"Catalina, dimana Isabella berkerja?" William menanyakan keberadaan Isabella. ia ingin menemui gadis itu. Pasalnya, Isabella pergi tanpa berpamitan padanya.
Ini yang Catalina benci! William lebih memperhatikan Isabella di bandingkan dirinya. Catalina tidak terima di kalahkan oleh seorang pelayan. "Isabella berpesan pada ku, aku tidak boleh mengatakan tempat baru Isabella." jawabnya. Tentu saja Catalina tidak akan pernah mengatakan dimana keberadaan Isabella.
"Kenapa begitu?" William tidak percaya begitu saja. Rasanya tidak mungkin Isabella ingin menyembunyikan keberadaannya. "Apa nyonya Bertha tau dimana Isabella?" jika Catalina tidak tahu keberadaan Isabella, mungkin ibu dari Isabella yang bernama Bertha mengetahuinya.
"Aku tahu dimana Isabella bekerja, tapi Isabella sendiri yang melarang ku untuk memberitahu pada siapapun! termasuk ibunya." seru Catalina.
William mengerutkan keningnya, "Kau tidak berbohong kan? katakan! dimana Isabella sekarang." William mendesak Catalina.
Catalina mendengus kesal, lagi-lagi William membentaknya karena Isabella. "Dia tidak bekerja, tapi Isabella lari dengan kekasihnya. Mereka ingin hidup bersama." mungkin dengan cara seperti ini, William akan menjauhi Isabella. Catalina ingin William membenci Isabella, lalu William akan berpaling padanya.
"Bohong!" seru William. Isabella gadis baik-baik yang tidak mungkin melarikan diri dengan kekasihnya. Setau William, Isabella belum mempunyai kekasih.
"Kalau tidak percaya ya sudah." balas Catalina.
"Isabel tidak mempunyai kekasih. Jadi mana mungkin dia lari dengan kekasihnya."
"Isabel punya kekasih, kau saja yang tidak tahu." ujarnya. "Kau tahu, pria pengurus kuda ayah ku? dialah kekasih Isabella!" Catalina berbohong lagi.
William menggeleng. "Aku tidak percaya."
"Kau itu tertipu oleh kepolosan Isabella! dia itu pandai sekali berbohong."
William tidak mau mendengar, ia pergi meninggalkan Catalina.
"William! tunggu!" teriak Catalina. Namun William tetap melanjutkan langkahnya.
"Semoga hidup mu menderita Isabel!"
***
Emma datang menemui Isabella. Wanita paruh baya itu membawa sebuah sepatu cantik untuk Isabella. "Ini dari tuan Ale, karena kamu sudah melayaninya dengan baik." Emma mengatakan apa yang di ucapkan oleh tuan Alejandro.
"Jadi ini upah yang aku dapatkan?" tanya Isabella.
"Ya, seperti itu." Emma meletakkan sepasang sepatu itu di atas ranjang, karena Isabella terlihat enggan menerimanya. "Setiap kau berhasil menyenangkan tuan Ale, kau akan mendapatkan hadiah." jelasnya.
"Ya aku mengerti sekarang." Isabella tidak merasa senang mendapat hadiah itu, ia memilih meletakkannya di bawah ranjang karena tidak berminat untuk memakinya.
"Urusan ku sudah selesai, kau bisa kembali bekerja." ucap Emma.
Isabella kembali ke kebun menghampiri Hulsa, hanya perempuan itu yang baik padanya, yang lain selalu menatapnya sinis.
"Ada perlu apa Emma datang menemui mu?" Hulsa penasaran mengapa salah satu kepercayaan tuan Alejandro menemui Emma.
"Bukan hal penting." Isabella enggan membahasnya.
"Isabel, lihat itu mereka sangat serasi sekali." kata Hulsa sembari melihat ke arah balkon di atas sana.
Isabella mengikuti arah pandang Hulsa, ia bisa melihat dengan jelas Alejandro sedang berbincang dengan wanita cantik dengan gaun indah.
"Sudah lama sekali aku tidak melihat nona Aluna."
"Memang dia siapa?" tanya Isabella.
"Dia kekasih tuan Alejandro, aku dengar mereka akan segera bertunangan." seluruh penghuni rumah besar itu tahu jika tuan Alejandro sudah memiliki kekasih bernama Aluna.
