~ Sebelumnya.. ~
"Isabel!" suara Catalina menggema di sebuah rumah besar, ia memanggil pelayan pribadinya. "Astaga! apa kau sudah tuli! Isabel! dimana kau!" Catalina terus berteriak memanggil Isabella, langkahnya tertuju pada halaman belakang rumah itu.
Dari kejauhan, Isabella telah berlari tergopoh-gopoh menghampiri putri majikannya.
"Heh! darimana saja! pita suara ku nyaris putus memanggil mu!" sembur Catalina ketika Isabella telah berdiri di hadapannya.
"Maaf nona.." Isabella tertunduk meminta maaf. "Aku sedang membantu ibu ku di kebun belakang." Isabella menjelaskan kenapa ia tidak cepat menghadap ketika di panggil. Ia sedang membantu ibunya di kebun. Halaman belakang sangat jauh dari kediaman utama keluarga Thompson. Itu saja ada pelayan lainnya yang berbaik hati memberitahu bahwa nona Catalina sedang mencari Isabella.
"Alasan! bicara saja kalau kau itu malas!" Catalina sangat membenci Isabella, semenjak pria pujaannya, Wiliam tertarik dengan Isabella.
Dulu, Catalina dan Isabella adalah dua teman yang saling berbagi. Catalina selalu berbaik hati, menganggap Isabella seperti saudaranya sendiri.
Isabella tidak tahu jika Catalina menaruh rasa pada William, hingga ia menerima permintaan pertemanan dari pria bernama William. Nyatanya hal itu membuat Catalina memupuk kebencian pada Isabella.
"Apa nona membutuhkan sesuatu?" Isabella menanyakan hal apa yang Catalina inginkan hingga memanggilnya di pagi ini. Biasanya Catalina memerlukan Isabella saat siang hari. Karena gadis itu memang selalu bangun ketika matahari telah terbit, nyaris di pertengahan.
"Bersiaplah, kau harus ikut dengan ku. Aku akan menghadiri pesta temen ku." katanya, "Oh ya pakai pakaian pelayan saja jangan bersikap pongah dengan kecantikan mu!" ucapnya. Catalina merasa tersaingi oleh Isabella. Kecantikan Isabella akan lebih terpancar jika menggunakan gaun indah dan riasan tipis diwajahnya. Meski hanya memakai pakaian pelayan pun, kalau di amati dengan lekat, Isabella jelas terlihat cantik.
"Baik nona." Isabella mengangguk mengerti. Ia pun tidak mungkin selancang itu. Berpenampilan menarik di pesta taman anak majikannya. Lagipula, Pakaian bagus pun ia tidak punya.
***
Perjalanan menuju kota memakan waktu sekitar dua jam lebih.
Catalina segera bergabung dengan teman-temannya yang sudah datang lebih dulu.
"Kau selalu terlambat Catalina!" seru tamannya bernama Monica, si pemilik acara.
"Rumah ku jauh dari kota, kau harus memakluminya." Catalina berpelukan dengan Monica dan teman-temannya yang lain. "Aku belum terlalu terlambat kan untuk bergabung?"
"Tenang saja Catalina, aku sudah menyediakan kursi kosong untuk mu. Silahkan duduk." ucap wanita yang bernama Jeane.
"Terimakasih.." Catalina duduk di kursi yang sudah disediakan untuknya. "Kita mulai permainannya.."
Para gadis bangsawan itu terlihat anggun, lemah, lembut dari luar. Nyatanya mereka memiliki kebiasaan buruk jika sedang mengadakan pesta. Contohnya saat ini, mereka tengah bermain judi di temani dengan minuman beralkohol.
Isabella berdiri di samping Catalina. Ia seperti tidak dianggap keberadaannya. Isabella hanya seorang pelayan yang tak pantas ikut serta duduk dengan para putri bangsawan.
"Catalina! kau sudah kalah." teriak Jeane. Ia bersorak menang.
"Kau masih terlalu payah, Catalina! sampai kapan kau akan terus menerus mendapat kekalahan." Monica mengejek Catalina yang sampai saat ini belum pernah memenangkan perjudian tersebut. Catalina datang membawa uang banyak dan pulang dengan tangan kosong.
