Chapter 9

Happy Reading

Ratu Melisa memperlihatkan sebuah bungkusan pada putrinya, dia baru saja mendapatkan bungkusan itu dari seseorang yang telah ia bayar mahal.

"Itu apa Ibunda Ratu?" tanya Putri Ruby penasaran.

Ratu Melisa membuka bungkusan itu dan memperlihatkan beberapa butir yang menyerupai obat.

"Ini adalah obat khusus yang Ibu pesan dari pembuat ahli racun di Negara ini," jelas Ratu Melisa mengambil sebutir obat tersebut. "kalau obat ini di konsumsi, efek samping yang dirasakan adalah kecemasan yang luar biasa dan membuat kulit seseorang yang mengkonsumsi obat ini akan menjadi kering keriput, membuat bisul di setiap tubuh," Putri Ruby mengangguk antusias, "dan bisa dipastikan kalau putri Aurelia memakan obat ini, dia bisa gila akan kutukan untuk dirinya dan berakhir mati mengenaskan!" ujar Ratu Melisa.

Putri Ruby tertawa puas dengan penjelasan sang Ratu, tentu saja apa yang dia inginkan adalah kematian Putri Aurelia dan menjadikannya Ratu di kerajaan Timur.

"Bagus Bu, aku merasa bahwa kita mendekatinya ending dari kisah Putri Aurelia yang akan mati karena kutukan, pasti berita yang tersebar diluar sana adalah kematian sang Putri karena kutukan! hahaha!" Putri Ruby tertawa senang.

Ternyata semudah itu hanya untuk menyingkirkan Putri Aurelia tanpa di curigai sama sekali. Membuat dia makan racun yang telah di campur ke makanannya dan langsung menyebabkan bintik-bintik merah kecil keluar di seluruh tubuhnya.

"Ruby, sebaiknya kamu suruh salah satu pelayan untuk membawakan obat pada Aurelia, aku takut dia curiga kalau kamu sering datang ke sana," ujar Ratu Melisa.

Putri Ruby mengangguk, "iya Ibunda, memang sebaiknya pelayan saja yang membawakannya, sebenarnya aku juga terpaksa harus menemui kakak tiri ku yang jelek itu, apakah Ibunda tahu kalau semakin lama tubuhnya itu berbau sangat amis??"

"Tentu saja itu efek dari racun mahal yang Ibunda beli dari orang yang sudah pengalaman membuat racun seperti itu, bisa dipastikan kalau tidak akan ada yang tahu kalau makanan putri Aurelia telah di beri racun, Ibu juga sudah membayar mahal tabib dan dokter itu!"

Akhirnya Putri Ruby memanggil seorang pelayan paruh baya untuk membawakan obat itu untuk putri Aurelia.

Di Paviliun Belakang.

Seorang pelayan suruhan Ratu Melisa dan putri Ruby datang ke paviliun belakang untuk membawakan obat dan juga makanan untuk putri Aurelia. Pelayan tersebut masing ingat dengan ucapan sang Ratu jika dia harus melihat sendiri putri Aurelia meminum obat tersebut.

"Sepertinya sang Ratu sangat menyayangi putri Aurelia, sungguh beruntung sang putri memiliki ibu tiri seperti sang ratu, putri Ruby juga sangat menyayangi kakak tirinya, tapi sayang sekali kondisi putri Aurelia semakin hari semakin parah, kasian sekali, padahal putri sangat cantik, tapi sayang karena kutukan itu, putri Aurelia harus diasingkan di Paviliun, agar penyakit nya tidak menular, bahkan katanya luka-luka itu sudah mulai tercium bau yang busuk!" gumam pelayan itu begidik ngeri.

Pelayan itu masuk kedalam Paviliun setelah Liliyana membukakan pintu untuknya.

"Liliyana, tolong panggil kan putri Aurelia, kata Ratu beliau harus makan obat ini agar segera sembuh," ujar sang pelayan suruhan Ratu.

Liliyana akan menjawab, tapi Putri Aurelia sudah keluar menemui pelayan itu dengan memakai cadar.

"Putri, saya diperintahkan oleh Ratu Melisa dan Putri Ruby untuk memberikan obat ini untuk anda, dan juga makanan ini, silahkan di makan Putri," pelayan itu memberikan obat dan makanan itu langsung pada Aurelia.

Aurelia yang dulu pasti akan merasa senang dan tersanjung dengan ibu tiri dan adik tirinya karena telah memberikan obat padanya.

'Cih, itu memang obat, tapi obat untuk membuat penyakit ku makin parah!'

Namun sekarang dia adalah Viona, yang telah membaca tamat novel Dendam Sang Putri ini.

"Liliyana, tolong bawa obat dan makanan itu ke dapur, nanti aku akan makan di sana," titah putri Aurelia.

Sang pelayan langsung menggeleng cepat, "tidak, putri! Anda harus makan di sini! Harus segera di makan dan dihabiskan!" Liliyana terkejut dan melongo melihat pelayan paruh baya itu berbicara dengan nada tinggi.

Viona berpura-pura terkejut, memegang dadanya dan mundur selangkah ke belakang. "Liliyana, ambil obat itu dan bawa ke kamarku, kepalaku pusing sekali!"

Liliyana langsung mengambil nampan yang di bawa pelayan paruh baya itu dan masuk mengikuti putri Aurelia ke dalam kamarnya. Alhasil pelayan yang ditugasi oleh Ratu Melisa tidak bisa melihat apakah obatnya sudah di minum atau belum.

'Sebaiknya aku katakan saja kalau putri Aurelia sudah memakan habis obatnya, kalau tidak pasti aku akan dihukum sama sang Ratu!'

"Liliyana, buang semua ini di tempat sampah!" perintah Putri Aurelia.

"Baik, putri!" Liliyana langsung mengambil nampan itu dan membuang semuanya ke dalam tempat sampah sesuai titah sang Putri.

Viona tertawa kecil, dia tidak akan pernah mau menyentuh apapun yang di berikan oleh Ibu tiri dan Adik tirinya itu.

"Apakah itu tadi juga ada racunnya, putri?" tanya Liliyana setelah mencuci tangannya.

"Iya, kali ini mereka bahkan memberikan obat yang akan membuat penyakit ku tambah parah, tapi lihat saja akan ku buat usaha mereka sia-sia karena bukannya menjadi buruk rupa, berbau busuk, tapi aku akan menjadi lebih cantik dari yang mereka bayangkan," ucap Putri Aurelia.

"Wah, putri sekarang benar-benar beda ya, hamba suka sekali dengan karakter putri yang seperti ini, benar-benar berbeda dari sikap Tuan putri yang dulu," ucap Liliyana dengan mata berbinar.

Aurelia tersenyum, "kalau begitu sekarang bantu aku mengobati semua ini, Liliyana!"

Terpopuler

Comments

Entin Fatkurina

Entin Fatkurina

semoga penyakit aurelia bisa segera sembuh, lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut

2022-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!