Mantan calon ibu mertua

*Happy Reading guys*

"Apa?!" teriak Nina yang syok setelah mendengar penuturan dari Isha bahwa Kafa memperkenalkan dirinya sebagai mantan Isha kepada semua orang pada saat kunjungan di sekolah.

Suara Nina memekakkan telinga sehingga Isha menutupi telinganya dengan tangan.

"Kamu beneran Sha? gak bohong?" tanya Nina lagi dengan sesuatu yang tidak disangka-sangka.

Isha mengangkat sebelah alisnya sambil mengangguk. Awalnya Isha pun tak berniat menceritakan kejadian yang konyol ini. Namun jiwa-jiwa curhatnya tak kuat menahan cerita menarik yang telah dilewatinya kemarin.

"Terus respon kamu gimana? ada rasa deg-degan kah atau kesel gitu?" Nina bertanya dengan antuasias dengan mata berfokus pada Isha. Seolah dia ingin melihat reaksi Isha waktu itu.

"Kesel plus malu, bener-bener malu-maluin banget, parahnya dia sendiri yang ngasih tahu ke pak kepsek ngaku dia itu mantan aku," lagi-lagi Nina dibuat syok oleh penuturan Isha. Dia sampai tak bisa menahan kepalanya untuk geleng-geleng. Saking anehnya mendengar kisah itu.

"Wahhh gila sih si Kafa, penampilannya udah berubah kaya orang dewasa, tapi kelakuannya tetep sama kaya dulu, kekanak-kanakan," tutur Nina.

"Iya, gak pernah berubah, tapi ada sedikit yang berubah dari sikap dia,"

Nina terbengong memandang Isha menunggu jawaban selanjutnya. Dia sangat penasaran.

"Apa?"

"Dia berani minta maaf dan mengakui kesalahannya,"

"Yahhh Sha, ya namanya orang salah ya harus dan wajib minta maaf dan ngakuin kesalahannya, jangan sampe kamu baper cuma gara-gara si Kafa minta maaf sama kamu doang, laki-laki lain juga bisa, laki-laki baik maksudnya,"

"Kamu gak tahu Nin, Kafa sekeras kepala itu dulu, dia gak pernah minta maaf atas kesalahannya, selalu aku yang ngalah," batin Isha.

"Pokoknya jangan pernah baper cuma gara-gara dia minta maaf, bisa aja sekarang dia nyesel namun kemungkinan di masa depan dia mengulangi hal yang sama, terus misalkan nih kalian balikan lagi terus ada masalah muncul, belum tentu nanti dia ngalah, apalagi dia mau minta maaf lagi sama kamu, kamu gak bisa dong terus-terusan disakiti dia terus,"

Panjang lebar Nina memberi nasehat padanya. Semata-mata karena dia takut sahabatnya ini terluka dan menangis gara-gara lelaki brengsek itu.

Belum lagi mengingat masa dimana Nina dan Isha pernah saling menjauh karena kehadiran Kafa. Dia yang sebagai pihak ketiga tidak bisa menjadi penengah atau mendamaikan keduanya.

Isha pun masih berpikiran seperti itu. Dia takut kisah yang buruk itu terulang kembali apalagi dengan orang yang sama.

Nina menggamit pundak Isha.

"Udah ya Sha, move on! belum cukupkah Rio buat kamu move on? jangan jadiin Rio pelampiasan si Kafa brengsek itu, jadiin dia orang yang spesial buat kamu, orang baik dan setia gak akan datang dua kali loh Sha, nanti kamu nyesel kalo ninggalin dia,"

Sekali lagi Nina menasehati Isha. Namun Isha benar-benar tak bisa mengindahkannya sama sekali. Dengan bersikeras dia menghilangkan bayang-bayang Kafa di otaknya. Lalu berusaha mengingat-ingat wajah Rio.

"Iya Nin, aku gak akan balik lagi sama Kafa, sekuat apapun usaha dia, aku akan lebih kuat buat nahannya,"

"Bagus, itu baru namanya sahabatku yang keren," Nina memberi jempol dan memeluk Isha dengan erat.

"Sayang?" tiba-tiba calon suami Nina si Seno membuka pintu kamar. Nina dan Isha yang sedang berpelukan langsung menolehkan kepalanya menatap Seno.

