Jeritan Isabella

Isabella menempati sebuah kamar kecil, begitu pengap. Jauh lebih baik kamar sebelumnya ketika tinggal di kediaman Thompson. Ia bersyukur karena detik ini masih bisa bernafas. Meski hari-hari berikutnya akan ia lalui dengan kesulitan.

Pagi tadi ia terbangun dengan tubuh yang terasa remuk redam. Entah berapa lama si tuan pemilik menikmati tubuhnya. Isabella tidak mengingatnya, yang begitu melekat hanya sebuah kesakitan dan siksaan.

Tidak diperbolehkan untuk mengistirahatkan tubuhnya walau hanya sejenak, Isabella sudah harus mulai bekerja di rumah besar itu. Rumah yang terlihat seperti kastil tua di luar, namun sangat indah di dalamnya. Tapi sayang, keindahan rumah itu hanya bisa ia lihat tadi malam. Pasalnya saat ini Isabella ditempatkan di bangunan yang berbeda, tempat para budak.

Mereka yang di sebut budak, serempak menggunakan seragam berwarna coklat kusam. Sedangkan seorang pelayan, berseragam hitam berkombinasi warna putih.

Terlihat jelas perbedaannya. Budak bekerja untuk seumur hidup tanpa mendapatkan upah, hanya di beri makan layak pun sudah cukup. Berbeda dengan seorang pelayan yang mendapatkan upah bulanan. Bukan itu saja, seorang budak di larang menginjakkan kaki di rumah utama. Mereka di pekerjakan di bagian kotor. Seperti berkebun, membersihkan kandang kuda, memandikan kuda dan membersihkan rumput di lahan yang luasnya tidaklah sedikit.

"Siapa nama mu?" kepala pelayan bertanya pada budak baru, Isabella.

"Isabella.." jawab Isabella.

"Kau baru di sini?" tanyanya, dan Isabella hanya mengangguk. "Sudah tahu tugas mu?"

Isabella menggeleng. Ia belum tahu apa saja yang harus di kerjakan.

"Hulsa!" teriak si kepala pelayan. Wanita bertubuh gempal berlari mendekat.

"Iya Nona Greta.."

"Hari ini kau membersihkan kandang kuda kan? ajak budak baru ini. Tunjukkan apa saja yang harus ia kerjakan."

"Baik nona.."

Isabella mengikuti Hulsa. Di sana terdapat banyak sekali budak yang sedang menjalankan aktivitasnya masing-masing.

Hamparan kebun anggur memenuhi pemandangan Isabella. Bukan cuma itu, peternakan domba, babbi, dan sejenis unggas ikut memadati tanah luas itu.

"Siapa nama mu? kenapa bisa berakhir menjadi budak, apa kau di jual oleh keluarga mu atau suami mu?" Hulsa mencoba mengakrabkan diri pada budak baru yang tengah berjalan mengikutinya.

Isabella mengerutkan keningnya, kenapa Hulsa bisa tahu kalau dirinya adalah korban yang di perjual belikan oleh kerabat dekat.

"Jangan menatap ku heran seperti itu. Di sini banyak yang bernasib serupa. Aku pun dulu di jual oleh ayah ku karena terlilit hutang." kata Hulsa. Sudah jadi rahasia umum, budak yang tinggal di kediaman keluarga Spencer rata-rata orang yang telah menjadi tumbal atas keserakahan orang terdekat. Demi uang, mereka rela memperjual belikan manusia. Ada juga yang berasal dari rumah bordil, di jual sang mucikari karena sudah tidak bisa menghasilkan uang, tidak laku oleh pelanggan.

Isabella tersenyum tipis. "Nama ku Isabella, kau bisa memanggil ku Isabel. Sepertinya kita sama." jawabnya.

"Oh begitu rupanya." ucap Hulsa. "Kau terlihat cantik, sayang sekali berakhir menjadi budak." Hulsa bisa melihat kecantikan di wajah Isabella. Kulitnya pun bersih dengan warna putih pucat. Rambutnya pun terlihat terawat. Hanya pakaiannya yang terlihat lusuh. Hulsa yakin jika Isabella memakai pakaian mahal, Isabella akan terlihat seperti gadis bangsawan.

"Nasib ku memang buruk, mungkin sudah garisan takdir." untuk apa mempunyai wajah cantik jika nasibnya begitu menyedihkan. Hidup dalam kemiskinan, penuh siksaan. Sekarang malah siksaan itu bertambah, menjadi budak pemuass hasrat pria pemilik rumah besar ini.

"Jangan pikirkan itu, kau disini kerja dengan baik, maka hidup mu akan aman. Kita tidak perlu memikirkan apapun. Hanya perlu bahagia menikmati sisa hidup." ujar Hulsa.

Isabella mengangguk. "Iya, kau benar." Isabella tidak ingin selamanya terkurung di tempat ini. Ia ingin bertemu ibunya. "Emm.. apa kita sama sekali tidak di perbolehkan keluar dari tempat ini?"

"Setau ku budak tidak di perbolehkan untuk keluar, hidupnya hanya di sekitar perkebunan dan peternakan. Masuk ke rumah utama saja di larang." jelasnya.

