Senin pagi...
Alka bangun 2 jam lebih awal dari biasanya, pagi ini ia harus menyiapkan semua kebutuhan dirinya dan anak-anaknya.
Memasak, menyiapkan pakaian untuk Varrel yang akan sekolah.
Belum lagi cucian piring yang menumpuk karena semalam tak sempat membersihkannya.
Pakaian kotor nanti akan kirim ke laundry terdekat dari rumahnya.
Susu buat Sean juga sudah ia siapkan, semalam ia membawa semua anaknya berbelanja di minimarket terdekat dari rumahnya.
Pukul 6 pagi lewat 15 menit, Alka membangunkan putra sulungnya.
Varrel masih terlelap tertidur, Alka menggendong putranya dan membawanya ke kamar mandi. Biasanya, Rani melakukan hal seperti itu terkadang membangunkan dirinya agar menolongnya untuk mengangkat tubuh anak pertamanya itu.
Suara tangisan Sean terdengar, Alka menyuruh putranya untuk mandi sendiri dan Varrel mengiyakan.
Sean mencari sosok ibunya dan terus menangis, Alka menggendongnya dan memberikan susu yang sudah ia siapkan.
Tak lama kemudian, Raline terbangun dan mencari ibunya di dapur. "Ibu!"
"Raline, kamu sudah bangun juga," Alka melemparkan senyumnya.
"Ayah, di mana Ibu? Kenapa belum juga pulang?" Tanyanya.
"Ibu masih ada urusan, Nak."
"Urusan apa?"
"Ayah juga tidak tahu," jawabnya.
"Aku mau sama ibu, Yah!" Rengeknya.
"Iya, nanti kita akan bertemu dengan ibu," ujar Alka. "Kamu mandi dan sarapan, Ayah akan membawamu dan Sean ke tempat nenek," lanjutnya.
"Kenapa kita ke tempat nenek, Yah?"
"Karena tidak ada yang menjaga kalian, Ayah mau bekerja lagi," jawab Alka.
"Tapi, nanti ibu pulang 'kan?"
"Ya," jawab Alka berbohong.
Raline akhirnya mau mandi, selesai membersihkan diri Alka memakaikan pakaian untuknya.
"Ayah, ikat rambutku!" Pintanya.
"Ayah tak bisa, Raline." Alka berkata lembut
"Ibu bisa, kenapa Ayah tidak?"
"Baiklah, Ayah akan coba mengikatnya," Alka berusaha.
Raline diam dan membiarkan ayahnya mengobrak-abrik rambutnya, lalu ia bercermin.
"Bagaimana? Cantik, kan?"
"Tak sebagus ibu," jawabnya jujur.
"Besok-besok, Ayah akan belajar lagi untuk membuat rambutmu semakin cantik," ujar Alka.
Raline tersenyum tipis.
-
Selesai sarapan Alka membonceng ketiga anaknya. Pertama ia mengantarkan Raline dan Sean ke rumah nenek kandungnya.
Wanita paruh baya itu tersenyum kala melihat cucunya datang, ia menyambut dengan hati gembira.
"Mana Rani?" Tanya Lilis.
"Nanti aku akan ceritakan, Ma," jawabnya. "Aku titip mereka di sini sampai sore, tidak apa-apa 'kan, Ma?" lanjutnya.
"Tidak masalah, Alka. Mama senang mereka di sini," ujar Lilis.
"Terima kasih, Ma. Kalau begitu aku mau pamit kerja sekalian mengantar Varrel ke sekolah," ucapnya.
"Ya, hati-hati," Lilis menggendong Sean.
Alka dan Varrel pun berlalu.
Lilis yang penasaran ke mana menantunya lantas bertanya kepada Raline. "Ibumu kenapa tidak ikut?"
"Kata ayah, ibu pergi, Nek."
"Pergi ke mana?"
Raline menjawabnya dengan menaikkan bahunya.
"Tidak biasanya, Rani pergi tanpa membawa anak-anaknya," Lilis membatin.
-
Setelah mengantar putra sulungnya, Alka bergegas ke rumah mertuanya yang perjalanannya membutuhkan waktu 90 menit dengan mengendarai sepeda motor yang dia beli 7 tahun lalu.
Tepat pukul 9 pagi, Alka tiba di rumah orang tua dari istrinya. Turun dari sepeda motornya yang ia parkir di halaman.
Alka berjalan memasuki rumah besar berlantai 3, dahulunya bangunan itu sangat mewah di antara para tetangga.
Mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
Seorang wanita paruh baya keluar dengan wajah ketus. "Aku sudah menduga kalau kamu akan ke sini!"
"Ma, aku ingin menjemput Rani," ujarnya.
"Rani tidak mau pulang bersamamu!"
"Ma, anak-anak membutuhkan dia," ungkap Alka.
"Kamu dan ibumu bisa mengurus mereka," ujar Rita.
"Ma, aku mohon bujuk Rani agar kembali lagi kepada kami," pinta Alka.