Namun pelukan mereka belum terlepas. Membuat Seno melihatnya dengan tatapan aneh. Mereka seperti sepasang orang yang sedang kepergok memiliki hubungan terlarang.

"Ehhh maaf, sepertinya salah momen," Seno nyengir kuda dan menutup pintunya kembali.

Isha dan Nina pun segera melepas pelukan mereka. Nina lompat dari atas ranjang menyusul Seno.

"Ihhh kapan ke sininya? kok gak bilang-bilang dulu," dengus Nina ngambek manja pada Seno.

"Eh aku udah bilang dari sore kemarin loh, masa kamu gak baca chat aku,"

"Beneran yang? hehehe maaf ya sayang,"

"Kan kebiasaan kamu gak suka baca chat aku, dianggurin terus," kini malah Seno yang balik ngambek.

"Hari ini aku datang sama bapak ibuku, kamu mau nemuin mereka pake kolor sama kaos jeplak begitu?" Mata Seno bergulir dari atas kepala sampai ke bawah mata kaki Nina.

"Ada ibu sama bapak? beneran yang?" tanya Nina polos.

"Iya, coba ngintip di ruang tamu, lagi ngobrol sama ibumu,"

Karena masih penasaran Nina mengintip dari gordeng pembatas pintu ruang tamu.

"Wahhh beneran yang,"

"Emang beneran sayang," Seno tak kuasa menahan rasa gemas sehingga mengusak-usak rambut Nina.

"Ya udah aku mau ke kamar dulu, mau ganti baju,"

Nina berlari ke kamarnya kembali lalu menemui Isha.

"Sha, ada camerku dateng," ujarnya dengan senang. Dia menutup pintunya rapat. Wajahnya begitu antusias mendengar camernya berkunjung ke rumahnya 2 Minggu sebelum acara pernikahan mereka dilaksanakan.

"Wahhh enak ya udah punya camer,"

"Biasa aja kali Sha, punya dua orang tua aja cerewet minta ampun, apalagi punya empat," ucapnya sembarangan.

"Hussshh kamu ini, ya udah Nin, aku pulang dulu ya, aku juga lupa sebenarnya lagi disuruh sama mama beliin bumbu di mini market, takut mama nyariin,"

"Ya udah Sha hati-hati ya,"

"Iya,"

Isha pun keluar mengendap-endap dari rumah Nina sebab sedang ada tamu penting.

Isha melaju bersama motornya ke mini market sebelum pulang ke rumah. Hendak membeli pesanan sang mama saat dia hendak pergi ke rumah Nina. Sewaktu-waktu dia bergumam sendiri sambil menyetir. Apalagi sambil senyam-senyum.

"Bismillah tahun depan aku punya ibu mertua," harapnya.

Isha telah sampai di mini market dan memarkirkan motornya di halaman depan mini market. Lalu segera masuk ke dalam untuk ngadem. Emang ya ngadem di tempat-tempat ber AC pas lagi panas-panasnya bikin nyaman gak mau pulang.

Namun Isha tetap tau tujuan utamanya adalah membeli bumbu dapur instan yang diminta mamanya.

"Permisi sayang ibu mau ambil yang ini," suara lembut ibu-ibu berseru dibelakangnya. Tangan ibu tersebut terulur meraih sesuatu yang berada di rak tepat dihadapan Isha. Sepertinya Isha sudah menghalanginya.

"Eh iya Bu silahkan," dia mengalah sejenak minggir mempersilahkan ibu tersebut mengambil apa yang ingin diambilnya.

"Terima kasih sayang,"

Baru saja Isha tersenyum lebar berusaha beramah tamah dengan si ibu. Dia malah syok mengetahui siapa dia.

"Ehhh tante Mona," Isha kikuk sebab bertemu dengan mantan calon mertuanya dulu. Alias ibunda Kafa.

"Ya ampun, ini Isha ya pacarnya Kafa?" Tante Mona menggamit bahu Isha.

"Hah?" Isha terkejut plus bingung.

"Kemana aja sayang? Kok gak pernah main-main lagi?"

Isha makin-makin bingung kenapa tante Mona bicara seperti itu.

Author : Nur Isthifaiyatunnisa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!