"Begitu ya.." kedua bahu Isabella luruh seketika. Begitu sulit keluar dari rumah ini, itu artinya ia tidak bisa menemui ibunya lagi. Isabella berharap Catalina memegang ucapnya, tidak akan mencelakai ibunya.

"Kita akhiri obrolan ini. Pengawas sedang berkeliling." bisik Hulsa. Wanita bertubuh gempal itu membungkam mulutnya saat dari kejauhan terlihat rombongan berkeliling kebun. "Oh.. astaga, apa itu tuan Alejandro?" meski suaranya terdengar lirih, namun tidak menghilangkan rasa suka citanya. Hulsa memekik kegirangan karena bisa melihat Tuan Alejandro yang begitu gagah dan tampan. Tidak biasanya tuan Alejandro berkeliling. Itu keberuntungan bagi para budak yang diam-diam mengagumi tuannya.

Isabella mengikuti arah pandang Hulsa. Ia mengingat sosok itu. Pria yang merenggut mahkotanya semalam. "Siapa dia?"

"Kau tidak tahu?" Hulsa masih memelankan suaranya. "Dia itu majikan kita. Tuan Alejandro. Tampan kan? bahkan semua wanita di sini mengagumi ketampanannya."

"Oh.." detik itu, Isabella baru mengetahui nama pria yang semalam membuatnya kelelahan.

***

Malam hari, pintu kamar Isabella terketuk. Isabelle yang hampir terlelap terbangun lagi.

"Emma!" rupanya Emma yang mendatanginya.

"Bersiaplah, tuan Ale menginginkan mu malam ini." ucapnya.

Isabella kembali murung, malam ini ia akan menjadi penghangat tuan Alejandro. Ingin menolak, tapi Isabella tahu diri. Budak sepertinya mana bisa menolak keinginan tuannya.

Emma menyelimuti sekujur tubuh Isabella dengan selimut. Tidak ada yang boleh tahu bahwa Isabella adalah wanitanya tuan Alejandro. Di depannya, Markus memandu Emma dan Isabella, berjalan mengendap-endap lewat jalur yang tak sembarang orang bisa lewati.

Sebelum tuan Alejandro mendatangi kamar, Isabella di persiapkan lebih dulu agar lebih segar dan menarik.

Jantung Isabella berdetak kencang, Markus dan Emma telah meninggalkan kamar itu. Sekarang hanya ia seorang diri, menanti kedatangan tuan Alejandro.

Pintu terbuka. Langkah kaki terdengar semakin mendekat. Tubuh Isabella menegang tatkala merasakan sang tuan sudah berdiri di belakangnya. Tanpa aba-aba, lengan kekar itu menarik tali piyama tidurnya, hingga lolos dan tergeletak di lantai.

Alejandro melangkah, mengitari tubuh polos Isabella, lalu berdiri tepat di hadapan Isabella yang kini tertunduk.

"Malam ini jangan kecewakan aku." ucapnya seraya menjepit dagu Isabella agar Alejandro bisa memandangi wajah cantik itu. Begitu juga dengan Isabella, kali ini ia bisa melihat wajah tuannya dengan jelas. Memang benar apa yang di katakan Hulsa, Alejandro sangatlah tampan. Tapi, kebencian Isabella terhadap pria itu takkan luluh hanya karena ketampanan. Isabella sangat membenci pria yang merenggut paksa kesuciannya!

Wajah Alejandro mendekat, menghirup aroma lembut Isabella, lalu berbisik. "Siapa nama mu?"

Dengan mulut bergetar, Isabella menjawab. "Isabella..."

"Isabella..." Alejandro meraup bibir Isabella dengan rakus. Tangannya memainkan bagian lainnya.

Awalnya permainan dilakukan dengan lembut, namun lama kelamaan permainan itu terasa begitu menyakitkan bagi Isabella. Alejandro tak segan menjambak, mencekik, lalu memanggilnya dengan sebutan jallang.

"Balas aku! Jallang!" teriak Alejandro sembari berpacu kasar. Isabella seperti patung yang tidak berkeinginan membalas sentuhannya.

"Jallang sialan!" geram Alejandro. Bukankah suatu kehormatan bagi seorang budak bisa naik ke atas ranjangnya?

Diamnya Isabella sangat menyinggung hati sang tuan. Di luar sana banyak wanita yang menginginkannya, lalu kenapa seorang budak berani mengabaikannya? Alejandro tidak terima itu!

"Baiklah, kau yang meminta ku berbuat kasar!" serunya.

Bukan sebuah desahann yang terdengar dari ruangan itu, melainkan jeritan Isabella yang merintih kesakitan.

Terpopuler

Comments

Elizabeth Yanolivia

Elizabeth Yanolivia

jallang = jalang

2023-02-22

0

Elizabeth Yanolivia

Elizabeth Yanolivia

babbi = babi

2023-02-22

0

Julio Stevaning

Julio Stevaning

ntar juga Alejandro Ter bucin2 sama Isabella

2022-11-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!