Ancaman dari Rossi

Isabella menatap wajah Alejandro yang terlelap. Percintaan kali ini terasa begitu nikmat dari yang sebelumnya. Isabella merasa di cintai oleh sentuhan yang Alejandro berikan.

"Jangan terpesona olehnya, Isabel! kau harus berhasil menaklukkan pria ini." Isabella meneguhkan hatinya agar tidak terpesona akan sikap lembut dan ketampanan seorang Alejandro. "Dia pria yang kejam!"

Pandangan Isabella mengitari sekitar, ia baru sadar berada di kamar yang berbeda. "Dimana ini?" gumamnya.

Saat ingin beranjak, perut Isabella tertahan, sebuah tangan melingkar di sana. "Mau kemana?" rupanya Alejandro belum terlelap sepenuhnya. Pria itu hanya memejamkan mata untuk beristirahat sejenak.

"Aku.. aku ingin keluar. Dimana ini, tuan?" tubuhnya terasa lengket, Isabella ingin segera membersihkan diri. Ia yakin di luar sana ada Emma yang menunggu dan bersiap membantunya.

"Aku belum selesai, bagiamana bisa kau keluar tanpa seijin ku?"

Isabella terpekik tatkala Alejandro kembali mengungkung tubuhnya. "Tuan.." Isabella menahan dada bidang Alejandro agar tidak sepenuhnya menindihh.

Alejandro menyeringai. "Permainan belum selesai, Isabella.." Alejandro mengelus lembut pipi Isabella dengan jari telunjuknya. "Aku masih menginginkan mu." ucapnya.

Baik Alejandro dan Isabella masih dalam keadaan polos hanya selimut yang menutupi tubuh mereka.

"Aku lelah.." Isabella memalingkan wajahnya. Ia gugup di tatap lekat-lekat oleh Alejandro.

"Tidak ada penolakan!" seru Alejandro. "Baru satu kali permainan, tapi kau sudah lelah. Apa Emma tidak mengurus mu dengan benar?"

"Aku bukan anak kecil, tuan. Aku bisa mengurus diri ku sendiri."

"Mulai saat ini, kau harus penuhi gizi mu, agar tidak mudah lelah." ujarnya.

Isabella tidak bisa menolak keinginan sang tuan. Ia membiarkan Alejandro menguasai tubuhnya kembali.

***

Siang itu, Isabella ikut serta untuk makan siang bersama. Nyonya Seren dan Nona Katty terlihat tidak suka dengan kehadiran Isabella di tengah keluarga mereka. Tidak biasanya Alejandro akan membawa wanitanya duduk bersama di meja makan.

"Ale, apa tidak salah kau membawa seorang budak makan bersama kami?" Nyonya Seren bersuara, menyerukan ketidaksukaannya pada Isabella.

"Bukankah dulu kau juga seorang budak, Seren?" ucapan Alejandro benar-benar membuat Nyonya Seren marah. "Kau lebih hina, budak tidak tahu malu!" jika bukan istri dari mendiang ayahnya, Alejandro akan menendang Seren dari rumah ini. Sebelum meninggal dunia, ayahnya berpesan untuk tidak menelantarkan Seren dan Katty.

Seren dahulu seorang budak yang licik. Ia mendekati mendiang ibu Alejandro, untuk mendapatkan kebebasan. Ibu Alejandro yang memiliki hati baik dan tulus mengangkat Seren menjadi sahabat baiknya. Namun, Seren mengkhianati ibu Alejandro. Sengaja mendekati dan merayu suaminya, ayah Alejandro. Hingga perselingkuhan tuan Spencer dan Seren terbongkar, menyebabkan ibu Alejandro jatuh sakit, lalu meninggalkan dunia.

Meninggalnya ibu Alejandro menjadi kemenangan bagi Seren. Wanita itu berhasil menggantikan posisinya, menjadi Nyonya besar di rumah ini.

"Ale.. jangan menghina ibu ku." sela Katty tidak terima.

Alejandro melirik adik tirinya. "Aku harap kau benar-benar keturunan dari Spencer. Jangan bertingkah layaknya budak yang rakus seperti ibu mu."