"Jangan meremehkan ku, Monica! pasti aku akan menang!" seru Catalina percaya dengan percaya diri.
Jeane tertawa. "Bagiamana kau bisa menang? uang mu saja sudah habis!"
Catalina terkesiap, ia pun baru menyadari jika uang persediaan telah habis. Karena tidak mau di remehkan oleh teman-temannya, Catalina nekad meminjam uang pada bandar yang selalu menyediakan pinjaman.
Rasa gengsi dan ingin terlihat hebat di depan Jeane, Monica dan lainnya, Catalina berakhir dengan kekalahan. Hutangnya menumpuk, Catalina mulai resah, darimana ia mendapatkan uang sebanyak itu?
"Bagaimana ini? tidak mungkin aku meminta pada ayah dan ibu, mereka pasti akan bertanya apa yang sudah aku lakukan." Catalina mengigit kukunya, ia begitu cemas memikirkan hutangnya. "Kau ceroboh, Catalina!" ia merutuki kebodohannya sendiri. Lepas kontrol dalam bermain judi, tidak ada hasil, tapi malah hutang menumpuk.
"Kau sedang apa Catalina?" Jeane menghampiri Catalina di toilet.
"Tidak apa." Ia mencoba menutupi kekhawatirannya.
"Apa kau sedang memikirkan hutang-hutang mu?" tanyanya. "Bicara jujur saja, aku pasti membantu mu."
"Kau bisa membantu ku?" Catalina seperti mendapatkan secercah harapan. Jeane bisa membantunya mengeluarkan masalah yang tengah membelitnya.
Jeane mengangguk. "Aku bisa membantu."
"Terimakasih, Jeane." Catalina mengenggam tangan Jeane penuh haru. "Kau memang teman ku yang paling baik, mau meminjamkan uang pada ku." ia pikir Jeane akan memberikan uang pinjaman padanya untuk membayar hutangnya pada rentenir. Lebih baik ia berhutang pada temannya sendiri dari pada berhutang dengan rentenir yang sudah pasti tidak punya belas kasih.
"Aku tidak akan meminjamkan mu uang." ucap Jeane. Tentu saja hal itu membuat Catalina kecewa. "Kau mempunyai pelayan cukup cantik, jual saja dia." sarannya.
Catalina mengerutkan alisnya. "Isabella?"
Jeane mengangguk. "Ya, jual saja pelayan mu. Kau bisa membayar hutang dan sisa uangnya kau bisa bermain lagi bersama kami."
"Di jual bagaimana? aku tidak mengerti." Catalina tidak mengerti ucapan Jeane. Apa ada jual beli seorang manusia? Catalina baru mendengarnya.
"Astaga! kau itu bodoh sekali!"
"Hei! Jangan mengatai ku bodoh!" seru Catalina tidak terima.
Jeane menghela nafas sejenak. "Pelayan mu lumayan cantik, ia bisa di jual di rumah bordil."
Catalina terdiam sejenak. Ia tak tega menjual Isabella ke rumah bordil. "Tidak! Isabel gadis baik-baik, meski aku sangat membencinya." tolaknya.
"Kau masih memikirkan gadis itu? lalu bagaimana kau membayar hutang mu?" Jeane tertawa. "Terserah kau saja, aku hanya memberi saran. Kebetulan mucikari ada di tempat ini, jadi aku menyarankan pada mu." jelasnya.
"Tapi..." Catalina menjadi bimbang. Ia membutuhkan uang tapi tidak tega juga menjual Isabella.
"Bukannya Wiliam menyukai gadis itu?" ucap Jeane. "Kau akan mendapatkan keuntungan lebih, uang dan bisa menyingkirkan gadis itu dari Wiliam untuk selamanya." Jeane kembali menghasut pikir Catalina.
'Benar juga yang dikatakan Jeane, jika Isabel sudah ternoda, Wiliam pasti akan jijik padanya. Aku bisa mendapatkan Wiliam.' batinnya membenarkan ucapan Jeane.
"Bagaimana, Catalina?"
"Baik, aku setuju!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Julio Stevaning
pasti nanti dapat balasan
2022-11-03
4
Wirda Wati
dasar....Mak lampir cathelina
2022-10-31
2
Alul Ubay Halim
cathalina mak lampir 😡
2022-10-31
1