Di tengah makan malam bersama, Raline berceloteh kepada orang tuanya. "Ibu nanti kita main, ya!" ajaknya.
"Ibu, mau mengerjakan pekerjaan. Tadi di kantor belum selesai," jelas Rani.
"Ibu sudah lama tidak menemani aku main," pintanya dengan wajah sendu.
"Ibu benar-benar tidak bisa, lain waktu saja, ya." Rani membelai rambut putrinya.
"Tidak usah lagi, Bu. Aku mau main dengan Tante Iren," ucap Raline.
"Siapa lagi Tante Iren?" Rani mengerutkan keningnya.
"Tante Iren siapa, Raline?" tanya Alka.
"Tante yang selalu membawa makanan untuk kita," sahut Varrel menjelaskan.
"Oh, Shireen." Alka bersikap biasa dan terus menikmati makanannya.
"Mas, pesan masakan darinya lagi?" Rani tampak tidak suka.
"Ya, terpaksa karena kamu tidak memasak untuk makan siang anak-anak. Isi lemari es juga kosong, bagaimana Mama bisa masak," ujar Alka terus mengunyah.
"Mas, aku tidak sempat berbelanja dan aku tidak suka dengan wanita itu," ucap Rani.
"Kenapa?" tanya Alka.
"Mereka......" Rani tak bisa melanjutkan bicaranya.
"Rani, memangnya kenapa?" Alka bertanya lagi.
"Kita perlu bicara berdua!" jawab Rani.
Menjelang tidur, keduanya melanjutkan obrolan yang sempat berhenti ketika makan malam.
"Mas, mulai besok kamu harus mengganti katering!"
"Memangnya kenapa? Anak-anak, Mama dan aku menyukai masakannya," jawab Alka.
"Itu yang tidak aku sukai, apalagi dia masih muda. Raline dan Varrel selalu memujinya!"
"Jika kamu tidak ingin perhatian anak-anak teralihkan, makanya luangkan waktumu untuk mereka. Bukan sibuk bekerja diluar tapi melupakan keluarga!"
"Mas, aku juga bekerja untuk mereka juga!" Rani meninggikan suaranya.
"Mereka tidak butuh kamu bekerja diluar, ada aku yang akan terus berusaha membahagiakan kalian!"
"Mas, aku ingin jalan-jalan menggunakan uang pribadiku. Apa sanggup memenuhi keinginan aku itu?"
Alka terdiam, tak mau berdebat.
"Aku akan mengajak anak-anak akhir pekan ini," Rani berjanji.
"Terserah kamu saja!" Alka memilih ke ruang tamu menenangkan diri.
...----------------...
Sarapan pagi Rani berbicara kepada anak-anaknya tentang rencana liburan akhir pekan ini.
Raline dan Varrel begitu senang mendengarnya, keduanya tampak antusias. Mereka juga sudah menentukan tempat tujuan liburannya.
Rani berangkat ke kantor, begitu juga dengan Alka dan Varrel.
Sesampainya di bengkel, Alka bekerja seperti biasa. Sejam kemudian sebuah pesan masuk ke ponselnya.
Pesan dari Shireen yang berisikan, 'Mas, hari ini mau pesan menu makan apa?'
Alka membalasnya, 'Hari ini tidak order, istri saya masak.' Ia terpaksa berbohong.
'Baik, Mas. Jika ingin order kabarin saya, ya.' Balas Shireen.
Alka memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, tak membalas pesan dari Shireen dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Tepat jam 10 pagi, Alka bergegas ke sekolah menjemput Varrel. Putranya sudah menunggu di depan pagar, karena Alka telah mengirimkan pesan kepada Siska akan menjemputnya.
Alka mengantar Varrel pulang ke rumah tak lupa ia singgah ke pasar untuk membeli beberapa bahan masakan.
Alka membawa masuk barang belanjaannya, lalu ia letakkan di atas meja makan. "Ma, hari ini aku tidak order masakan dengan Shireen. Mama tolong masak untuk anak-anak, ya," pintanya.
"Ya, nanti Mama masakan," ujar Lilis.
"Kalau begitu, aku balik ke bengkel," Alka menyalim tangan ibunya dan mencium kening anak-anaknya. "Jangan nakal, dengarkan perkataan Nenek. Ayah mau ke bengkel lagi," nasehatnya kepada ketiga buah hatinya.
Varrel dan Raline mengangguk.
Alka menghidupkan mesin motornya dan pergi menuju tempatnya bekerja.
Perjalanan ke bengkel ketika traffic light , Alka melihat sebuah mobil dengan kaca jendela terbuka melintas di depannya. Istrinya duduk bersebelahan di samping seorang pengemudi pria, keduanya tampak saling bercanda dan begitu akrab.