"Ale, cukup!" sentak Nyonya Seren. "Jangan mulai pertengkaran di meja makan." selalu begitu, Alejandro akan menghina habis habisan ketika bertemu dengan dua perempuan itu di meja makan. Hal itulah kenapa Alejandro malas untuk makan bersama. Lebih baik ia tidak bertemu dengan Seren. Melihat wajahnya, Alejandro teringat kembali penderitaan ibunya, yang menangis setiap malam, karena pengkhianatan dari suami dan wanita yang sudah ia anggap sahabat.

Isabella terdiam, ia sedikit tidak enak hati. Karena kehadirannya, keluarga besar itu menjadi bertengkar.

"Lanjutkan makan." ucap Alejandro menatap Isabella. Wanita itu hanya mengangguk menurut.

***

Rossi semakin membenci wanita kesayangan Alejandro. Karena Isabella, dirinya tersingkir. Tidak lagi bisa menemani malam Alejandro.

Wanita itu menerobos masuk ke kamar Isabella. Rossi bahkan tidak rela, Isabella mendapatkan kamar yang lebih bagus darinya, seperti kamar nona di rumah ini.

"Kenapa kau masuk tanpa mengetuk pintu?" Isabella yang sedang berpakaian terkejut dengan kemunculan Rossi. Wanita itu bergegas merapikan gaunnya.

Rossi tersenyum miris. Ia sempat melihat tanda cinta yang berceceran di tubuh Isabella. "Sihir apa yang kau berikan pada tuan Ale!" gertaknya.

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan." Isabella mengabaikan tatapan permusuhan dari Rossi. "Jangan mengganggu ku,"

"Jangan senang dulu, kau pasti akan tersingkir! cepat atau lambat, tuan Ale akan kembali pada ku." kata Rossi.

"Aku tidak peduli." jawabnya acuh. Bagi Isabella tidak masalah jika Alejandro berpaling darinya. Justru itu akan memudahkan Isabella terbebas dari jerat Alejandro. Mungkin akan memudahkannya kabur dari tempat ini karena perhatian Alejandro akan teralihkan.

"Sombong sekali kau!" Rossi melangkah maju hendak menampar Isabella. Tapi Isabella bisa menghindar, ia menepis tangan Rossi.

"Jangan menyentuh ku! kau akan mendapatkan masalah jika kulit ku tergores sedikit saja." ucap Isabella.

"Cih! aku akan membalas mu!" seru Rossi.

"Aku tidak mempunyai masalah dengan mu. Jadi kau tidak perlu membalas dendam apapun pada ku."

"Kau merebut tuan Ale dari ku! tentu saja kau memulai permusuhan ini."

"Aku sama sekali tidak merebut tuan Ale. Dia sendiri yang menginginkan ku." harus berapa kali Isabella jelaskan jika ia tidak pernah merayu ataupun merebut Alejandro. Pria itu sendiri yang memaksanya.

"Rossi! sedang apa kau disini!" tegur Emma yang mendengar keributan dari luar. "Mau aku adukan tingkah mu pada tuan Ale." Emma sedikit menggertak wanita itu.

Rossi bergegas pergi. Ia masih ingin tinggal di sini dengan kemewahan yang ada. Jangan sampai dirinya benar-benar di tendang oleh Alejandro dari rumah ini.

"Apa yang dilakukan Rossi? kau baik-baik saja kan, Isabel?" tanya Emma pada Isabella.

"Aku tidak apa apa, Emma."

"Kau harus berhati-hati dengan Rossi." sekali lagi Emma mengingatkan Isabella.

Isabella mengangguk mengerti. "Ya, aku tahu. Dia sangat pencemburu."

"Jangan pikirkan dia. Tuan Ale memanggil mu sekarang."

"Emma, aku tidak bisa melayani tuan Ale malam ini. Aku sedang kedatangan tamu bulanan." belum lama Isabella mendapati dirinya mendapatkan tamu bulanannya. Untuk seminggu kedepan, Isabella akan terbebas dari Alejandro.

"Aku mengerti, tapi kau temui dulu tuan Ale."

"Baiklah.."

Terpopuler

Comments

siccasiccasic

siccasiccasic

"Mengingatkan" maksudnya thor, typo

2022-11-25

1

Kadek Pinkponk

Kadek Pinkponk

Mumpung senin titip vote
and selalu suka semua karya'mu thor 😍😍

2022-11-14

2

Julio Stevaning

Julio Stevaning

eh libur ya bell lampu merah

2022-11-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!