Varrel dan Raline berlari penuh semangat ke dalam rumah, ia berteriak memanggil ibunya.
Begitu Rani muncul dari arah dapur, keduanya lantas memeluk dengan wajah ceria.
"Aku senang Ibu sudah pulang," ujar Varrel.
"Ibu dari mana saja, aku mencarimu?" tanya Raline.
"Ibu pergi ke rumah Oma," jawab Rani.
"Kenapa tidak membawa kami ke sana?" tanya Varrel.
"Ibu buru-buru dan ada urusan jadi tak bisa mengajak kalian pergi ke sana," jawab Rani berbohong.
"Ibu jangan pergi lagi, aku sangat rindu," ucap Raline.
Alka dapat merasakan bagaimana kangennya anak-anaknya pada sosok ibunya, ia tak bisa bayangkan jika mereka berpisah.
"Ibu tak bisa janji, Nak!" Rani berucap sembari melirik suaminya.
"Ibu harus janji!" pinta Varrel.
"Ya," Rani tersenyum memaksa. "Kalian pergilah mandi, Ibu lagi siapkan makan malam untuk kita," lanjutnya.
"Iya, Bu." Varrel dan Raline begitu gembira.
Rani mengambil Sean dari gendongan suaminya.
"Kenapa kamu tidak bisa berjanji pada mereka?"
"Ya, aku memang tak bisa, Mas. Kalau kamu tidak mampu menuruti keinginanku," jawab Rani.
"Aku sudah mengizinkanmu bekerja diluar selama kamu tahu tugasmu sebagai seorang istri dan ibu," ujar Alka.
"Ya, kamu sudah mengizinkan aku. Tapi, ku tak mau jika dirimu menuntutku menjadi ibu seutuhnya," ucap Rani.
"Rani, ini alasan aku melarangmu bekerja diluar agar dirimu fokus mengurusku dan anak-anak," ujar Alka.
"Mas, cukup 'ya. Jangan ajak aku berdebat lagi, lusa ku akan melamar pekerjaan di perusahaan lama," ucap Rani menggendong putra bungsunya ke dalam kamar.
...----------------...
Keesokan paginya, Rani bersiap melamar pekerjaan di perusahaan yang lama. Ya, dia harus membuatnya lagi karena ia pernah resign.
"Ibu mau ke mana?" tanya Raline yang terbangun dan melihat Rani sedang berdandan.
"Ibu ada urusan sebentar," ucapnya.
"Jangan lama-lama, ya!" mohon Raline.
"Ya," Rani tersenyum singkat.
Rani keluar dari kamar duduk bersama suami dan putra sulungnya.
"Kamu tidak tunggu Sean bangun lalu berangkat ke sana?" tanya Alka.
"Tidak, Mas." Menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.
"Lalu nanti mereka dengan siapa?" tanya Alka lagi.
"Mas, bisa mengantarkan mereka ke tempat mama. Aku juga tidak terlalu lama," jawabnya santai.
Alka menghela nafas.
Rani beranjak berdiri lalu meraih tas tak lupa mencium punggung tangan suaminya dan berpamitan.
Varrel hanya melihat dan tak banyak bicara. Ia berangkat ke sekolah bersama sang ibu.
Alka terpaksa menunda keberangkatannya ke bengkel, ia harus mengurus kedua anaknya yang belum mandi dan sarapan.
Tepat jam 8 pagi, Alka berangkat kerja sekaligus mengantarkan kedua anaknya ke rumah mamanya.
Sesampainya di rumah Mama Lilis, ketiganya turun dari motor.
"Ma, aku titip Raline dan Sean, ya."
"Memangnya Rani ke mana?"
"Dia lagi mengantar lamaran pekerjaan, Ma."
"Kamu mengizinkan Rani bekerja?"
"Aku tidak punya pilihan lagi, Ma. Aku hanya ingin menyelamatkan rumah tanggaku," jawab Alka.
"Kasihan anak-anakmu harus di tinggal bekerja olehnya," ujar Lilis.
"Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, Ma." Alka begitu pasrah.
Lilis pun tak bisa berkata-kata.
"Aku pamit kerja, Ma. Nanti mereka di jemput Rani," ujar Alka.
Lilis mengiyakan.
-
Alka yang sedang memperbaiki motor pelanggan mendapatkan telepon dari sekolah jika Varrel belum dijemput.
Alka menutup panggilan teleponnya lalu melihat jam di ponselnya. "Ke mana dia? Ini sudah jam sebelas," batinnya.
Alka lantas menghubungi istrinya dan diangkat.
"Halo, Mas!"
"Kamu di mana, Rani?"
"Aku baru saja interview pekerjaan, Mas. Ini lagi kumpul dengan teman-teman sekolahku. Kebetulan bertemu dengan mereka," jawabnya.
