Chapter 4

Happy Reading.

Putri Ruby membanting pintu kamarnya dengan keras, membuat sang ibunda yang berada di sofa ruang tengah mendengar nya. Wajah sang putri terlihat sangat tidak enak di lihat setelah kembali dari paviliun belakang.

"Ada apa dengan Ruby? kenapa dia terlihat kesal?" gumam Ratu Melisa.

Akhirnya wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik itu melangkah menuju kamar putrinya yang berada di lantai dua untuk melihat keadaan putrinya.

Istana tempat tinggal Ratu Melisa dan Putri Ruby itu memiliki tiga lantai, bangunan nya sebesar istana utama tempat tinggal Raja Henry dan mendiang Ibunda yang mulia Ratu permaisuri utama atau ibu dari putri Aurelia.

Meskipun Yang mulia Raja Henry menikah kembali dan mengangkat Putri Melisa menjadi Ratu saat ini, tapi sang Raja tidak memperbolehkan Ratu Melisa dan Putri Ruby menempati istana utama.

Awalnya hal itu sangat bertentangan dengan keinginan Ratu Melisa karena dia sangat ingin tinggal di istana utama sebagai ratu dari Raja penguasa kerajaan ini. Tapi Raja Henry tetap tidak memperbolehkan Ratu Melisa tinggal di istana utama.

Ada rasa iri dan cemburu di hati Ratu Melisa dan Putri Ruby tapi mereka tidak pernah memperlihatkan raut ketidaksenangan mereka di depan sang raja. Tentu saja sebagai Ratu yang lemah lembut bijaksana membuat Ratu Melisa harus selalu berakting di depan Raja Henry seolah dia bisa menerimanya dengan hati yang lapang.

"Putri Ruby, ada apa? kenapa kamu kelihatan seperti sedang marah?" tanya Ratu Melisa ketika masuk ke dalam kamar putrinya.

Putri Ruby masih mengepalkan tangannya kuat, seakan meredam emosinya yang siap kapan pun.

"Ibunda Ratu, aku begitu kesal dengan putri Aurelia! dia tidak mau makan bubur ayam yang aku bawa," jawab putri Ruby.

"Loh, kenapa Aurelia tidak mau makan sup darimu? bukankah selama ini dia selalu makan apapun yang kamu bawakan untuknya?"

"Nah, itu yang sejak tadi menjadi beban pikiranku, bu! Putri Aurelia bertingkah begitu aneh, biasanya dia yang selalu menurut padaku dan juga matanya yang selalu mendamba seakan aku adalah saudara yang baik dan sangat menyayanginya, tapi saat tadi aku ke paviliun belakang semua itu tidak sama lagi, sikapnya bahkan pandangannya padaku terlihat datar dan kaku, dia bahkan berani memintaku makan sup ayam yang aku bawa, entah Aurelia berpura-pura atau memang dia berusaha bersikap baik padaku, tapi aku menangkap kejanggalan pada dirinya," jawab Putri Ruby.

Ratu Melisa tertawa, "hahaha sudahlah putriku mungkin kamu terlalu kecapean tidak mungkin Aurelia berubah begitu saja ya mungkin dia memang ingin bersikap baik padamu karena kamu selalu memberikan dia makanan enak dan perhatian jadi wajar saja kalau menurut ku, Aurelia itu hanya gadis bodoh yang gampang diperalat, kuasai emosimu dan jangan buat semua orang curiga dengan sikapmu Ruby, sebentar lagi misi kita akan berhasil jadi jangan sampai kamu membuat usaha kita selama ini sia-sia belaka," ujar Ratu Melisa menasehati putrinya.

Putri ruby menghela nafas kasar, dia tahu betul bahwa tadi dia sempat emosi karena sikap Aurelia yang membangkang tidak mau memakan sup ayam darinya. Padahal di dalam sup ayam itu sudah dicampurkan racun yang sangat mematikan, bahkan hanya dalam waktu sebulan racun tersebut bisa dipastikan bisa menggerogoti sel saraf dan mengeluarkan bintik-bintik di seluruh tubuh orang yang mengkonsumsi racun tersebut, nanah dan bau amis juga akan keluar dari bintik-bintik itu, dugaan bahwa Putri Aurelia terkena kutukan pasti akan langsung menyebar luas dengan bukti kepergiannya dari dunia ini.

