Aku budak mu...

Isabella menatap langit-langit kamar, nafasnya masih memburu setelah percintaan panas beberapa saat lalu. Ia menoleh ke samping, dilihatnya punggung pria bertubuh kekar yang sudah terlelap dengan posisi tengkurap. Tidak seperti malam kemarin, pria itu tetap tinggal, tidak meninggalkan kamar ini.

Isabella mulai bingung, ia harus tetap di sana atau segera pergi. Perlahan Isabella bergerak, lebih baik ia pergi, terlalu sesak berada dalam satu ruangan dengan pria kejam itu.

Isabella bernafas lega ketika mendapati Emma masih berdiri di depan pintu. "Syukurlah kamu masih di sini, Emma."

"Apa sudah selesai?" tanya Emma. "Kenapa kau keluar? tuan Ale belum menyuruh mu pergi kan?" Emma takut membawa Isabella pergi sebelum ada perintah dari tuan Alejandro.

"Dia tertidur." jawab Isabella.

Emma mengangguk. Kemudian menutupi tubuh Isabella kembali dengan selimut. Emma mengantar Isabella ke kamarnya.

"Beristirahat lah, besok aku akan mencoba mengatakan pada tuan Ale, agar kau di tempatkan di bagian pelayan saja." ucap Emma. Ia kasihan juga melihat Isabella di tempatkan dengan para budak. Malam hari sudah lelah melayani tuan Alejandro, siang harinya Isabella bekerja keras di kebun atau peternakan. Sungguh kasihan.

"Terimakasih Emma."

***

"Isabel, hari ini kita akan memanen anggur. Ayo, kita harus bergegas sebelum pengawas datang." Hulsa mengajak Isabella pergi ke kebun anggur bersama. Hari ini mereka bertugas di kebun. Setiap harinya tugas mereka berbeda-beda.

"Iya, ayo Hulsa." sebenernya Isabella masih lelah, ia belum cukup tidur. Semalam hingga dini hari ia harus melayani tuan Alejandro.

"Sergio!" Hulsa memanggil teman laki-lakinya bernama Sergio.

"Hulsa, siapa gadis cantik ini?" Sergio mendekat, ia terkejut melihat Hulsa berjalan dengan seorang gadis cantik. Selama menjadi budak di sini, Sergio belum pernah melihat gadis cantik seperti yang ada di depannya saat ini.

"Mata mu jeli sekali melihat gadis cantik." Hulsa mencibir.

Sergio tergelak. "Mata ku masih normal, Hulsa."

"Iya.. iya.. Isabel memang sangat cantik. Tapi ingat! jangan coba-coba merayunya!"

"Kau ini seperti ibunya saja!" ketus Sergio.

"Nama ku Sergio. Senang bisa berkenalan dengan mu." ucap Sergio pada Isabella.

"Aku Isabella, kau bisa memanggil ku Isabel saja." balas Isabella.

"Isabella, nama yang bagus." Sergio tak bisa memalingkan tatapannya pada Isabella.

"Hei! berhenti menatapnya," seru Hulsa menegur Sergio yang terus memandangi wajah Isabella. "Sebaiknya kita bergegas bekerja, kalau ketahuan pengawas kita bisa kehilangan jatah makan siang." seru Hulsa.

Sergio menurut, pria itu bergegas kembali bekerja. Begitu juga dengan Isabella dan Hulsa.

***

"Tuan, apa tidak sebaiknya wanita itu di pindahkan menjadi pelayan di rumah ini?" Markus memberanikan diri berbicara pada tuan Alejandro, atas suruhan Emma. Markus pun tidak tega melihat Isabella bekerja keras di kebun.

Alejandro yang sedang sibuk bekerja, ia menghentikan sejenak menatap tajam tangan kanannya. "Kau sudah berani menyuruhku?"

Markus menggeleng cepat. "Bukan begitu tuan, saya mana berani." pria itu sudah gugup dan takut. Ia merutuki kebodohannya dengan menuruti permintaan Emma.

"Lalu?" seperti biasa, suara Alejandro sudah mampu menggetarkan lawan bicaranya.

"Tidak tuan, saya tidak berani mengulanginya." Markus tertunduk, lebih baik diam daripada mendapat masalah.

"Dia hanya budak. Sudah benar tempatnya berada di antara budak lainnya." jelasnya tegas. Budak tetaplah budak. Alejandro tidak mengistimewakan wanita penghangatnya.

"Baik tuan." balas Markus patuh. "Kalau begitu saya pamit undur diri. Anda sudah di tunggu untuk makan siang bersama di meja makan." Markus memberitahu tuannya jika keluarga besar sudah menunggunya.

"Hem." Alejandro hanya berdehem.

Di ruang makan, penghuni kediaman itu sudah berkumpul. Ada Nyonya Seren, ibu tiri Alejandro dan juga nona Katty, adik tiri Alejandro. Sedangkan ayah Alejandro sudah wafat beberapa tahun silam.

Kedua wanita itu tidak akur dengan Alejandro. Seren tidak di akui sebagai ibu sambung Alejandro, begitu juga dengan Katty. Alejandro mengabaikan mereka.

Dua puluh menit sudah berlalu, tapi Alejandro tidak kunjung datang ke ruang makan, pertanda laki-laki itu memang tidak berminat datang untuk makan siang bersama.

