Hingga pagi menjelang, Varrel mencari keberadaan Rani namun ia tak menemukannya. "Di mana ibu, Yah?"
"Kamu sudah mandi?" tak menjawab malah balik bertanya.
"Sudah, Yah."
"Ayah akan buatkan sarapan untuk kalian," ujar Alka berjalan ke dapur.
"Memang Ibu ke mana, Yah?" tanya Varrel penasaran.
"Ibu tidak pulang lagi ke sini," jawabnya.
"Maksudnya?"
"Belum waktunya kamu mengetahui semua ini," jawab Alka lagi.
"Aku bingung dengan ucapan Ayah, sungguh membuat pusing," Varrel memegang kepalanya.
Alka meletakkan telur ceplok di atas nasi hangat lalu menghidangkan di hadapan putra sulungnya. "Jangan berpikir yang lain, selain pelajaran di sekolah!" mengusap rambut anaknya dengan tersenyum.
"Aku menyayangi ayah dan ibu," Varrel berdiri melangkah mendekati Alka lalu memeluknya.
"Ayah juga!" mengecup kening putranya. Alka berusaha menahan air matanya agar tak jatuh.
-
Lilis datang untuk menjaga cucu-cucunya, begitu sampai di rumah putranya dan melihatnya. Ia lantas memeluk Alka. "Kamu yang sabar, Nak!"
Alka tersenyum tipis.
Lilis tak dapat menahan air matanya lagi.
"Mama, kenapa menangis?" melonggarkan pelukannya.
"Kenapa kamu harus mengalaminya juga, Nak?" tanyanya lirih.
"Ma, ini semua sudah jalan-Nya."
"Mama tak sanggup jika melihat anak-anak kamu menanyakan di mana ibunya," Lilis tersedu-sedu.
"Cepat atau lambat pasti mereka akan tahu, Ma. Aku tidak bisa mempertahankan Rani jika dia tak bahagia denganku," ujarnya.
Lilis mengangguk.
Alka mencoba tersenyum. "Aku mau pergi ke pengadilan. Varrel sudah pergi ke sekolah, aku titipkan dengan tetangga sekaligus pulang bersamanya."
"Mama berharap setelah ini, kamu menemukan kebahagiaan!" menyentuh pipi putranya.
"Terima kasih, Ma." Memeluknya erat.
...----------------...
Dua minggu kemudian......
Rani datang menggunakan mobil berwarna merah, ia memasuki rumah mantan suaminya meskipun belum berpisah secara hukum negara.
Alka yang sedang bercengkrama dengan anak-anaknya tampak kaget dengan kehadiran mantan istrinya.
"Ibu!" teriak Varrel dan Raline berlari menghampiri wanita itu dan memeluknya.
Rani mendorong tubuh kedua anaknya dengan lembut, "Ibu datang mau mengambil pakaian."
"Ibu mau ke mana?" tanya Raline.
"Ibu mau pergi, Raline."
"Aku ikut!" bocah perempuan itu memeluk Rani.
"Tidak bisa," tolaknya lembut sembari melepaskan pelukan putrinya.
"Kenapa, Bu?" tanya Varrel.
Rani tak menjawab, ia bergegas ke kamar mengambil pakaian yang sudah dikemas oleh Alka.
Rani menggeret kopernya.
Varrel dan Raline mendekati ibunya, memeluk erat sembari merengek memohon untuk tidak pergi.
Rani tak menghiraukan wajah sendu anak-anaknya.
Sean pun menangis karena ingin memeluk ibunya.
"Ibu, jangan pergi!" Varrel memohon dengan air mata menetes.
Rani hanya menatap anak-anaknya lalu bergegas ke arah pintu.
"Biarkan ibumu pergi, Varrel!" ucap Alka dingin.
Rani menoleh sebentar lalu berjalan cepat ke mobilnya yang sudah menunggunya.
"Ayah, kejar ibu!" Varrel menarik kemeja yang dikenakan Alka.
"Ayah tak bisa, Nak." Berbicara pelan lembut.
Raline terduduk di teras rumah, menangis histeris ditinggal ibunya
Para tetangga yang mendengar suara tangisan ketiga buah hatinya Alka, bergegas mendatangi rumah tersebut.
Bu Dewi yang tahu kondisi rumah tangga Alka, menggendong Raline yang terus menjerit memanggil ibunya.
Alka sedang membujuk Varrel yang terduduk di lantai dengan kaki ditekuk dan kepalanya di letak di atas lutut.
Bahu Varrel bergetar, terdengar suara isak.
"Ayah tidak bisa mencegah ibumu pergi!" ucapnya lirih.
Mengangkat wajahnya lalu menatap Alka, "Ayah jahat!" sentaknya.
Alka hanya diam.
"Ibu pergi lagi semua karena Ayah!" Varrel menuduh dengan suara lantang.
"Maafkan Ayah, Varrel!" Alka berkata lirih.
Varrel mengencangkan tangisannya.
Dengan cepat Alka memeluk putranya.
"Aku rindu ibu, Yah!" ucapnya lirih dan air tetap masih menetes.
Alka tak bisa melakukan apapun.
-
Malam harinya Alka tertidur di samping kedua buah hatinya karena Raline menginap di rumah Mama Lilis.
Memandangi wajah putranya dengan mata berkaca-kaca. "Harusnya tidak ada perpisahan," batinnya.
