Dunia seakan runtuh ketika mendengar istrinya mencintai pria lain.
"Dia pria beristri, apa kamu tega menyakiti hati sesama wanita?" Alka bertanya serius.
"Kami saling mencintai, Mas."
Alka menarik nafasnya dalam-dalam lalu dihembuskannya.
"Dia mantan kekasihku, Mas," ucap Rani.
"Kenapa memilih aku jika kalian saling mencintai?" bertanya tanpa menatap.
"Ya, aku pikir Mas mampu membahagiakan ku!"
"Apa kamu tidak bisa memikirkan ulang dengan ucapanmu itu?"
"Tidak, Mas. Aku yakin," jawab Rani tegas.
"Ada tiga buah hati, kamu tidak memikirkan mereka?" tanya Alka.
Rani terdiam.
"Berpikir lagilah, Rani. Sebelum kamu menyesal," ujar Alka.
"Aku akan tetap menyayangi mereka, Mas!"
"Apa kamu ingin memisahkan aku dengan mereka?"
"Aku akan memberikan hak asuh padamu, aku juga akan berusaha selalu ada waktu untuk mereka."
"Kita serumah saja, kamu jarang punya waktu dengan mereka. Apalagi kita berpisah? Belum tentu suami barumu bisa menerima mereka," ujar Alka.
"Aku janji, Mas!"
"Baiklah, aku akan mengabulkan keinginan kamu itu!"
"Mas, serius?" Rani tak percaya jika Alka yang begitu mencintainya dengan mudahnya mengabulkan keinginannya.
"Apa aku terlihat bercanda untuk hal ini, Rani?" menatap istrinya.
"Mas!" ucapnya lirih.
"Besok ku akan mengembalikanmu pada orang tuamu dan mengurus perceraian kita di pengadilan," ujar Alka.
"Mas Alka tidak memiliki wanita lain, kan?"
"Rani, jika kamu tidak mencintaiku lagi. Tak perlu menyalahkan wanita lain."
"Mas, sudah tidak mencintaiku lagi?" tanya Rani.
"Untuk apa aku mempertahankan wanita yang tidak mengharapkanku lagi!" Alka menarik sudut bibirnya.
Alka turun dari ranjang, meraih bantal dan selimut. "Mulai malam ini, kita bukan suami istri lagi!" membalikkan badannya berjalan keluar kamar.
Rani memegang dadanya, entah kenapa rasanya perih sekali mendengar semua ucapan Alka.
...----------------...
Keesokan harinya, aktivitas pagi seperti biasa. Alka juga sudah menyusun beberapa pakaian untuk di bawanya ke rumah Mama Lilis.
"Malam ini aku tidur di rumah Mama, lusa aku akan memulangkan kamu ke orang tuamu. Jika anak-anak bertanya jangan menjelaskan yang sebenarnya," ujar Alka.
"Mas Alka, jangan pulangkan aku!" pintanya.
Alka menghentikan kegiatan memasukkan pakaian ke tas lalu menoleh istrinya. "Bukankah kamu ingin kita berpisah?"
"Iya, Mas. Tapi aku belum siap meninggalkan anak-anak," jawab Rani ragu.
"Kenapa?"
Rani tak mampu menjawab lagi.
"Aku hanya ingin mengabulkan keinginan kamu itu, Rani. Semoga pria yang kamu cintai mampu membahagiakan dirimu!" berjalan keluar kamar membawa tas.
Varrel yang melihat Alka membawa tas ransel menghampiri dan bertanya, "Ayah mau ke mana?"
"Ayah ada urusan pekerjaan sebentar, kalian bersama ibu sementara, ya." Jawabnya dengan lembut.
"Ibu bekerja, lalu adik-adik dengan siapa?" Varrel bertanya lagi.
"Nenek akan menemani kalian," jawab Alka.
"Ayah tidak akan pergi lama, kan?" tanyanya lagi.