"Oh.." Isabella baru tahu tentang fakta bahwa Alejandro sudah memiliki kekasih bahkan akan bertunangan. Tetapi kenapa setiap malam ia harus melayaninya?
"Mereka serasi kan? cantik dan tampan." tanya Hulsa.
"Wanita itu memang terlihat cantik," Isabella mengakui jika wanita yang tengah berdiri dekat dengan Alejandro memiliki wajah cantik. "Tapi tuan mu itu tidaklah tampan! dia seperti iblis!" ia hanya bisa membatin.
"Kau juga pasti cantik kalau memakai gaun indah seperti itu."
Isabella tersenyum tipis, "Aku hanya budak, mana mungkin memiliki gaun indah seperti itu."
"Iya juga.." kata Hulsa.
"Hulsa! angkat anggur ini ke penampungan!" suara Greta terdengar mulai memerintah. "Kau juga!" tunjuknya pada Isabella.
"Baik nona." Hulsa dan Isabella menjawab bersamaan.
Kedua wanita itu mengangkat tumpukan anggur dalam wadah besar. Isabella kesulitan mengangkatnya, sedangkan Hulsa sudah terbiasa.
"Lapisi dengan kain Isabel, agar tangan mu tidak terluka." seru Hulsa memberitahu.
"Iya, aku mengerti." balas Isabella. Meski kesulitan, Isabella tetap menjalankan tugasnya dengan baik. Beberapa kali teriakan Greta terdengar memarahinya.
"Dasar budak tidak becus!"
"Maaf, ini terlalu berat."
"Angkat yang benar, jangan sampai anggur anggur itu rusak!"
"Iya."
Namun jarak dari kebun ke penampungan cukup jauh, Isabella tidak bisa menahan keseimbangan hingga wanita itu terjatuh, anggur dalam wadah pun berserakan.
"Isabel!" Hulsa cemas, Isabella bisa di hukum karena menjatuhkan anggur yang siap di olah.
Benar saja Greta dan kepala pengawas menghampirinya. "Bodoh!"
"Maaf aku tidak sengaja." Isabella segera meminta maaf.
"Ada apa ini?" suara wanita cantik terdengar. Rupanya Alejandro dan Aluna melihat kejadian itu. Mereka tadinya ingin bersantai di halaman rumah, menikmati teh hangat.
Greta dan kepala pengawas segera menundukkan kepalanya. "Maaf nona, ada budak yang tidak becus bekerja."
Aluna melihat Isabella yang masih terduduk di tanah. "CK! dasar budak, menyusahkan saja!"
"Maaf.." lirih Isabella.
"Hukum saja dia! hilangkan jatah makannya selama dua hari." Aluna berlaga seperti tuan rumah saja. Ia memerintahkan untuk menghukum Isabella.
"Baik nona."
"Ale, tidak apa kan aku menghukum budak itu?" Aluna meminta persetujuan dari calon tunangannya.
"Tidak masalah." Alejandro hanya melirik wanita yang setiap malamnya menghangatkan ranjangnya. Ia tak peduli sedikitpun. Isabella hanya seorang budak dan sudah sepantasnya mendapatkan hukuman bila melakukan sebuah kesalahan.
Isabella menatap tajam Alejandro, ia tak habis pikir bagaimana bisa Alejandro membiarkannya menerima hukuman? pria itu seolah tidak mengenalinya. Jelas-jelas setiap malam Isabella datang padanya.
"Hei! jaga pandangan mu dari calon tunangan ku!" seru Aluna yang mendapati Isabella menatap Alejandro.
"Maafkan budak ini nona." Greta bergegas menyuruh Isabella untuk pergi sebelum nona Aluna kembali marah.
"Kau harus memberikannya pelajaran! dia sangat tidak sopan." Aluna menatap kepergian Isabella dengan sorot mata yang tajam.
Alejandro malas mendengarnya, ia pun melangkah kembali ke rumah.
"Ale! tunggu aku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Chen Chen
males banget cerita nya semua manusia kayak iblis jahatnya amit amit..
2023-03-05
0
Julio Stevaning
ni sini wanita jahatnya banyak banget sih
2022-11-03
3
Wirda Wati
kasihan isabela...
udah jadi budak...melayani nafsu bejat Ale...
trusss bekerja keras LG...
dasar Aluna ngga punya hati...
2022-10-31
1