"Mama akan membujuk Rani, jika kamu memberikan pada kami sebesar tiga juta sebulan," ujar Rita.
"Ma, jika aku ada uang pasti ku akan memberikan mama dan papa sebesar itu bahkan lebih," ucap Alka.
"Kapan kamu akan memberikan kami uang sebanyak itu?" tanya Rita. "Sejak kalian menikah, kamu hanya memberikan kami satu juta itu pun hari raya saja," ungkapnya.
"Ma, aku minta maaf jika belum bisa menjadi menantu yang baik untuk kalian. Tapi, sebagai seorang suami ku berusaha membahagiakannya," tutur Alka.
"Kalian sudah tujuh tahun menikah tapi mama belum pernah melihat dia jalan-jalan ke luar negeri," ujar Rita. "Ingat, Alka. Rani adalah putri bungsuku. Banyak pria kaya raya yang ingin mempersuntingnya tapi dia memilih dirimu yang hanya memiliki bengkel kecil," cacinya.
Alka diam tak mampu membantah.
"Lebih baik kamu pulang, urus anak-anakmu dan bengkel kecilmu itu!"
"Ma, izinkan aku bertemu dengan Rani sekali saja. Ku ingin berbicara sebentar," ujar Alka.
"Mama hanya beri waktu sepuluh menit untuk kalian mengobrol," Rita berdiri lalu ke kamar putrinya.
Tak lama Rani muncul menghampiri suaminya.
Alka tersenyum senang melihat wajah istrinya yang ia kenal 8 tahun lalu.
"Ada apa, Mas?" Rani memasang wajah ketus.
"Sean membutuhkan kamu, dia sangat terlalu kecil untuk mengetahui ibunya pergi," tutur Alka.
"Mas, aku sudah sangat lelah mengurus mereka. Aku ingin bekerja dan menghasilkan uang yang banyak," ujar Rani.
"Kamu sudah berjanji padaku, mau menjalankan bahtera rumah tangga berdua tak memperdulikan pekerjaan dan penghasilanku," Alka mengingatkan istrinya.
"Iya, aku pikir kamu akan mendapatkan warisan dari ayahmu yang seorang pengusaha penginapan ternyata tidak. Aku juga iri pada teman-teman ku yang selalu memposting kegiatan jalan-jalan mereka keliling negeri ini bahkan ke luar negeri," ungkap Rani.
Alka mendengar perkataan istrinya dengan mata berkaca-kaca. "Kamu tidak tulus mencintaiku, Rani?"
"Aku sangat mencintaimu, Mas. Tapi, aku butuh uang. Kamu tidak pernah mengizinkan aku bekerja, apa salahnya?"
"Aku tidak mau perhatian kamu kepada anak-anak kita berkurang, Rani."
Wanita itu tak memperdulikan ucapan suaminya.
"Rani, aku mohon pulanglah!" Pinta Alka.
"Aku tidak mau, Mas. Sebelum kamu mengizinkanku bekerja," ujar Rani.
Alka menarik nafas dalam-dalam lalu ia hembuskan. "Baiklah, kamu boleh bekerja!"
Rani tersenyum senang mendengarnya.
Alka melakukannya demi keutuhan rumah tangganya.
"Baiklah kalau begitu aku akan pulang bersamamu," Rani tampak semangat.
Alka tersenyum memaksa.
Rani pergi ke kamarnya, tak lama kemudian ia muncul bersama Rita.
"Kamu yakin akan kembali bersama dia?" Tanya Rita pada putrinya.
"Iya, Ma. Mas Alka mengizinkan aku bekerja," jawabnya.
"Baguslah kalau begitu, mama senang kamu bekerja dan bisa memberikan kami uang lagi," Rita melirik menantunya sekaligus menyindirnya.
"Iya, Ma," jawab Rani.
-
Keduanya pun tiba di kediaman mereka yang telah dihuni selama 7 tahun ini. Alka bergegas menjemput anak-anaknya di rumah mamanya.
Sesampainya di sana Raline melihatnya lalu berlari menghampiri Alka dan tersenyum.
"Mana Kak Varrel dan Sean?" Tanya Alka.
"Mereka sedang di dalam menonton," jawab Raline.
"Ayo kita pulang!" ajaknya.
"Ibu sudah pulang, Yah?" tanya Raline.
Alka mengangguk.
Lilis menggendong Sean muncul dari dalam rumah bersama Varrel.
"Kakak, Ibu sudah pulang," ungkap Raline girang pada Varrel.
"Benar, Yah?" tanya anak laki-laki itu.
"Iya, Nak," jawab Alka.
Varrel tersenyum bahagia.
Lilis mendekati putranya, "Kamu masih utang penjelasan pada Mama, Alka!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Maria Magdalena Indarti
dilema rumah tangga. karier & RT
2023-11-24
1
Diah Anggraini
bacanya terharu, sedih juga..
kasian bocil padahal kalo Rani sampai kerja lagi..
2023-11-14
0