"Tidak, Nak. Ayah sangat mencintai kalian," jawab Alka lagi. "Sekarang kita berangkat ke sekolah, ibu akan pergi kerja jika nenek sudah datang," ajaknya.
"Baik, Yah." Varrel bergegas mengambil tasnya.
Keduanya pun berangkat, tak lama kemudian Lilis datang.
Rani pergi kerja dengan wajah di tekuk.
-
Selesai mengantar Varrel ke sekolah dan pakaian ke rumah Mama Lilis. Alka kembali ke rumahnya.
"Kenapa kamu balik lagi?" tanya Lilis pada putranya.
"Aku tidak ke bengkel hari ini, Ma."
"Kenapa?"
"Tidak apa-apa, Ma." Jawabnya. "Beberapa malam ini aku menumpang tidur di rumah Mama, ya!" lanjutnya.
"Kamu ribut dengan Rani?"
"Kami ingin berpisah, Ma." Jawabnya dengan wajah sedih.
"Apa!" Lilis tampak terkejut.
"Iya, Ma. Rani mencintai pria lain, aku tidak bisa memaksanya untuk berada di dekatku," jelas Alka.
Lilis merasa sedih karena nasib putranya seperti dirinya.
"Besok aku akan mengantarkan Rani pulang ke rumah orang tuanya," ujar Alka.
"Lalu anak-anak?"
"Aku titip mereka di rumah Mama."
Lilis mengiyakan.
-
-
Malam harinya, Rani tidur di kamarnya sendiri. Menoleh ke samping kirinya, biasanya ada ayah dari anak-anaknya yang begitu tampan dan baik. Namun, matanya sudah digelapkan oleh harta sehingga tak mampu melihat ketulusan suaminya.
Rani lalu menghubungi seseorang, "Aku akan berpisah dengan suamiku. Kamu juga harus menceraikan dia!"
"Baiklah, aku akan melakukannya juga!" ucap seorang pria dari kejauhan.
...----------------...
Pagi harinya selesai sarapan, Alka dan Rani membawa anak-anak mereka ke rumah Mama Lilis setelah itu keduanya menuju rumah orang tuanya Rani.
Andi yang sedang duduk di teras lantas berdiri ketika melihat anak dan menantunya datang.
Keduanya menyalim tangan pria paruh baya itu.
"Mana cucuku? Kenapa tidak ikut?" cecar Andi.
"Mereka kami titipkan pada Mama Lilis, Pa." Jawab Rani.
"Kenapa kamu membawa koper?" tanya Andi.
"Aku akan jelaskan semuanya di dalam, Pa." Jawab Rani.
Andi mengiyakan.
Ketiganya pun masuk ke rumah.
Rani dan Alka saling pandang.
Andi memperhatikan keduanya, "Sekarang jelaskan pada Papa!"
"Kami ingin berpisah, Pa." Jelas Alka.
Andi tampak terkejut dan sedikit syok.
"Maafkan aku, Pa. Belum bisa membahagiakan Rani," ujar Alka.
"Apa alasan kalian ingin berpisah?" tanya Andi.
"Kami tidak memiliki kecocokan lagi, Pa," jawab Rani.
"Tidak cocok? Kalian sudah berumah tangga selama tujuh tahun, kenapa baru sekarang bilang tak cocok?" tanya Andi.
Rani dan Alka tak bisa menjawab.
Ditengah percakapan mereka, Rita muncul dari arah luar. Mengucapkan salam dan dijawab ketiga orang yang berada di rumah.
Rita bergabung dengan ketiganya. "Kenapa cuma berdua? Mana anak-anak?"
"Mereka tidak ikut, Ma." Jawab Andi.
"Kenapa?" tanya Rita.
"Mereka ingin berpisah, Ma," ujar Andi tanpa di tanya alasan anak dan menantunya datang serta tak menjawab pertanyaan istrinya.
"Ya, baguslah," celetuk Rita.
"Mama!" hardik Andi.
Rita menatap suaminya, "Untuk apa lagi mempertahankan rumah tangga jika tak ada kecocokan."
