Alka pulang tepat pukul 7 malam, ia tiba dengan membawa beberapa bungkusan makanan.
Raline dan Sean yang melihat kehadiran ayahnya tersenyum riang menghampiri Alka.
"Kenapa Ayah lama sekali pulangnya?" tanya Raline.
"Bengkel tadi ramai, jadi pulang lama. Tapi, Ayah bawakan kamu ayam goreng tepung," jawab Alka.
"Hore, Ayah bawa ayam goreng. Terima kasih," Raline tersenyum bahagia.
"Bawa ke sana!" menunjuk ke meja makan. "Ayah mau mandi," lanjutnya.
"Baik, Yah." Raline berjalan membawa bungkusan menghampiri ibu dan kakaknya.
Alka berjalan di belakang putrinya di susul Sean yang merangkak.
Alka meletakkan buah jeruk yang menjadi kesukaan Varrel dan 2 plastik berisi sate Padang.
Rani meraih tubuh Sean dan menggendongnya.
"Ayah mau mandi, nanti kita makan bersama. Ayah juga sudah membelikan roti untukmu," Alka berbicara pada putranya.
Sean menggerakkan kepalanya memberikan isyarat mengiyakan.
Tak sampai 30 menit, Alka sudah berada di tengah-tengah keluarga kecilnya dan Rani sudah menyalin makanan yang dibelikan suaminya.
Varrel dan Raline begitu lahap memakan sate kesukaannya itu.
Sementara Rani makan dengan sesekali memainkan gadgetnya.
"Apa ada yang penting sehingga kamu tak bisa meletakkan ponselmu itu?" tanya Alka.
Rani tak menjawab dan meletakkannya di samping piringnya. Ia kembali melanjutkan makannya.
Sean dipangku Alka, pria itu begitu telaten menyuapkan buah jeruk ke mulut putra bungsunya.
-
Menjelang tidur, ketiga buah hati Alka sudah memejamkan matanya dan ia pergi ke kamarnya. Tampak istrinya masih menatap layar ponsel sembari tertawa kecil.
Alka tak menghiraukannya dan memilih tidur.
Pukul 12 malam, Alka terbangun karena ingin buang air kecil dan istrinya tidak ada di sampingnya. Ia pun berjalan ke dapur dan mendengar suara tertawa seseorang secara samar.
Alka mendekati asal suara ternyata istrinya sedang bertelepon dengan seseorang di ruang tamu.
"Rani!" panggilnya pelan.
Rani yang terkejut memegang dadanya, "Mas, buat kaget aku saja!" ia lalu menutup panggilan teleponnya.
"Kamu teleponan dengan siapa jam segini?"
"Teman, Mas."
"Teman pria atau wanita?"
"Teman sekolah ku, Mas. Dia seorang pria," jawab Rani.
"Apa dia tidak tahu kalau kamu sudah menikah?"
"Sudah, Mas."
"Apa pantas pria lain menelepon wanita yang sudah bersuami malam-malam begini?"
"Mas, kami hanya berteman saja," jawab Rani.
"Iya, aku tahu kalian berteman tapi ingat posisi kamu sekarang," ujar Alka, ia kemudian berlalu.
...----------------...
Sarapan pagi Alka memilih diam, ia menikmati makanan masakan istrinya.
"Hari Senin nanti aku mengikuti lomba mewarnai. Ayah dan Ibu datang ke sekolah, ya!" Varrel memberi tahu.
"Ibu tak bisa, Varrel. Hari Senin, Ibu mulai bekerja di kantor," ujar Rani.
"Ayah akan sempatkan waktu untuk menemani kamu mengikuti lomba," ucap Alka.
"Terima kasih, Ayah." Varrel tersenyum gembira.
"Ayo sekarang kita berangkat, ini hampir jam tujuh," ujar Alka.
"Baik, Yah," Varrel berdiri lalu ke kamar mengambil tas sekolahnya kemudian bersalaman dengan ibunya.
Begitu juga dengan Alka berpamitan kepada istrinya.
-
Pukul 3 sore, Mama Lilis menghubungi Alka dan mengatakan kalau ketiga anaknya belum dijemput Rani.
"Memangnya Rani pamit mau pergi ke mana, Ma?"
"Katanya mau bertemu dengan temannya," jawabnya.
"Jam berapa Rani ke rumah Mama mengantar anak-anak?"
"Setelah Varrel pulang sekolah," jawab Lilis.
"Aku akan segera pulang menjemput anak-anak," ujar Alka lalu menutup teleponnya.
