Saat jam istirahat, Hulsa dan Sergio bergegas menemui Isabella. Mereka berdua khawatir dengan keadaan Isabella, tuan Alejandro memberikan pelajaran pada gadis malang itu, entah apa kesalahan Isabella hingga membuat tuan Alejandro marah padanya.
"Isabel, apa kau baik-baik saja?" Hulsa dengan tubuh gempalnya tergopoh-gopoh menghampiri Isabella, "Kenapa kau bisa berurusan dengan tuan Ale? apa kau membuat kesalahan?" rentetan pertanyaan Hulsa hanya mendapat senyuman getir Isabella.
"Aku tidak apa, sepertinya aku tidak sengaja membuat tuan marah." jawabnya. Leher Isabella terlihat memerah, masih terasa perih, terbukti sesekali Isabella mengusapnya.
"Apa ini sakit?" Sergio menyentuh leher Isabella, ia ingin memastikan jika luka itu tidak parah.
Isabella menepis tangan Sergio dengan pelan. "Ini akan sembuh, aku tidak apa apa. Jangan khawatirkan aku."
"Lain kali jangan membuat tuan marah. Dia sangat kejam dan tidak berperasaan. Untungnya dia memiliki wajah tampan." kata Hulsa. Seluruh penghuni rumah besar milik Alejandro tahu, jika tuan mereka memiliki sifat buruk, nyaris kejam.
"Percuma tampan, tapi bersikap kasar pada seorang wanita!" seru Sergio. Wanita adalah makhluk yang harus di perlakukan dengan lembut. Ia tidak suka melihat tuan Alejandro menyiksa wanita seperti apa yang ia lihat pada Isabella.
"Hei! pelankan suara mu." tegur Hulsa. "Kalau ada yang mendengar kamu menjelekkan tuan Ale, bisa habis kamu."
Sergio mendengus, ia mematuhi teguran Hulsa. Rupanya nyali Sergio tak seberani mulutnya.
Isabella tersenyum, "Kalian ini lucu sekali dan sangat cocok. Apa kalian sepasang kekasih?"
"Jangan asal bicara Isabel, aku mana mau mempunyai kekasih berbadan gendut!" sela Sergio. Ia dan Hulsa hanya berteman. Lagipula Hulsa bukan tipe wanitanya.
"Apa kamu bilang! beraninya mengatai ku gendut!" sembur Hulsa tak terima, ia memang mempunyai berat badan berlebihan tapi tidak suka jika ada yang mengatai gendut. "Aku juga tidak sudi mempunyai kekasih seperti mu! kau itu masih terlalu muda untuk ku." Hulsa balas menolak.
"Sudah, sudah, jangan bertengkar." Isabella melerai keduanya.
"Oh iya, satu lagi. Kau juga tidak boleh bermasalah dengan Nyonya Seren dan nona Katty. Mereka sama kejamnya dengan tuan Ale." Hulsa memperingati Isabella agar tidak membuat masalah dengan anggota keluarga tersebut.
"Apa disini sama sekali tidak ada orang baik? semuanya terdengar kejam."
"Ya benar! di sini seperti neraka dunia. Mereka tidak mempunyai belas kasih."
"Asal kau tidak menganggu mereka dan bekerja dengan baik, hidup mu akan aman di sini." Sergio ikut berbicara.
"Iya, aku mengerti sekarang."
***
Malam harinya, sebelum Isabella datang menemui Alejandro. Emma memberikan saran pada perempuan itu.
"Isabel, jika kau tidak ingin mendapat kekerasan dari tuan Ale, bersikap baiklah padanya." ucap Emma. Ia berharap malam ini ketika Isabella keluar dari kamar khusus, keadaan Isabella tidak seperti malam-malam sebelumnya.
"Iya, aku mengerti." jawab Isabella. Malam ini Isabella sudah berjanji akan memuaskan Alejandro demi keselamatan ibunya. "Emma, tolong selimutnya jangan terlalu erat, aku sulit bernafas." kata Isabella saat Emma mulai melilitkan selimut ke sekujur tubuhnya.
"Baiklah, tapi pastikan jangan sampai selimut ini terlepas."
"Iya." Isabella tidak mengerti mengapa ia harus ditutupi? apa Alejandro malu meniduri seorang budak? sungguh aneh! kalau meniduri seorang budak adalah hal yang memalukan, lalu kenapa Alejandro tidak mencari wanita lain saja!
Tiba di kamar, rupanya Alejandro sudah menunggu kedatangannya. Duduk dengan angkuhnya sembari meneguk anggur.
"Kau sudah siap, memberikan ku kepuasan?" tanya Alejandro.
