"Aku mau Ibu yang mengantar sekolah!" rengek Varrel.
"Ibu tak bisa, tidak sempat lagi jika harus mengantarkan Varrel ke sekolah," ujar Rani.
"Bu, sekali-kali antar aku kenapa?" tampak mata berkaca-kaca.
"Tidak bisa!" Rani meninggikan suaranya.
Alka memegang bahu putranya, "Biar Ayah saja yang mengantarkan kamu!"
"Aku tidak mau!" Varrel merajuk.
Rani tak memperdulikan Varrel yang merengek, ia pun pergi berangkat ke kantor.
Tak lama kemudian Lilis datang dan melihat Varrel duduk dipojok ruangan tamu dengan wajah ditekuk dan air mata mengalir. "Kamu kenapa?"
Varrel tak mau menjawab.
"Dia ingin Rani yang mengantarkannya ke sekolah," sahut Alka.
"Varrel, cucu Nenek yang baik hati. Ibu kamu sedang bekerja, nanti dia akan dimarahi atasannya jika datang terlambat. Kamu mau kalau ibumu dimarah-marahi?" tanya Lilis.
Varrel menggelengkan kepalanya.
"Makanya berangkat ke sekolah bareng ayah saja," ujar Lilis.
Varrel pun mengangguk.
Alka berangkat kerja sekaligus mengantarkan putranya sekolah.
Begitu sampai di sekolah, mereka di sambut Siska yang tersenyum ramah.
Alka membalas senyuman sekedarnya. Putranya sudah memasuki halaman sekolah, ia bergegas ke bengkel.
Sesampainya di tempat usahanya, Alka mengirimkan pesan kepada Shireen untuk dikirimkan lauk makan siang ke rumah.
Shireen yang mendapatkan pesan dari Alka tersenyum.
Alka mendapatkan nomor ponselnya Shireen dari wanita itu sendiri yang lebih dahulu mengirimkan pesan kepadanya.
-
Shireen mengantarkan pesanan Alka ke rumah pria itu. Begitu tiba dikediaman yang tampak sederhana, ia turun dari sepeda motornya membuka pintu pagar sembari berteriak mengucapkan salam.
Lilis keluar dari dalam sambil menggendong Sean yang menangis.
"Kenapa dengannya, Bi?"
"Bibi juga tidak tahu, padahal sudah di kasih makan," jawab Lilis.
Shireen meletakkan pesanan Alka di atas kursi yang berada di teras rumah. "Biar saya gendong, Bi!" pintanya.
Lilis menyerahkan cucunya kepada wanita itu.
"Hai, tampan. Kenapa kamu menangis?" Shireen bertanya dengan lembut kepada Sean.
Balita itu berhenti menangis dan menatap Shireen seakan bertanya, 'ini siapa'.
Shireen tersenyum begitu hangat, "Anak baik, apa kamu mau Tante temani?"
Sean masih diam dan menatap.
"Ayo kita main!" Shireen masuk ke dalam rumah di susul Lilis.
Shireen meletakkan Sean di karpet bergambar kartun binatang kucing berwarna biru. Ia mengambil mainan yang tergeletak dan mulai mengajak bermain bocah laki-laki itu.
Sean tergelak begitu juga dengan Shireen.
Raline mendekati adiknya ikutan duduk bersama.
Shireen melemparkan senyuman pada bocah perempuan itu.
"Tante, kenapa di sini?" tanyanya ketus.
"Mau bermain dengan Sean," jawab Shireen lembut.
"Aku tak suka, Tante!" ucap Raline.
"Kenapa kamu tak suka Tante?" Shireen menunjukkan wajah lugu.
"Ya, aku tak suka saja. Tante itu jelek dan aku sangat cantik!" ocehnya.
Shireen tertawa kecil, "Kamu memang sangat cantik. Bagaimana Tante bisa secantik kamu?"
"Tante ingin cantik seperti aku?" tanya Raline dengan kata-kata tak terlalu jelas.
Shireen mengangguk.
"Tunggu di sini!" Raline berdiri lalu berlari mengambil sesuatu tak lama kemudian ia kembali lagi.
Shireen melihat Raline membawa mainannya.
Raline duduk dihadapan wanita itu. "Pakai ini Tante!" menunjukkan mainan alat makeup.
Shireen tersenyum.
"Biar aku buat cantik, pejamkan matanya, Tante!" perintahnya.
Shireen mengikuti titah bocah itu.
Raline memakaikan bedak mainan ke wajah Shireen dan mengoleskan lipstik mainan di bibir. Keduanya pun tertawa bersama, diikuti Sean.
Lilis dari jauh tersenyum melihat keakraban Shireen dengan cucu-cucunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments