Dua bulan berlalu....
Alka beberapa minggu ini sangat sibuk sekali, selain mengurus anak-anaknya ia juga di sibukkan dengan bengkel yang semakin ramai.
Jadwal buka bengkel ia majukan lebih awal, sebelumnya jam 8 pagi kini menjadi pukul 7 pagi.
Bukan hanya jadwal buka bengkel saja yang berubah. Hari libur nasional dan hari Minggu juga tetap beroperasi dengan jam kerja 8 jam.
Alka juga menambah 1 orang karyawan.
"Ayah, ini hari libur. Kapan punya waktu untuk kita jalan-jalan? ungkap Varrel.
"Ayah akan sempatkan waktu untuk berlibur," ujar Alka.
"Ayah jarang sekali di rumah, aku tidak punya teman bermain," protes Raline.
"Kamu main dengan Kak Varrel dan Sean saja!" saran Alka.
"Aku tidak mau, Tante Shireen tak pernah ada waktu untukku. Aku benci dia," mengerucutkan bibirnya.
"Hei, kenapa kamu benci dia?" Alka menatap wajah putrinya.
"Tante Shireen selalu saja memberikan alasan kalau mengantar makanan ke sini," jawabnya kesal.
"Ya, mungkin dia sedang sibuk," ujar Alka.
"Sibuknya tiap hari?" tanya Raline.
Alka tak bisa menjawabnya
"Ayah!" panggil Raline.
"Ya."
"Ayo kita bertemu ibu, aku mau ajak dia main. Kenapa juga ibu tak pernah pulang?" tanya Raline.
"Ibu sedang bekerja, Raline."
"Tapi, kenapa tidak pernah pulang? Memangnya ibu kerja di mana?" tanyanya lagi.
"Ibu kerja di tempat jauh."
"Ayah tidak berbohong, kan?" menatap wajah Alka.
"Ayah!" panggil Varrel.
"Ya, Nak!" Alka mengarahkan pandangannya pada putra pertamanya.
"Kata orang-orang, kalian sudah berpisah," tutur Varrel.
Alka sejenak terdiam.
"Ayah, apa benar yang dikatakan mereka?" tanya Varrel.
"Ayah belum bisa menceritakannya pada kalian, tapi yakinlah kami sebagai orang tua sangat menyayangi kamu, Raline dan Sean," ujar Alka.
"Tapi, aku sangat merindukan ibu," ungkap Varrel.
"Aku juga, Yah." Sahut Raline.
"Kita pasti bertemu dengan ibu," ucap Alka berusaha tersenyum walau hatinya menangis.
"Benar, Yah?" tanya Varrel.
Alka mengangguk dan memeluk kedua buah hatinya.
Alka berdiri, lalu berjalan ke arah pintu. "Jangan nakal, Ayah mau ke bengkel. Kalian tak boleh bertengkar!" nasehatnya.
"Baik, Yah." Keduanya berucap serentak.
Alka menghidupkan mesin motornya, dari pagar seorang wanita muda berdiri sembari tersenyum padanya.
Ya, dia anak lurah yang kini beranjak dewasa namanya Mitha berusia 21 tahun.
"Pagi, Mas Alka!" sapanya.
"Pagi juga, ada apa, ya?"
"Saya ingin memberikan ini kepada Raline," menunjukkan semangkok sop ayam.
"Oh, ya. Di dalam ada neneknya berikan saja padanya," ujar Alka.
"Baik, Mas."
"Terima kasih, ya." Ucap Alka, kemudian ia pamit berangkat kerja.
Mitha mengangguk. Wanita muda itu pun memanggil Raline dan siempunya nama keluar bersama Lilis.
Mitha pun mengajak Raline dan Lilis mengobrol, mereka sangat dekat karena memang sudah lama kenal.
Varrel tampak cuek melihat kehadiran Mitha dan fokus bermain dengan mainan barunya yang baru saja dikirimi Opa Andi.
Sementara itu Alka tampak menghentikan motornya di pinggir jalan tak jauh dari bengkel. Ia lalu turun dan menghampiri mobil yang sedang mogok.
"Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Alka.
Wanita itu menoleh ke bengkel dan terkejut, "Mas Alka!"
"Kenapa dengan mobilmu?" tanya Alka.
"Aku tidak tahu, Mas."
"Apa saya boleh memeriksanya?" meminta izin.
"Ya, boleh." Shireen meminggirkan tubuhnya.
Alka mulai memeriksa tak lama kemudian ia berkata, "Saya punya teman pemilik bengkel mobil, biar karyawannya saja kemari. Tempatnya juga tak terlalu jauh dari sini."
"Boleh, Mas. Silahkan panggil," ujar Shireen.