"Ma, apa kamu tidak memikirkan nasib cucu-cucu kita?" tanya Andi.
"Ada ayahnya," jawab Rita.
Andi tampak kesal dengan ucapan istrinya.
"Kami akan segera mengurus perceraian," ujar Alka.
"Papa tidak setuju kalian bercerai hanya dengan alasan tak ada kecocokan!" Andi berkata tegas.
"Pa, aku tidak mencintai Mas Alka lagi," Rani menundukkan kepalanya.
"Apa alasanmu tidak mencintai suamimu? Apa dia mengkhianatimu?" tanya Andi dengan nada tinggi.
Rani terdiam.
"Rani, jawab pertanyaan Papa!" Andi berkata lantang.
Rani memegang kaki Andi. "Maafkan aku, Pa!" meneteskan air matanya.
"Katakan alasannya!" Andi melihat Rani yang menyentuh kakinya.
"Aku mencintai pria lain, Pa!" Rani terbata.
Andi menarik nafas dalam-dalam lalu perlahan ia hembuskan.
Alka dan Rita hanya diam.
"Siapa pria itu, Rani?" tanya Andia dengan nada dingin.
Rani tak menjawab.
"Katakan!" bentaknya.
Rani kaget mendengar bentakan papanya.
"Siapa pria yang telah merusak rumah tangga kalian?" tanya Andi lagi.
"Aku mencintai Andri, Pa."
Rita dan Andi mendengar pengakuan putrinya begitu terkejut apalagi pria itu sudah berumah tangga dan memiliki anak.
"Alka pantas menceraikanmu!" Andi berkata dengan nada dingin.
"Pa, aku sangat mencintai Rani tapi aku tak sanggup mempertahankannya karena dia memilih pria lain," ujar Alka.
"Papa juga akan melakukan hal yang sama," ucap Andi.
"Istrimu ini setia, Pa," celetuk Rita.
"Ajarkan putrimu ini untuk tidak main-main dengan pernikahan!" Andi meninggalkan ruang tamu.
-
-
Alka pulang ke rumah seorang diri, hatinya benar-benar hancur. Duduk di pinggir ranjang lalu mengeluarkan air matanya yang tak mampu ia tahan.
Pernikahan yang ia harapkan sekali seumur hidup kini harus berakhir. "Aku berharap ini hanya mimpi!" lirihnya.
Jarum jam menunjukkan hampir pukul 5 sore, Alka menghapus air matanya dan bersiap menjemput buah hatinya di rumah mamanya. Ia tak mau anak-anaknya tahu jika dirinya menangis.
Begitu mereka tiba, Varrel mencari sosok wanita yang melahirkannya. "Ibu belum pulang bekerja?" tanyanya.
"Belum, Nak." Jawab Alka berbohong.
"Ibu lagi cari uang yang banyak untuk kita, Kak!" celetuk Raline.
"Banyak uang Ibu tapi tak pernah beli mainan untuk kita," ujar Varrel.
Alka melihat percakapan 2 buah hatinya dari kursi yang ia duduki di ruang tamu sembari memangku Sean.
"Ibu pernah janji padaku akan membawa jalan-jalan kita ke luar negeri," ucap Raline lagi.
"Kapan Ibu membuat janji, Raline?" tanya Alka.
"Aku lupa, Yah. Kata Ibu nanti Om Andri yang biayain pesawatnya," ungkap Raline.
"Nanti aku akan tanyakan pada ibu, benar atau tidak yang kamu katakan," ujar Varrel.
"Tanya saja," ucap Raline.
Alka menahan sesak dadanya mendengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Maria Magdalena Indarti
akhirnya Rani mengakui cinta sm Andri. salah besar tuh
2023-11-24
1
Diah Anggraini
alka yang pisah sama istrinya saya yang nangis..
ngebayangin nasib bocil..
padahal alka suami yang setia dan tanggung jawab
2023-11-14
1