Alka bergegas bergerak ke rumah mamanya.
Sesampainya di sana, Alka lantas membawa anak-anaknya pulang dan Mama Lilis juga mengatakan kalau Rani akan menjemput cucunya jam 2 siang.
"Kenapa Ayah yang menjemput kami?" tanya Raline.
"Karena Ibu sedang ada urusan," jawab Alka mengendarai sepeda motornya, rumahnya dan rumah Mama Lilis hanya berjarak 1 kilometer.
Sesampainya di rumah, Alka memandikan anak-anaknya dan menidurkan Sean yang dari tadi terus merengek.
Jam 5 sore, Rani tiba di rumah. Ia melihat suaminya sedang sibuk melipat pakaian yang menumpuk di ruang santai.
Alka tahu istrinya pulang hanya diam dan tak mau bertanya.
"Kenapa tidak memberitahuku kalau Mas sudah menjemput anak-anak?" tanya Rani.
"Untuk apa memberitahumu? Kamu saja pergi tidak izin padaku?" balik bertanya.
"Mas, aku tadi buru-buru. Ponselku juga mati," jawab Rani.
"Apa kamu tidak bisa menghubungiku meminjam ponsel temanmu?"
"Mas, aku minta maaf," jawabnya.
Alka menghela nafasnya.
"Lain kali aku akan meminta izin padamu, Mas."
"Ya," ucap Alka singkat. "Pergilah mandi, anak-anak juga sudah mandi," lanjutnya dan tak ingin memperpanjang masalah.
Rani bergegas ke kamar membersihkan diri.
-
Makan malam pun Alka lebih memilih diam dan tak banyak bicara.
"Ibu kenapa lama sekali perginya? Sean dari tadi menangis saja, untung Ayah datang menjemput," ujar Raline.
"Ibu tadi pergi dengan teman-teman, maaf sudah membuatmu terlalu lama menunggu," ucap Raline.
"Kenapa tak pernah membawa kami bertemu dengan teman-teman Ibu?" tanya Varrel. "Ibunya teman-temanku selalu membawa anak-anaknya kalau sedang pergi," lanjutnya.
"Ya, karena mereka juga tak bawa anak-anaknya," jawab Rani berbohong.
Alka hanya diam.
Selesai makan, Alka membereskan piring kotor lalu di letakkannya ke tempat pencucian piring. Rani pun pergi ke dapur untuk mencucinya.
Varrel mengulang kembali pelajarannya, Raline bermain dengan bonekanya sementara Sean sibuk dengan mainan bolanya.
Alka duduk di samping Varrel menemaninya belajar.
Sean datang menghampiri ayahnya dan duduk di pangkuannya.
Tepat pukul 9 malam, anak-anak masuk ke kamar. Tak sampai 15 menit ketiganya pun terlelap tidur.
Alka ke kamarnya lalu membaringkan tubuhnya di sebelah istrinya. "Kenapa kamu membohongi anak-anak?"
"Membohongi apa, Mas?"
"Kamu mengatakan kalau teman-temanmu tak ada yang membawa anaknya."
"Oh, itu."
"Aku lihat banyak, para ibu yang membawa anak-anaknya ketika bepergian. Apa alasanmu tidak pernah mengenalkan mereka pada teman-temanmu?"
"Aku tidak mau repot saja, Mas. Kalau bawa mereka, pasti ketika mengobrol sangat terganggu. Apalagi Sean masih kecil untuk dibawa," jelas Rani.
"Kamu menganggap anak-anak kita pengganggu?"
"Ya, bukan begitu. Aku ingin punya waktu untuk senang-senang, Mas."
"Aku mengizinkanmu pergi tapi ingat dengan anak-anakmu, kamu bisa membawa salah satu dari mereka. Agar tidak merepotkan mama," tuturnya.
"Mas, jika aku bawa salah satu yang lainnya pada iri," ungkap Rani.
"Kamu bisa beri pengertian pada mereka," ujar Alka.
"Lain kali, kalau Mas ingin pergi atau kumpul dengan teman-temanmu ajak anak-anak juga!"
"Aku selalu pergi mengajak kamu dan anak-anak, setelah pulang dari bengkel ku tak pernah kemana-mana," jelas Alka.
Rani terdiam dan tak bisa menyangkalnya lagi, apa yang dikatakan suaminya memang benar adanya.
Alka lalu memiringkan tubuhnya dan memejamkan matanya, entah kenapa semakin hari sikap istrinya membuatnya kesal dan kecewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Diah Anggraini
kasian alka..
2023-11-14
0