Alka mengambil ponsel di saku celananya dan menghubungi temannya. Kira-kira tak sampai 1 menit, ia menutup teleponnya.
Alka mengarahkan wajahnya pada Shireen, "Sebentar lagi mereka datang."
Shireen mengiyakan, ia lalu duduk di dalam mobil dan Alka duduk di atas motor.
Sembari menunggu keduanya memainkan ponselnya.
Alka melihat jam di tangannya, sesekali menoleh ke arah jalanan.
Sudah hampir 20 menit namun pekerja bengkel belum juga datang.
Shireen keluar dari mobilnya menghampiri Alka, "Mas, apa masih lama?" tanyanya.
"Saya akan menghubungi dia lagi," ucap Alka.
Ketika hendak mengambil ponselnya, dua orang pegawai bengkel datang.
Alka dan Shireen bernafas lega.
Dua pegawai menjelaskan tentang kerusakan dan akan membawa mobil ke bengkel. Shireen menyetujuinya.
Mobil pun dibawa pergi.
"Mas Alka, terima kasih," ucap Shireen.
"Ya, sama-sama. Kamu mau ke mana?"
"Mau ke ruko, Mas."
"Mari saya antar!" Alka menawarkan diri.
"Saya naik ojek saja, Mas." Shireen menolaknya.
"Biar saya antar," tawarnya lagi.
Shireen mengangguk, ia lalu duduk di belakang.
Alka memberikan helm yang ia gunakan tadi, "Pakai ini, cuaca sangat panas."
Shireen mengambilnya dan memakainya.
Alka mengendarai motornya ke tempat usaha milik wanita itu.
Begitu sampai, Shireen turun dari motor dan berusaha membuka helmnya. "Ini bagaimana, Mas?" tampak kesulitan.
Alka mengarahkan tangannya ke helm yang dikenakan Shireen, "Maaf!"
Jantung Shireen berdetak kencang. Ketika wajah keduanya saling berdekatan dan jemari tangan Alka tak sengaja menyentuh kulit lehernya.
Perlahan membuka helm, Alka kembali mengucapkan kata maaf.
"Saya yang harusnya minta maaf karena sudah merepotkan Mas Alka," ujar Shireen.
Alka hanya tersenyum tipis.
"Apa yang harus saya lakukan untuk membalas kebaikan Mas Alka?" tanya Shireen.
"Tidak perlu membalasnya," ujar Alka.
"Saya jadi berutang budi, Mas."
"Tak ada yang berutang, kamu tidak perlu khawatir," ucap Alka.
"Sekali lagi terima kasih, Mas." Shireen tersenyum.
"Sama-sama. Oh, ya, Raline selalu menanyakan dirimu kenapa tak pernah bermain dengannya. Jika kamu tidak sibuk, sempatkan waktu sebentar menemaninya," pinta Alka.
"Baik, Mas. Saya akan sempatkan waktu bermain dengannya," ucap Shireen.
"Terima kasih, ya." Alka tersenyum.
"Menu hari ini sudah pesan, kan?" tanya Shireen.
"Sudah."
"Baiklah, nanti saya akan antarkan," ucap Shireen.
Alka mengangguk, berpamitan dan berlalu.
Shireen berjalan ke arah rukonya, "Ku tidak ingin Mas Alka salah paham jika aku selalu dekat dengan anak-anak, karena ketika Mas Alka mengganti uang belanja itu membuat ku sakit hati.
Para karyawan mengulum senyum ketika Shireen memasuki tempat usahanya. "Kalian kenapa?" tampak heran.
"Pak Alka tampan 'ya, Bu." Celetuk salah satu karyawan.
"Iya," jawab Shireen tanpa sadar.
"Cieee.... akhirnya Bu Shireen punya kekasih," ledek salah satu karyawan wanita.
"Kalian apaan, sih?" Pipi Shireen merona merah.
"Katanya Pak Alka sekarang duda, Bu." Ujar karyawan pria.
"Tahu dari mana kamu?"
"Saya pernah mengantarkan pesanan Pak Alka sambil tanya-tanya tetangga katanya dia seorang duda," ungkap karyawan pria itu.
"Begitu, ya," Shireen pura-pura baru tahu. Padahal dirinya sudah mengetahui kalau Alka seorang duda dari Bu Suci yang menjadi langganan kateringnya.
"Jangan lama-lama, Bu. Segera dekati anak-anaknya," celetuk karyawan yang lainnya.
Shireen hanya tertawa kecil sembari menggelengkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
ibuAL
semangat kakak auto cerita nya bagus ,,/Good/
2023-11-27
1
Mulya Nurhayati
suka banget ceritanya
2022-11-10
2