"Ya." jawab Isabella meski ia pun tidak tahu harus bagaimana cara memuaskan Alejandro, Isabella tidak memiliki pengalaman.
"Kemarilah.." Alejandro meminta Isabella mendekat, "Buka baju mu!"
Kali ini Isabella tanpa ragu membuka seluruh pakaiannya. Tubuh indahnya terlihat jelas oleh Alejandro. Walaupun sudah beberapa kali melihat Isabella tanpa pakaian, Alejandro masih terkesima dengannya. Kulit yang mulus, buah dadaa yang padat dengan ukurannya sangat pas dalam genggaman tangan besar Alejandro.
Kenapa seorang pelayan bisa memiliki tubuh seindah nyaris tanpa cela?
"Duduk!" Alejandro menepuk pahaanya, ia menginginkan Isabella duduk di pangkuannya.
Isabella melangkah pelan, mendekat lalu duduk di pangkuan Alejandro.
"Bagus! kalau kau menurut, aku tidak akan bermain kasar pada mu." Alejandro menelusuri garis wajah Isabella. Wanita itu sangat cantik dengan mata hazel yang di hiasi bulu mata lentik, hidung bangir yang kecil, bibir mungil, menjadi kesatuan yang pas di wajah Isabella.
"Kenapa hanya diam? bukankah kau akan menyenangkan ku?" Alejandro berkata sembari menghirup aroma Isabella di ceruk, tangannya pun tidak tinggal diam. Pria itu sudah memainkannya, meremmas, memelintir pucuknya.
"Ak-u.. tidak tahu.." Isabella berkata jujur, ia tidak tahu harus melakukan apa. ******* tertahan saat Alejandro dengan liar memainkan area sensitifnya.
Alejandro menyeringai. "Aku akan mengajari mu." selanjutnya, Alejandro mencium rakus bibir Isabella, meminta wanitanya untuk membalas ciuman itu.
Hanya dengan membalas dan merespon sentuhan Alejandro, hal itu sudah membuat sang tuan senang.
Gairrah pria itu mulai membuncah, Alejandro tidak sabar untuk membawa Isabella ke peraduan. Ia menghempaskan tubuh Isabella di atas ranjang. Tubuh tanpa busana yang tergolek menjadi pemandangan indah bagi Alejandro.
Isabella memalingkan wajah saat Alejandro menanggalkan pakaiannya. Ia masih belum terbiasa melihat seorang pria dewasa tellanjang bulat.
Alejandro merangkak naik, memulai permainannya malam ini. Kali ini, Alejandro bermain dengan lembut, karena Isabella tidak lagi seperti mayat hidup yang diam saat di gagahinya. Pria itu tidak merasa terhina lagi oleh wanita yang saat ini berada dalam kuasanya.
Isabella mulai menikmati sentuhan Alejandro. Dessahan dan rintihan kenikmatan lolos dari bibir Isabella. Hatinya membenci pria itu, sangat! tapi tidak di pungkiri sentuhan itu benar-benar nikmat!
Hingga pagi menjelang, Isabella baru keluar dari kamar itu. Sedangkan Alejandro masih tertidur karena kelelahan.
"Emma, kenapa masih menunggu ku? kau harusnya istirahat saja." Isabella heran, kenapa Emma harus menunggunya? berdiri di depan pintu kamar. Apa wanita itu tidak lelah?
"Ini sudah tugas ku." jawab Emma. "Lebih baik sekarang kau kembali ke kamar mu. Ayo.."
"Emma, apa bukan hanya aku? apa banyak wanita yang pernah menjadi pemuas tuan?"
"Kau tidak perlu tahu. Cepatlah, sebentar lagi para pelayan akan terbangun dan mulai bekerja." Emma memilih mengalihkan pembicaraan. Bukan kewajibannya untuk menjawab pertanyaan Isabella.
"Iya, baiklah.."
"Kau sudah mulai menerimanya? itu jauh lebih baik." Emma bersyukur kali ini Isabella keluar kamar dalam keadaan baik. Tidak ada luka lebam di leher dan wajahnya.
"Hanya untuk bertahan hidup dan demi keselamatan ibu ku. Kebencian ku tidak akan pernah hilang! aku membenci tuan mu itu!" seru Isabella.
"Pelan kan suara mu." tegur Emma.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Elizabeth Yanolivia
Bukan gratis, sudah dibeli mahal karena dijual catalina
2023-02-23
0
Elizabeth Yanolivia
bukan gratis ya, kan sudah di beli mahal, dijual catalina
2023-02-23
0
Elizabeth Yanolivia
celah = cela
2023-02-22
0