"Ibu, sepertinya Ale tidak akan datang. Lebih baik kita mulai saja.." Katty tidak lagi heran jika saudara laki-lakinya absen dari acara makan bersama.

"Dia memang selalu begitu!"

Alejandro lebih memilih memeriksa kebun anggurnya daripada menghabiskan waktu bersama dengan Seren dan Katty.

Dari kejauhan Alejandro bisa melihat Isabella yang sedang berkebun, meski pakaian dan bagian tubuhnya terlihat kotor, namun kecantikan Isabella masih saja dapat dilihat.

"Panggil dia kemari!" ucap Alejandro pada tangan kanannya yang setia berada di sampingnya.

"Baik tuan." bergegas Markus memanggil kepala pengawas kebun. Meminta Isabella menghadap si tuan penguasa.

Alejandro duduk dengan angkuh menunggu kedatangan Isabella. Dari kejauhan ia dapat melihat wanita penghangat malamnya sedang berjalan menghampirinya.

"Kau tahu pakaian yang sedang kau kenakan?" kini mereka berdua telah berhadapan. Isabella duduk berlutut, menundukkan kepalanya. Alejandro berusaha mengingatkan posisi Isabella yang hanya seorang budak.

Isabella mengangguk. "Ya, aku hanya seorang budak." jawabnya tanpa menatap Alejandro.

Markus dan kepala pengawas berdiri di kejauhan, mereka tidak bisa mendengar percakapan antara tuan Alejandro dan Isabella.

"Apa budak itu bermasalah?" tanya si kepala pengawas. Ia penasaran kenapa budak seperti Isabella bisa berurusan dengan tuan Alejandro?

"Diam saja kau! jangan pernah berani bertanya ataupun ikut campur urusan tuan Ale." seru Markus menegur.

"Maafkan saya tuan, Markus." ucapnya penuh sesal.

Alejandro masih tidak menerima atas penolakan Isabella terhadapnya. Semalam sekeras apapun Alejandro memperlakukan Isabella, wanita itu tetap memilih diam.

"Kau itu hanya budak! seharusnya bersyukur karena kau bisa naik ke atas ranjang ku." ucap Alejandro.

"Kalau aku hanya seorang budak, kenapa tuan selalu ingin menghabiskan malam dengan ku." balas Isabella. Entah keberanian darimana Isabella berani menjawab.

"Kau jallang yang sudah ku beli untuk memuaskan ku." suara Alejandro terdengar mengeram marah.

"Aku bukan jallang, terbukti tuan adalah pria pertama ku." Isabella memberanikan diri, ia sudah pasrah jika keberaniannya ini bisa mencelakainya. Isabella lebih baik mati terbunuh daripada seumur hidup harus menjadi wanita pemuas pria kejam ini.

"Beraninya kau!" baru kali ini ada seorang budak yang berani melawannya. Alejandro marah, tangan kekarnya menyambar batang leher Isabella. Pria itu mencekik Isabella. "Kau ingin mati di tangan ku? Hem!" cekikkan terasa semakin kuat. Mulut Isabella menganga, air matanya keluar, ia sudah hampir kehilangan nafas.

"Seumur hidup mu adalah milik ku. Malaikat pencabut nyawa pun harus ijin pada ku jika ingin mengambil nyawa mu."

Interaksi Alejandro dan Isabella menjadi pusat perhatian, tak terkecuali Hulsa dan Sergio. Ia menatap iba Isabella yang di perlakukan buruk oleh tuan Alejandro.

"Aku tidak mau lagi melihat mu seperti patung saat bersama ku! ingat itu!" Alejandro menghempaskan tubuh Isabella. Sontak wanita itu menghirup oksigen. Isabella hampir mati!

"Aku tidak Sudi!" sorot mata yang berair itu menatap penuh kebencian. "Lebih baik kau bunuh aku!"

Alejandro terkekeh. "Aku memang akan membunuhmu setelah aku bosan dengan tubuh mu. Tapi sebelum aku melenyapkan mu, aku akan lebih dulu membunuh ibu mu. Aku dengar kau masih mempunyai anggota keluarga.."

Isabella menggeleng cepat, "Jangan tolong jangan menyakiti ibu ku, aku mohon." ancaman yang selalu membuat Isabella menyerah, ia tidak ingin terjadi apapun terhadap ibu kandungnya.

Alejandro menendang Isabella yang berlutut di kakinya. "Akan aku pertimbangan permintaan mu. Jika kau menurut, aku pasti mengabulkannya."

"Iya, aku ini budak mu. Aku akan menuruti apapun keinginan mu."

"Kita buktikan nanti malam." seringainya.

Terpopuler

Comments

Elizabeth Yanolivia

Elizabeth Yanolivia

cekikikan = cekikkan

2023-02-22

0

Sri Hayati

Sri Hayati

beruntung kita tidak hidup di jaman perbudakan, gak kebayang yg di alami isabel terjadi di kita sebagai wanita rasanya pingin mati jika itu terjadi, alhamdulillah kita bebas dari zaman petbudakan

2023-02-21

0

Yanti Turus

Yanti Turus

Serjam. Serrem plus Kejam

2023-02-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!