Alka menatap langit-langit kamar mengingat hari-hari bahagia yang dilalui mereka, sebelum adanya orang ketiga dalam kehidupan rumah tangganya.
Alka kembali bangkit berjalan ke kamar pribadinya, mengedarkan sekelilingnya melangkah ke lemari dan membukanya.
Isi dalam benda kini sudah kosong dari pakaian Rani, hanya ada satu barang yang tak dibawa wanita itu yaitu sebuah album foto pernikahan mereka.
Mengambil album foto, perlahan membukanya. Tampak Rani begitu cantik menggunakan gaun pernikahan dengan wajah sumringah begitu juga dirinya. Air matanya kembali lolos tak tertahankan.
"Ayah!" panggil Varrel.
Alka menyeka air matanya dan bergegas menutup album foto lalu meletakkannya kembali ke lemari.
"Ayah, di mana?" Varrel mencari.
Alka berjalan ke pintu dan membukanya, tampak putranya sudah di hadapannya. "Kenapa bangun?"
"Ayah, aku mimpi ibu," jawabnya.
"Mimpi?"
"Aku melihat ibu pergi tapi dia seperti menangis," jelas Varrel.
Alka memeluk putranya, "Itu hanya mimpi, doakan semoga ibu kamu baik-baik saja. Ayo kita kembali tidur!" ajaknya.
"Aku takut Ayah kalau ibu tak mau bertemu dengan kami lagi," ujar Varrel.
"Ayah yakin ibu masih menyayangi kalian," Alka berusaha menyenangkan hati putranya.
"Tapi, kenapa malah pergi meninggalkan kami?"
Alka membuka pintu kamar, kemudian menutupnya. "Jangan bertanya apapun lagi, kamu tidak ingin kedua adikmu bangun karena mendengar suara kita, kan?" tanyanya dengan pelan.
Varrel mengangguk mengiyakan.
...----------------...
Keesokan paginya, sebelum ke pengadilan. Alka membawa pakaian ke laundry dan mengorder katering makanan pada karyawan Shireen untuk diantarkan ke rumah.
Sementara Varrel juga sudah dititipkan pada tetangga untuk diantar jemput sekolah.
Alka datang di temani pamannya yang merupakan sepupu dari mamanya.
Keduanya bertemu berbagai upaya telah dilakukan hakim untuk menyatukan kembali mereka namun hasilnya nihil. Rani tetap bersikukuh ingin bercerai.
Persidangan berjalan lancar, Rani dan Alka untuk terakhir kalinya berjabatan tangan.
Andi yang terlihat sangat terpukul atas perceraian putrinya. Ia memeluk mantan menantunya begitu hangat, "Papa doakan, kamu selalu bahagia. Titip cucu-cucuku padamu!" dengan suara menahan tangis.
"Iya, Pa." Alka berusaha tersenyum.
"Papa pamit pulang, jaga dirimu!" pria paruh baya itu berjalan gontai menghampiri keluarganya yang menunggu di mobil.
Rani membuang wajahnya, sama sekali tak menoleh kepada Alka.
Paman Ali merangkul bahu Alka, "Kamu harus kuat, anak-anak membutuhkanmu!"
Alka mengangguk.
"Ayo kita pulang!" ajaknya.
-
Alka pulang ke rumah setelah mengantar Paman Ali.
Sesampainya ia melihat Shireen sedang menggendong Sean.
Raline berlari menghampirinya, "Ayah, Kak Varrel sakit."
"Varrel sakit," Alka tampak panik bergegas menemui putranya dan memegang tubuhnya.
"Aku sudah membawanya ke dokter, dia hanya demam dan batuk saja," ujar Shireen tanpa diminta bicara.
"Terima kasih," Alka tersenyum tipis pada wanita itu. Kembali menatap putranya, "Kamu sudah minum obatnya?" tanyanya.
"Sudah, Yah." Jawab Varrel dengan suara lemah.
"Syukurlah mau minum obatnya biasanya kamu sangat sulit sekali," ujarnya.
Alka mengedarkan pandangannya, "Di mana ibuku?"
"Bibi Lilis pulang ke rumah mau ambil pakaian," jawab Shireen.
Alka pun diam.
Beberapa menit kemudian Lilis datang, "Kamu sudah pulang?" menatap putranya. "Bagaimana sidangnya?" lanjutnya.
Alka melihat Shireen, lalu berkata, "Nanti aku ceritakan, Ma."
Shireen yang merasa kehadirannya sudah tak dibutuhkan lagi lantas berkata, "Saya pamit pulang, Bi."
"Terima kasih banyak, Shireen. Sudah membantu Bibi mengurus cucu," ujar Lilis.
"Tidak apa-apa, Bi. Saya senang dapat membantu, kalau begitu saya pamit," ucap Shireen.
Raline memeluk wanita itu, "Nanti kita main lagi, ya!"
"Tentu, cantik!" Shireen tersenyum hangat, melepaskan pelukan tak lupa berpamitan pada Alka dan pria itu hanya mengangguk saja. Ia bergegas keluar rumah.
Raline melambaikan tangannya pada Shireen yang berjalan ke mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
awesome moment
g abis pikir dgn mak2 modelan Rani. ibu tu yg waras milih anak dri pada harta. n bnr2g waras
2025-01-18
0
Diah Anggraini
sumpah bacanya saya sambil nangis..
apalagi pas papah nya Rani peluk alka..
kejer saya nangis nya
2023-11-14
3