Ada rasa cemburu di hatinya, namun ia berusaha menahannya. Alka melanjutkan perjalanannya menuju bengkel
Di tempatnya bekerja, Alka lebih sering melamun dan tak fokus.
"Mas, lagi sakit 'ya?" tanya Derry.
"Tidak, hanya ada masalah sedikit," jawab Alka.
"Tentang Kak Rani?" tebak Derry.
"Ya."
"Memangnya Kak Rani buat masalah apa lagi?"
"Semua juga karena salahku, makanya ada masalah ini," ujar Alka.
"Mas Alka, itu pria yang baik dan bertanggung jawab pada keluarga. Kak Rani saja yang tidak mampu bersabar, " ucap Derry. "Maaf, ya Mas. Bukan ingin mencampuri urusan rumah tangga kalian. Aku pernah melihat Kak Rani makan berdua bersama seorang pria di Mall. Kebetulan malam itu, aku pergi jalan-jalan dengan pacarku ke sana," ungkapnya.
"Malam kapan?"
"Sebelum Kak Rani pergi ke Bali."
Alka teringat bahwa istrinya pernah pulang hingga jam 9 malam dengan alasan lembur.
"Mas, sekali lagi aku minta maaf. Tapi, Mas Alka harus tahu yang sebenarnya," ujar Derry.
"Tidak apa, Derry," Alka mencoba tersenyum.
-
Perjalanan pulang ke rumah, Alka terus memikirkan ucapan karyawannya itu. Dua bulan belakangan ini, istrinya mulai berubah. Dari mulai menelepon secara sembunyi-sembunyi, tidak mau menghubungi dirinya dan anak-anaknya serta tak ingin di sentuh olehnya.
Karena tak fokus mengendarai, Alka hampir tertabrak sebuah mobil.
Pengemudi dan penumpang kendaraan roda empat itu turun lalu menghampiri Alka.
Seorang pria memperhatikan seluruh badan mobilnya apa ada mengalami kerusakan atau tidak.
Alka tetap masih terdiam.
"Pak Alka!" tegur seorang wanita.
Alka tersadar dari lamunannya.
Pengemudi mobil lalu bertanya pada teman wanitanya, "Dia siapa?"
"Orang tua muridku," jawab wanita tersebut.
"Maaf, Bu Siska!" Alka turun dari motornya.
"Tidak ada yang rusak, Pak. Tenang saja!" teman pria Siska tersenyum.
"Sekali lagi, maaf!" menundukkan wajahnya.
"Tidak apa-apa, Pak." Siska tersenyum.
"Kalau begitu kami duluan, Pak." Pamit pria itu pada Alka, ia menarik tangan Siska untuk kembali ke mobil.
Siska terus menoleh ke arah Alka meski tangannya di tarik kekasihnya.
Setelah mobil berlalu, Alka melanjutkan perjalanannya ke rumah.
-
-
Alka berkali-kali menghubungi istrinya namun tak di jawab hingga suara deru mesin mobil membuat ia meletakkan ponselnya dan berjalan ke arah pintu masuk.
Rani turun dari mobil yang sama ketika Alka lihat tadi siang di perempatan jalan.
Rani masuk ke rumah mengucapkan salam tanpa berbicara apapun pada suaminya.
"Kalian sepertinya sangat dekat," celetuk Alka.
Rani menoleh.
"Apa hubungan kalian lebih dari sekedar teman?" tuding Alka.
"Mas, aku baru pulang kerja dan sangat lelah. Jangan mencari keributan!" Rani berjalan ke kamar.
Alka menyusul istrinya. "Aku tidak bisa mendiamkan kamu seperti ini, Rani. Sikapmu sekarang sudah sangat keterlaluan!"
"Keterlaluan bagaimana, Mas?" meninggikan suaranya.
"Siapa pria itu?"
"Dia hanya teman kerja aku, Mas!"
"Sedekat itu dia kepada teman wanitanya yang sudah menikah?"
"Mas, kami tidak memiliki hubungan apa-apa."
"Apa kamu yakin? Kalau pria itu apa menganggapmu hanya sekedar teman biasa?"
Rani tak bisa menjawab.
"Pria itu menyukaimu, Rani!"
"Mas, jangan berpikir aneh-aneh!"
"Aku bisa merasakannya karena aku seorang pria. Tak ada laki-laki yang mau antar jemput wanita secara gratis, bercanda begitu akrab kalau tidak punya maksud tertentu!" Alka mengeraskan suaranya.
"Jadi mau kamu apa, Mas?" tanya Rani dengan nada tinggi.
"Jauhi pria itu dan hormati aku sebagai suamimu!" Alka berkata tegas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Efrida
dasar jalang, dia yg selingkuh dia yg sok cemburu
2023-11-09
1