Jodohku Ya Kamu
Kembali ke peristiwa 7 tahun lalu....
Malam gelap diiringi rintik hujan menjadikan suasana yang kacau menjadi lebih kacau.
Seorang laki-laki berjas almamater biru gelap memandang nanar pada seorang gadis di depannya yang menggunakan jas almamater yang sama.
Gadis itu pun berdiri tegap dengan kedua tangan terkepal yang sama-sama menampakan wajah gondok pada laki-laki di depannya.
Baju mulai basah kuyup karena rintikan hujan berjatuhan. Akan tetapi keduanya masih sama-sama berdiri dengan ego dan keras kepala mereka.
Awalnya Isha berpikir bahwa Kafa terlalu sibuk dengan hobi manggungnya dan hobinya bermain bola basket ternyata selama tak ada kabar, Kafa berboncengan motor dan jalan ke suatu tempat dengan seorang gadis yang diketahui sebagai kenalan dari salah satu teman Isha yakni Vina namanya.
Saat itu juga hati Isha yang seutuhnya untuk Kafa terbelah menjadi dua bahkan hancur berkeping-keping.
Kini sang gadis menghela napas panjang. Hendak mengucapkan beberapa patah kata yang sudah dia persiapkan dan atur dalam pikirannya tadi.
Hatinya sudah tak tahan lagi sangat kesal. Karena laki-laki tersebut hanya mematung dan terdiam tanpa respon apapun setelah ketahuan berbuat salah.
"Kita akhiri hubungan kita sampai di sini ya Kaf aku udah gak bisa lagi ngadepin kamu yang suka mempermainkan perasaan aku, cape aku Kaf!" tegas Isha.
Garis alis Isha menekuk. Suara Isha yang sedikit berat dan serak-serak basah itu terdengar menggema di tengah kesenyapan.
Lalu suara gemuruh menyusul setelahnya.
Adegan dramatis Isha Faradina mengakhiri hubungannya dengan Kafa Devantara di malam gelap.
Pria yang selama 4 tahun menjadi pacarnya dan sekarang sudah menjadi titik terakhir perjuangan Isha menjadi sosok pacar yang sabar.
Sebenarnya ucapannya yang tadi hanyalah sebuah gertakan untuk laki-laki tersebut. Yang dia harapkan adalah respon Kafa setelah dia memutuskannya. Apakah dia akan memohon untuk bertahan atau selesai sampai di sini.
Kafa mendengus dan menampakkan senyum smirk.
Isha sudah angkat bicara soal unek-uneknya. Soal permintaan putus nya namun Kafa yang selalu Isha anggap sebagai cowo gentle hanya diam saja, seperti tak peduli dengan celotehan Isha. Dia bukan lagi cowo gentle bagi Isha, dia hanyalah seorang yang pengecut.
"Kamu udah beda Kaf, gak kaya dulu lagi, kamu gak ngerasa bersalah kah? kamu gak mau minta maaf sama aku begitu? jawab dong Kaf jangan diem aja!" gadis ini makin-makin teruk. Emosi mulai mengendalikannya.
"Kamu bisu?! apa perlu aku tampar kamu supaya kamu bicara?!" bentak Isha lagi lebih-lebih frontal.
"Oke kita putus!"
"Apa?" tanya Isha terkejut.
"Kita putus! itu kan mau kamu?!" Kafa semakin memperjelas ucapannya.
Jawabannya membuat Isha syok. Kafa malah melontarkan jawaban yang tidak ingin didengar Isha sama sekali.
"Kafa!"
"Jelaskan aku bilang?! kita putus!" tandas Kafa lagi.
"Kenapa Kafa berubah? Kenapa Kafa gak cegah biar gak putus? kenapa dia malah minta putus?" batinnya takut jikalau keputusan ini terjadi.
Bukan ini yang Isha harapkan sebelumnya. Bukan ini yang Isha mau. Yang Isha mau adalah Kafa menolak pernyataan putus Isha. Seperti Kafa yang dulu sering memohon dan merayu Isha ketika marah.
"Kafa! kita beneran~"
"Ya udah kita putus aja! beres kan?!" lagi-lagi Kafa menekankan bahwa dia tak menginginkan Isha lagi. Bahkan memungkas ucapan Isha. Jelas saat ini Kafa menginginkan perpisahan ini terjadi.
Yang menjadi pertanyaan bagi Isha. Kenapa tidak dari bulan-bulan lalu saja Kafa minta putus. Sudah sangat jelas perubahan Kafa terjadi sekitar 4 bulan yang lalu, Isha yang begitu peka dapat merasakannya.
Secara tiba-tiba chat dari Isha tidak dibalas selama berhari-hari dan mengaku sibuk sampai tak sempat mengabarinya membuat Isha kehilangan dan kesepian. Membuat dirinya bertanya-tanya.