"Rani, kamu belum menjemput Varrel di sekolah," ucap Alka.
"Mas saja yang menjemputnya, aku jarang bertemu dengan temanku," ujar Rani santai.
"Aku masih sibuk, Rani. Bengkel lagi ramai, karyawan ku satu orang sedang izin sakit," jelas Alka.
"Apa salahnya Mas pulang sebentar lalu titipkan mereka ke tempat mama?"
"Aku tidak bisa, Rani," jawab Alka berusaha sabar.
"Suruh mama saja yang menjemputnya," saran Rani.
Alka lantas menutup teleponnya dengan cepat dan berdecak kesal.
Alka lalu menghubungi Mama Lilis untuk menjemput putra pertamanya itu.
-
-
Jam 2 siang, Mama Lilis menelepon Alka dan mengatakan kalau Rani belum juga menjemput anak-anaknya.
Hal itu membuat Alka semakin kesal dan marah, ia lantas menghubungi istrinya. Tak menunggu lama wanita itu menjawabnya. "Ada apa, Mas?"
"Kenapa kamu belum juga pulang, Rani?"
"Mas, aku lupa mengabarimu. Salah satu temanku mengajak kami berkaraoke, kebetulan sekali 'kan. Apalagi aku tidak pernah pergi ke tempat seperti ini lagi sekarang," jawabnya.
"Rani, kamu boleh bersenang-senang tapi ingat dengan tanggung jawabmu sebagai seorang ibu," ujar Alka.
"Mas, aku pergi bukan tiap hari. Kenapa kamu malah menganggapku seperti ibu yang tak bertanggung jawab?"
"Rani, bukan maksudku begitu," jelas Alka.
"Sejam lagi aku akan pulang," Rani pun menutup teleponnya.
Alka menarik nafasnya berusaha menahan rasa jengkelnya.
-
Pukul 4 sore, Rani tiba di rumah mertuanya tak lupa ia mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.
"Aku mau menjemput mereka, Ma."
"Mereka di kamar, Sean sedang tidur," ujar Lilis.
Rani berjalan ke kamar, Raline yang melihat kehadirannya berlari dan menghampirinya.
Rani memeluk dan mencium putrinya. "Ayo kita pulang!" ajaknya.
"Ya, Ma," Raline tersenyum senang.
Rani mengambil Sean yang tertidur di ranjang lalu menggendongnya.
Lilis tak mau bertanya apa alasan menantunya itu lama menjemput cucunya.
"Ma, kami pamit pulang," ujar Rani.
"Ya," ucap Lilis.
Kedua cucunya menyalim tangannya. "Kami pulang 'ya, Nek!"
"Ya, hati-hati," ujar Lilis.
-
-
Alka tiba di rumahnya 2 jam kemudian. Ia memasuki rumah tampak istrinya sedang bertelepon namun buru-buru mematikannya karena melihat Alka pulang kerja.
Sean merangkak menghampiri Alka dengan senyuman menggemaskannya.
"Ayah, mau mandi. Nanti kita main, ya!" Alka tersenyum hangat lalu berjalan ke kamarnya tanpa menghiraukan istrinya.
Sean berusaha mengejar Alka namun Rani mengambil dan menggendongnya.
"Kamu mau ke mana, Sean?" Rani mencium putra bungsunya.
Sean menunjuk-nunjuk ke arah Alka.
"Selesai Ayah mandi kamu nanti digendongnya," ujar Rani.
Sean akhirnya diam dan mendengarkan penjelasan ibunya.
Selesai membersihkan diri, Alka keluar dari kamar lantas menggendong Sean yang sedang bermain dengan mainannya.
Rani sibuk menyiapkan makan malam.
Jam 7 malam, mereka berkumpul di meja dan menikmati makan bersama.
Raline dan Varrel begitu semangat memakannya.
Namun, tidak bagi Alka ia hanya mengambil makanan sekedarnya.
Rani merasakan jika suaminya sedang marah apalagi pria itu sempat menghubunginya 2 kali dan berdebat.
"Varrel, Raline temani Sean bermain di kamar, ya!" ucap Alka dengan suara lembut.
"Ayah mau ke mana?" tanya Raline dengan kata-kata tidak terlalu jelas.
"Ayah mau bicara dengan Ibu," jawab Alka sembari melirik putrinya.
"Baik, Yah," sahut Varrel dengan cepat. "Ayo Raline kita bermain di kamar saja!" ajaknya.
Balita perempuan itu pun mengiyakan.
Alka lalu mengantarkan Sean ke kamar anak-anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Diah Anggraini
ga kebayang saya sama perasaan alka..karna egois nya Rani..
2023-11-14
0