabella memelas, "Maafkan kami Nyonya." ia tidak tega melihat Hulsa terkena hukuman hanya karena ingin membantunya. "Ini salah ku, aku yang meminta Hulsa menemani ku untuk menyelinap ke dapur." akunya.
"Ada apa ini? kenapa berisik sekali malam-malam." Markus datang kerena terganggu oleh suara berisik dari arah dapur. Pria itu langsung menundukkan kepala sebentar ketika melihat Nyonya Seren.
"Markus, hukum para budak ini. Mereka telah lancang masuk ke rumah ini." seru Nyonya Seren pada Markus.
Isabella yang sudah mengenal Markus segera mendekat, berjalan dengan kedua lututnya. "Tuan, tolong maafkan kami. Jangan hukum kami." ucapnya memelas.
Markus menghadap Nyonya Seren. "Nyonya, biarkan masalah ini saya yang mengurusnya. Nyonya bisa beristirahat kembali."
"Aku tunggu kabarnya. Jangan sampai kau membebaskan dua budak ini dari hukuman!" Nyonya Seren pergi, ia tidak mau berlama-lama berurusan dengan seorang budak. Ada Markus yang akan mengurusnya.
"Tuan Markus, Nyonya besar memberi hukuman berat pada mereka." Greta tak sampai hati mengatakan jika nyonya Seren menghukum dengan cara memotong kaki Hulsa dan Isabella.
"Ya, aku tahu. Pergilah, biar ini menjadi urusan ku." perintah Markus.
"Baik tuan." Greta menurut, ia pun pergi.
"Kau di cari tuan Ale, malah keluyuran di sini." ucap Markus dengan suara lirih agar Hulsa tidak mendengarnya.
"Aku lapar, nona Aluna menghukum ku.. tidak mendapatkan jatah makan selama dua hari."
Markus menghela, ia bergerak mengumpulkan makanan dalam satu wadah. "Simpanlah, dan kembali ke kamar kalian."
"Terimakasih tuan Markus." Isabella bersyukur, Markus menolongnya bahkan memberikan banyak makanan untuk ia simpan.
"Isabel, kenapa tuan Markus baik pada mu? apa kau mengenal dekat dengannya?" Hulsa merasa curiga. Tidak biasanya tuan Markus berbaik hati dengan seorang budak. Meskipun pria itu tidak kejam, tapi peduli dengan budak cukup membuat hatinya bertanya tanya.
"Aku tidak tahu dan tidak mengenalnya. Mungkin dia memang memiliki hati yang baik." jawab Isabella.
Hulsa menghela, "Tapi besok kita pasti di hukum."
"Maafkan aku Hulsa, semua karena ku." Isabella menyesali kecerobohannya.
"Sudahlah, semua sudah terlanjur. Berdoa saja supaya besok kaki kita tidak di potong sungguhan."
Mereka berdua kembali ke kamarnya. Belum lama Isabella mendudukkan diri di ranjang, pintu kamarnya terketuk kembali.
"Huft.. bisakah satu malam saja, aku tidak ke kamar itu?" gumamnya.
Benar saja, Emma terlihat di balik pintu kamarnya. Tuan Alejandro sudah pasti menginginkannya malam ini.
"Kau sudah meminum ramuan yang aku berikan?" tanya Emma saat mereka berjalan menuju kamar.
Isabella mengangguk. "Ya."
"Bagus."
***
Keesokan paginya, Isabella di kejutkan dengan Hulsa yang sudah di seret paksa oleh sejumlah orang.
"Hulsa!" teriak Isabella. Ia berlari menghampiri Hulsa. "Hentikan! lepaskan dia!"
"Hei! siapa kau! jangan mengganggu kami." rupanya Hulsa mendapatkan hukumannya hari ini.
"Isabel tolong aku." Hulsa merintih kesakitan. Pasalnya kedua tangannya sudah terikat di belakang punggung. Wanita itu sudah mendapat sedikit siksaan. "Isabel, aku tidak mau kehilangan kaki ku."
"Tolong lepaskan dia. Aku yang bersalah, jangan hukum dia!" serunya. Isabella rela menggantikan Hulsa.
Kedua pria bertubuh kekar tidak memperdulikan ucapan Isabella, mereka tetap membawa Hulsa untuk diadili. Hukuman yang sudah berlaku dari dulu, untuk seorang budak yang berani menginjakkan kakinya di rumah utama.
"Biarkan mereka nona Isabella.." Markus memperingati agar Isabella tidak berusaha untuk membebaskan Hulsa dan menggantikannya.
"Tapi kenapa hanya Hulsa? aku juga bersalah."
"Kau pengecualian." jawab Markus. Mana mungkin ia memberikan hukuman pada wanita tuannya. Markus akan berpikir dua kali menghukum Isabella. Ia tidak mau melukai kulit halus yang setiap malamnya akan disentuh oleh tuan Alejandro.
"Tolong Hulsa.. dia teman ku." Isabella memohon.
"Aku tidak bisa." Markus segera pergi.
Harapan Isabella pupus, "Hulsa maafkan aku."
Namun harapan itu muncul kembali ketika ia melihat Alejandro. Wanita itu bergegas menghampirinya.
"Tuan.. tuan.. tolong bebaskan Hulsa. Dia teman ku." Isabella memohon sembari berlutut.
"Mereka akan menghukum Hulsa. Tolong bebaskan dia." Isabella sampai meneteskan air mata. Ia akan merasa bersalah jika terjadi sesuatu yang buruk terhadap Hulsa. Isabella berharap Alejandro akan mengabulkan permintaannya, mengingat dirinya berulang kali naik ke atas ranjang tuan Alejandro.
Alejandro menatap Isabella, "Jika bersalah, maka harus di hukum." ucapnya. Alejandro tidak peduli dengan budak yang sedang menerima hukuman. Menerima hukuman sudah jelas karena melakukan kesalahan.
"Tapi.. dia temanku.." lirih Isabella.
"Lantas, aku harus peduli?"
Isabella memberanikan diri menatap Alejandro yang berdiri angkuh di hadapannya. "Sekali ini saja, tolong bebaskan teman ku, aku tidak mau dia kehilangan kakinya." deraian air mata sudah membasahi kedua pipinya.
"CK!" Alejandro berdecak kesal. Ia tidak berminat mengurus hal remeh seperti ini. "Dengar!" pria itu berjongkok, lalu mengapit dagu Isabella dengan jemarinya. "Dia hanya seorang budak, aku tidak peduli teman mu itu akan kehilangan kakinya ataupun nyawa!"
Mendengar itu dari mulut Alejandro, Isabella menatap tajam tuannya. "Kau memang iblis! tidak punya hati! aku membenci mu seumur hidup ku!"
Alejandro tertawa, "Kau membenci ku? tapi kau mendessah saat berada dibawah ku." ia menyeringai.
"Cuih!" Isabella meludah, seakan-akan ia meludahi wajah Alejandro. "Dasar iblis!"
Alejandro mengeram, rahangnya mengetat. Lagi-lagi Isabella membuatnya terhina. "Kau berani pada ku?Hem?"
"Kau mengatai ku iblis? baik, akan ku tunjukkan iblis yang sebenarnya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
ꭱⷽᴀᷡꭲᷡⲙⷽ ͽ֟֯͜᷍ꮴ🔰π¹¹™
perasaan ini cerita jahat g ada habisnya 🙄
2022-12-05
1
Julio Stevaning
hhhhhh,,, bagaikan berdiri di atas duri hidup Isabella
2022-11-03
0
Wirda Wati
dasar lk lk iblis...
2022-10-31
0