"apa ada yang salah dengan dirinya"
Pernyataan yang dilontarkan Kafa membuat Isha merasa direndahkan, tidak diinginkan lagi hingga gemuruh itu terus mencuat memenuhi dada membuat napas Isha semakin sesak dan jantungnya berdegup kencang.
Air mata sudah mendesak ke pelupuk mata. Namun Isha harus menjadi gadis yang tegar. Agar dia tidak dianggap lemah dan dianggap sebagai pengemis cinta oleh Kafa.
Kafa sudah tak menginginkannya buat apa Isha memohon. Sudah cukup jelas jawabannya. Isha pasrah meski berat hati untuk melepaskan Kafa dari hidupnya.
Peristiwa yang tidak pernah Isha sangka akan terjadi. Tidak ada lagi alasan untuk memohon. Isha harus tetap jadi gadis yang jual mahal walau secinta apapun Isha pada Kafa.
"Hmmm ya! oke! kita putus! semoga kamu bahagia sama Vina ya, aku gak akan ganggu kamu lagi dan aku mohon jangan pernah kamu muncul di depan aku lagi," jawabnya dengan berpura-pura tegar.
Namun mulut dan mata berkata lain. Air mata tiba-tiba saja mengalir deras.
"Stop Isha jangan nangis! kamu harusnya malu kalau kamu sampai kalah di depan Kafa," batinnya berusaha menguatkan. Diam-diam dia mengusap air matanya dengan lengan jas nya.
Kafa terlihat mengepalkan kedua tangannya kuat dan menggigit bibir bawahnya.
Isha membalikan tubuhnya untuk menutupi kesedihan. Air mata yang sudah tak bisa dibendung lagi harus jatuh di hadapan laki-laki brengsek itu.
Mungkin saja Kafa melihat jelas bagaimana raut kesedihan yang sedari tadi Isha tahan. Berusaha mencoba tegar namun Isha bukan gadis yang kuat. Meskipun dia terlihat kuat, hatinya terbuat dari gula kapas mudah sekali larut.
Isha berjalan dengan langkah gontai menjauh dari Kafa yang masih terdiam mematung. Air mata sudah terlanjur membasahi pipinya. Sesekali dia usap itu dengan lengannya hingga lengan bajunya basah.
"Kenapa? kenapa Kafa tega? di-dia bohong sama aku dan semudah itu bilang putus, aku kira Kafa bakal menolak putus ternyata...engga!" ucapnya dengan terisak hingga ucapan pun tersendat menghirup udara lebih panjang agar dadanya tak sesak. Tangannya pun sesekali memukul dadanya yang berat.
Isha menoleh kebelakang ketika suara gas motor yang ditumpangi Kafa mulai melaju pergi.
Ternyata laki-laki itu tega meninggalkannya sendirian di tengah jalan di gelap malam. Tanpa memikirkan bahayanya jika perempuan berjalan sendirian apalagi banyak penjahat yang berkeliaran.
"Kafa sialan! dia tega ninggalin aku? heuhhh!" geramnya lalu diakhiri tangisan.
"Kenapa sih sha? Isha kamu lemah! kamu gak boleh nangisin Kafa, dia udah bahagia sama pilihannya sendiri," ucapnya dengan diri sendiri berusaha tetap tegar tapi air mata terus mengalir dan rasa sakit tidak bisa dibohongi.
Isha terus berjalan mengikuti kemana kakinya mau melangkah. Kafa sudah menurunkannya di pinggir jalan dan jarak rumahnya masih lumayan jauh. Ada saja cowo macam dia yang begitu tega meninggalkan gadis di gelap malam dan gelapnya jalan gang. Namun Isha terlalu menikmati sedihnya hingga berlarut-larut sampai dia tak terlalu memperhatikan jalan pulang. Batu-batu yang tidak bersalah pun kadang dia tendang jauh. Kaleng bekas pun dia tendang.
Isha biarkan dirinya menikmati kesedihan ini. Mau dipaksa sekuat apapun, mau dipaksa setegar apapun. Dalam situasi yang baru-baru ini terjadi mana mungkin rasa bahagia mendominasi dirinya.
Bohong sekali, seorang Isha tegar. Bahkan dia lebih melankolis dari seorang seniman. Jika terlalu dipaksa baik-baik saja malah akan menyiksa dirinya sendiri.
Seperkian detik Isha menghentikan langkahnya. Mata bulatnya memperhatikan tekstur jalan aspal yang dia injak sekarang. Begitu terlambat dirinya menyadari bahwa ada yang berbeda.
Belum juga tangisnya berhenti. Dia harus menghadapi kenyataan bahwa langkahnya semakin jauh dari arah jalan pulang.