Tapi sepertinya rencana Putri Ruby dan Ratu Melisa harus tertunda terlebih dahulu, "baik ibunda Ratu, aku mengerti," Putri ruby memang harus bisa menjaga kemarahan emosinya. Dia berjanji akan kembali esok hari ke paviliun belakang untuk memberikan kembali racun yang dia beli sangat mahal itu.

****

Putri Aurelia memandang pantulan wajahnya di depan cermin, mengamati beberapa bintik-bintik di wajahnya yang mulai terlihat memerah dan muncul nanah. Sepertinya efek dari racun yang sudah masuk ke dalam tubuhnya beberapa waktu yang lalu saat dia memakan racun yang diberikan oleh adik tirinya itu.

"Aku harus segera membuat penangkal racunnya agar tidak semakin menyebar, kalau tidak cepat bisa berakibat fatal ini!" gumam Viola.

"Sungguh putri yang malang, aku akan mengobatimu karena sekarang aku yang tinggal di tubuhmu, akan ku buat adik tiri dan ibu tirimu yang jahat itu terkaget-kaget melihat keadaanku setelah ini!"

Viola tersenyum lebar, kemudian dia berjalan ke arah pintu dan keluar dari dalam kamarnya dengan mengangkat wajah. Apabila putri Aurelia yang dulu tidak berani keluar dari dalam kamar ataupun pasti selalu menunduk untuk menutupi wajahnya, namun sekarang karena yang berada di dalamnya adalah Viola, maka pelayan setianya begitu terkejut dengan perubahan sikapnya.

"Putri, apakah anda membutuhkan sesuatu?" tanya Liliyana yang merupakan pelayan setianya dari sejak enam tahun lalu telah mengabdi kepada putri Aurelia.

"Liliyana, belanjalah ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang ku butuhkan, aku sudah menulisnya di secarik kertas," putri Aurelia menyerahkan kertas yang berisi resep-resep untuk membuat penangkal racun yang berada di dalam tubuhnya.

Liliyana mengerutkan keningnya, nampak ragu untuk mengambil kertas tersebut. "I-ini resep untuk apa ya, putri?" Liliyana akhirnya membaca tulisan itu. Pelayan itu merasa bahwa resep yang di tulis bukanlah resep masakan.

Seakan tahu apa yang dipikirkan oleh pelayannya, Aurelia menjawab. "Ini resep untuk penangkal racun, kamu harus tahu satu hal, bahwa selama ini aku sudah mengkonsumsi racun yang sangat mengerikan, bintik-bintik ini bukanlah kutukan, melainkan berasal dari racun yang di bawa oleh Putri Ruby, jadi kamu harus waspada, Liliyana, setelah ini kamu buang semua pemberiannya!" ujar Putri Aurelia.

Liliyana terkesiap mendengar cerita dari sang putri, selama ini dia tidak tahu jika Putri Ruby memberikan racun pada Putri Aurelia. "Baik putri, serahkan semuanya kepada saya, kalau begitu saya akan ke pasar untuk mencari bahan-bahan yang anda perlukan," Liliyana membungkuk hormat, kemudian langsung pergi untuk mencari resep yang di tuliskan oleh Putri Aurelia.

Setelah berhasil menemukan bahan-bahan yang di carinya, Liliyana pulang ke istana paviliun belakang dan langsung memberikannya pada Putri Aurelia.

Viola yang saat ini menjadi sang putri di kehidupan nyata adalah seorang dokter dan juga sedang mendalami tentang membuat ramuan obat-obatan dan juga mengenai jenis-jenis racun. Diapun mempraktikkan keterampilan meramu obat penangkal racun

yang sudah ia pelajari.

Hanya butuh waktu dari siang sampai sore hari, akhirnya ramuan itupun jadi. Putri Aurelia membuat dua ramuan, yang satu berbentuk bulat kecil serupa dengan pil, dan yang satunya lagi obat untuk di oleskan.

Viola berjanji bahwa dia akan membuat wajah dan kulit tubuh sang putri kembali seperti semula.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

💮Nofa💮

💮Nofa💮

sehat terus kak. semangat ya. ditunggu update nya🙏

2022-09-30

0

onalia Sukatendel

onalia Sukatendel

uptadenya kelmaaan thor

2022-09-30

1

Entin Fatkurina

Entin Fatkurina

tetap semangat viola, lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut

2022-09-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!