Benar saja, jalan semakin ngawur entah kemana. Lorong sepi yang hanya muat dilewati satu sepeda motor. Kondisinya becek, penuh semak-semak dan jarang ada rumah di sana. Ditempatnya berdiri adalah jalan buntu.
"Aduhhh jalan buntu, kok bisa aku gak lihat jalan sih, bodoh!" sungutnya. Bahkan dia menoyorkan kepalanya sendiri saking bodohnya.
Kemudian dia merogoh benda kotak bercahaya di dalam tasnya yang sedikit lembap karena rembesan air hujan.
"Hhhh untungnya hpku gak kenapa-kenapa,"
Otak cerdiknya baru bekerja seling beberapa menit, Isha langsung menyalakan senter hp dan menyorot ke plang jalan.
"Ckk!!" Isha berdecak kesal dan sedikit menjambak rambutnya. Ini memang jalan yang berbeda.
"Gimana dong? makin malem lagi," resah berkali-kali lipat ketika melihat jam di hpnya menunjukan pukul sepuluh.
Apalagi suasana jalan sangat gelap terdapat semak-semak di sana. Isha takut ada begal atau hantu yang tiba-tiba muncul dan membuatnya terkencar-kencar.
Atas bawah Isha berkali-kali menggulirkan layar hpnya. Dia baru tersadar kalau dia tak banyak menyimpan nomor teman di kontaknya. Karena sebenarnya Isha tak bisa menyimpan nomor orang yang tak terlalu dekat dengannya. Hanya beberapa saja.
Dia mencoba meminta tolong kepada beberapa temannya. Tapi mereka tidak bisa dan beralasan sibuk.
(Nina)
Nama terakhir yang dia lihat di dalam kontaknya.
"Masa iya aku harus hubungi Nina? kita kan lagi renggang," pikirnya ragu.
Srakkk srekkk
Semak-semak bergoyang menimbulkan suara. Lantas Isha terkejut dengan sesuatu yang misterius di balik semak tersebut dan menimbulkan pertanyaan.
"Apa itu di sana?" ucapnya was-was. Isha memasang kuda-kuda untuk berjaga-jaga. Dia peluk tas nya ke depan dada sambil tetap memperhatikan sisi kanan dan kirinya.
"Ini pilihan terakhir, aku harus minta tolong ke Nina, semoga dia mau bantu aku,"
Segera dia menekan nomor Nina untuk melakukan panggilan.
Akan tetapi panggilan itu lama tidak terjawab.
Akhirnya Isha memutuskan untuk memberi pesan pada Nina melalui whatsapp. Namun setelah menunggu beberapa menit tidak ada balasan sama sekali.
Justru itu Isha makin panik. Perjuangan Isha tak sampai di situ. Berkali-kali lagi dia mencoba menghubungi Nina.
Tut! Tut! Dan tak menunggu lama panggilan pun tersambung.
"Ahh akhirnya," Isha bisa bernapas lega.
Akhirnya Nina mengangkat telfonnya.
(Uhmm hallo Nin) sapanya sedikit canggung.
(Hallo Isha kenapa? ada apa?)
(Aku boleh gak minta tolong sama kamu?)
(Minta tolong apa?)
(Kamu bisa jemput aku engga?)
(Hah jemput?)
(I-iya jemput, bisa kan?) Isha agak gugup.
(Kamu kenapa Sha?) tanya Nina terdengar khawatir.
(Aku tersesat di jalan buntu) jelas Isha.
(Kok bisa?)
(Tolong ya Nin, aku di jalan Kamboja, sekarang juga jemput aku ya, tolong banget) mohonnya.
"Oke oke, nanti aku ke sana dengan cepat, kamu tunggu ya)
(Oke Nin, makasih ya)
Dan panggilan pun berakhir.
Isha akhirnya bisa bernapas lega ada yang mau menjemputnya. Padahal sebenarnya hubungan Isha dan Nina sudah 1 tahun mengalami kerenggangan.
Penyebabnya karena dulu Isha lebih memilih menghabiskan waktunya dengan Kafa ketimbang main dengan Nina.
Isha akui jika dirinya bersalah sebab dia sendiri yang makin memperkeruh keadaan dengan menjauhi Nina.
Dikarenakan Nina selalu memberitahu hal buruk soal Kafa padanya. Nina bilang Kafa berandalan, anak nakal, playboy dan suka tebar pesona. Tapi dia lebih memilih tutup kuping.
Makanya Isha agak gugup saat menelpon tadi. Untungnya Nina tak pernah mempersoalkan itu.
Memang teman Isha yang paling mudah dimintai tolong ya cuma Nina. Dari dulu sampai sekarang meskipun teruk hubungannya. Dia memang teman Isha yang paling baik.
Author : Nur Isthifaiyatunnisa
Sub, like dan komen ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Fida
suka
2022-10-10
0